Kharisma Event Nusantara, Upaya Berjuang untuk Kembali Normal

Luki Safriana
Oleh Luki Safriana
24 November 2021, 06:57
Luki Safriana
Ilustrator: Joshua Siringoringo | Katadata
Pengunjung mengamati karya saat pameran seni yang bertajuk "Belum Selesai" di Jogja Gallery, Yogyakarta, Kamis (11/11/2021). Pameran tunggal karya seniman Gusmen Heriadi yang menampilkan 150 karya ini merupakan tonggak 25 tahun berkarya dalam dunia seni rupa, berlangsung hingga 30 November 2021.

Sandiaga menguatkan tiga strateginya yang menjadi filosofi program kerjanya, yaitu inovasi, adapatasi, dan kolaborasi. Penerapan strategi tersebut besar harapan dapat menciptakan kegembiraan, keterikatan, pengalaman dan pemberdayaan.

Kelembagaan Kolaboratif Produktif: Masa Depan Buku Putih?

Dikutip dari Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB, Hariadi Kartodihardjo dalam 1000 Gagasan Pembangunan Ekonomi Tanpa Merusak Lingkungan, menyatakan gelontoran investasi akan diikuti adanya dampak posistif terutama bagi ekonomi, dan dampak negatif terutama bagi lingkungan hidup, dapat menjadi titik awal bagaimana pembangunan itu seharusnya berjalan.

Korelasinya memunculkan tafsir bahwa sudah saatnya buku putih cipta kelola “Kharisma Event Nusantara” dibuat sekonstruktif mungkin agar berdampak positif secara lestari dan memberi manfaat luas bagi seluruh pelaku industri yang terkait. Alasanya adalah kekuatan Indonesia sungguh luar biasa, terdiri dari 34 propinsi, 416 kabupaten, 98 kotamadya, 7.094 kecamatan, 8.480 kelurahan, dan 74.957 desa. Dengan sebaran data tersebut, nilai investasi dan aktor yang terlibat ditambah sektor daya dukung lingkungan menjadi pekerjaan rumah yang harus segera disinkronkan.

Buku putih cipta kelola Kharisma Event Nusantara diharapkan menjadi acuan penting yang mampu secara kokoh mengatur lima hal penting yang patut dipertimbangkan. Pertama, tata cipta event berkualitas yang mengupas tuntas event management secara komprehensif. Pola penciptaan dan standar operation procedure yang lengkap mengulas berbagai kondisi sehingga event tersebut akan mampu menjadi “iconic” kuat destination tersebut.

Kedua, pembentukan sumber daya manusia yang handal sebagai creator. Pembekalan menyeluruh hal–hal yang bersifat teknis mutlak diperlukan sebagai prinsip man behind the gun yang solid.

Ketiga adalah pengaturan manajemen kolaborasi konstruktif yang melibatkan institusi pendidikan, pengusaha dan pemerintah. Keempat, manajemen teknologi dan digitalisasi. Dengan penguatan pada dimensi ini maka akan semakin memperkokoh pondasi termasuk penyelarasan penerapan internet of things serta optimasi big data.

Terakhir, manajemen lingkungan untuk menghasilkan sebuah pola yang memperhitungkan dengan cermat daya dukung lingkungan terhadap integrasi ke tiga sektor industri tersebut (event, pariwisata dan kreatif).   

Potensi, suatu event tidak lantas “berhenti” atau “stagnasi” karena ada “model kompetisi-kompetisian” berpotensi menjadi ruang mengancam. Kelestarian “event” tertentu di suatu lokasi perlu terus dipupuk agar menjadi lokomotif penggerak tiga industri tersebut sehingga menjadi lebih lestari. Perlu daya dukung eksplorasi kelembagaan yang “menyatukan” menjadi lebih ekstra untuk dibenahi, bukan sekedar masuk ke area “tatanan teknis” semata.

Peta e-tourism 4.0 menjadi bagian menantang dalam penyusunanan buku putih. Tantangan ini menghadirkan suatu optimisme bahwa level pencapaian kualitas dapat kita retas sampai level terbawah (RT/RW). Kelembagaan perlu tersusun rapih dan tepat guna agar dapat melakukan monitoring, controlling, dan supporting untuk semua event yang dikelola.

Ego sektoral sudah harus terus dikikis menuju kelembagaan yang “menyatu” tanpa kehilangan identitas. Era new nation branding berpotensi hadir secara solid untuk semua cipta kelola event baik yang lolos atau tidak lolos kurasi dan dapat membongkar sekat-sekat kontra produktif. Kaji evaluasi tentang pergerakan dalam peta besar menjadi kebutuhan sangat penting.  

Selamat datang new Kharisma Event Nusantara dan saatnya memperkuat kolaborasi untuk Indonesia berdaya. Teruslah bangga dengan karya “event” buatan dalam negeri.

Halaman:
Luki Safriana
Luki Safriana
Pengajar Paruh Waktu Prodi S1 Event Universitas Prasetiya Mulya, Mahasiswa Doktoral PSL-IPB University

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...