Peran Korporasi dalam Mendorong Transisi Energi

Jimmy Wijaya
Oleh Jimmy Wijaya
28 April 2022, 12:27
Jimmy Wijaya
Katadata

Selanjutnya, teknologi Solar Photovoltaics (PV). Solar Photovoltaics menjadi menarik karena bersumber dari energi yang sentral dari panas matahari. Setiap wilayah bisa memanfaatkan energi matahari ini di mana teknologi PV dapat mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik. 

Sebagai negara tropis, Indonesia kembali unggul dalam pemanfaatan Solar Photovoltaics. Itu karena, Indonesia mendapat karunia limpahan sinar matahari sepanjang tahun, di mana radiasi tata energi surya yang dihasilkan mencapai 4,8 Kwh/m2.  

Dengan begitu, selain surplus energi, produksi dihasilkan jauh lebih ramah lingkungan dan murah. Energi yang dihasilkan oleh tenaga surya ini tentu bisa dimanfaatkan oleh rumah tangga, industri dan sektor otomotif transportasi.

Juga ada teknologi bernama Bioenergi yang mengolah energi yang bersumber dari biologis atau yang dihasilkan dari organisme hidup. Secara umum, bioenergi menghasilkan tiga jenis sumber energi, yaitu: biofuel (biodiesel dan bioetanol), biogas, dan biomassa padat (wood pellet/serpihan kayu, biobriket dan residu pertanian). Bioenergi dapat digunakan untuk membangkitkan listrik, sebagai bahan bakar transportasi dan menciptakan panas. 

Terkait dengan bioethanol, dikutip dari Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), bentuk bioetanol yang menjadi bahan bakar pengganti bensin. Bioetanol bersumber dari karbohidrat yang potensial sebagai bahan baku, seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, sagu, dan tebu. 

Dari beberapa bahan baku tersebut, diketahui bahwa tanaman jagung merupakan bahan baku unggulan untuk menjadi bahan utama bioetanol. Selain dari segi ekonomis tergolong murah, jumlah hasil bioetanol yang dihasilkan jagung ternyata lebih besar di antara tanaman lain.

Jika merujuk pada ketiga teknologi yang mendukung kelancaran transisi energi baik CCS, PV dan Bioenergi, energi yang dihasilkan jelas tidak merusak lingkungan yang biasanya di hasilkan dari energi fosil. Sumber yang mudah diperoleh tanpa harus ekstra eksplorasi dan yang paling penting adalah nilai ekonomis sehingga bisa menekan anggaran produksi, belanja dan operasional.

Kontribusi Pertamina

Sebagai perusahaan energi, Pertamina sudah pasti mendukung penuh Presidensi Government Group 20 (G20) Indonesia 2022 dalam memprioritaskan transisi energi berkelanjutan. Alasan dukungan bukan hanya sebatas karena Pertamina dimiliki oleh negara. Lebih dari itu, transisi energi menjadi jalan mulus perusahaan lepas dari tekanan harga minyak dunia.

Tentu saja, apa yang dilakukan oleh Pertamina menuju transisi energi berjalan smooth. Bukan tanpa alasan. Transisi berjalan perlahan demi menghindari gejolak-gejolak yang sifatnya merupakan keniscayaan pada setiap terjadinya transisi di sektor apapun.

Dalam mengimplementasikan agenda strategis, Pertamina menargetkan portofolio energi hijau hingga 17% pada 2030 mendatang. Tidak main-main, rencana pengembangan proyek energi baru dan terbarukan hingga tahun 2026 diproyeksikan meningkatkan total kapasitas pembangkit sekitar 10,2 GigaWatt (GW) dan manufacture sekitar 30,2 GWh untuk meningkatkan bauran energi Indonesia 23% pada tahun 2025.

Proyek strategis tersebut atas proyek gasifikasi pembangkit listrik sebesar 5,7 GW yang terdiri dari panas bumi sebesar 1,1 GW, energi surya, bioenergi, air, angin sebesar 3,4 GW, baterai kendaraan listrik sebesar 30,2 GWh. Untuk proyek tersebut, perusahaan pelat merah ini menyiapkan nilai investasi sekitar US$ 6,96 miliar.

Di sisi lain, Green Energy Station (GES) milik Pertamina menjadi solusi dari permasalahan klasik yaitu pencemaran lingkungan, di mana 60% di antaranya disumbangkan dari sektor kendaraan bermotor. GES merupakan stasiun energi untuk kendaraan listrik (charging station) yang mulai diproduksi sejumlah produsen otomotif dunia. Hadir dengan pemanfaatan sumber energi mandiri dan ramah lingkungan dengan mengandalkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap sebagai priority improvement.

Sesuai dengan slogan G20, "Recover Together, Recover Stronger". Pertamina tentu memilih untuk melakukan aksi nyata menanggapi isu perubahan iklim demi penyelematan bumi di masa mendatang.(*)

Halaman:
Jimmy Wijaya
Jimmy Wijaya

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...