TikTok Shop Gandeng Tokopedia: Siapa yang Untung?

Piter Abdullah Redjalam
Oleh Piter Abdullah Redjalam
12 Desember 2023, 08:13
Piter Abdullah Redjalam_Segara Institute
Katadata | Joshua Siringo-ringo
Piter Abdullah Redjalam Direktur Eksekutif Segara Institute

Sejak Permendag Nomor 31 tahun 2023 terbit, yang melarang platform media sosial (medsos) sebagai tempat jualan online, kita semua tahu bahwa TikTok Shop pasti berupaya keras untuk kembali lagi. Anak usaha ByteDance itu pasti akan menyesuaikan diri dan bersedia menaati aturan untuk menjaga eksistensi bisnis mereka di negeri ini.

TikTok bersedia beradaptasi karena Indonesia terlalu penting untuk ditinggalkan begitu saja. Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk 275,77 juta jiwa pada 2022, terbesar di ASEAN dan menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi di kawasan. Produk Domestik Bruto (PDB)-nya mencapai Rp 5.296 triliun per akhir September 2023 dengan konsumsi rumah tangga menyumbang porsi 52,62% dari total PDB.

Potensi ekonomi digitalnya juga tidak main-main, menurut laporan terbaru Google, Bain & Company, dan Temasek, nilainya ditaksir US$ 82 miliar atau setara Rp 1.271 triliun. Dari jumlah itu, e-commerce bisa menyumbang US$ 62 miliar atau 76%. Dengan fakta tersebut, Indonesia menjadi salah satu pasar terbesar bagi TikTok.

Sebaliknya, TikTok Shop juga sangat penting perannya bagi para pelaku usaha UMKM di Tanah Air. Platform ini menginspirasi para pelaku UMKM untuk lebih kreatif dalam menjual barang dan jasa. Akses UMKM ke pasar pun menjadi lebih mudah dan menciptakan hubungan erat antara penjual dan para konsumennya.

Bagi sejumlah pedagang di beberapa pusat perdagangan yang sepi pengunjung, TikTok Shop bahkan dianggap juru selamat dalam menggairahkan kembali perniagaan. Dari pertokoan mati suri, pedagang bisa “menyapa” dan “mendatangi” pembeli melalui TikTok live shopping.

Dengan berbagai daya pikatnya itu, selama setahun terakhir, TikTok Shop telah membuktikan diri bahwa mereka mampu memberi warna baru dalam industri e-commerce. Menurut riset Momentum Works, nilai transaksi TikTok Shop Indonesia pada 2022 tembus US$ 2,5 miliar atau sekitar Rp 39 triliun. Padahal di tahun 2021, nilai transaksi TikTok Shop baru hanya US$ 600 juta, yang berarti terjadi lonjakan lebih empat kali dalam setahun.

Berkat experience live shopping, TikTok Shop juga menjadi disruptor bagi para kompetitor. Dia pendatang baru yang menggebrak dan sukses mengubah konstelasi. Setidaknya, pemain lain seperti Shopee dan Lazada, juga Tokopedia, dipaksa kembali ‘bakar uang’ untuk mempertahankan market share.

Jadi, ketika TikTok Shop memutuskan “pamit”, kita merasakan ada sesuatu yang hilang. Bagaimanapun, UMKM butuh platform TikTok Shop karena terbukti menjadi tempat dagang online yang efektif. Konsumen kepalang jatuh hati dengan konsep live shopping karena menawarkan pengalaman baru yang memposisikan pembeli sebagai raja. Sementara pemerintah tidak mau dianggap wasit yang tidak adil. Pemerintah harus menegakkan aturan demi kemaslahatan bersama melalui Permendag Nomor 31 itu.

Tokopedia sebagai Strategi Come Back

Pertanyaannya, bagaimana cara TikTok Shop come back? Pilihan strategi ini tentu memiliki konsekuensi pada timing dan berapa lama waktu yang dibutuhkan.

Ada dua pilihan. Pertama, TikTok membangun platform e-commerce sendiri, seperti Tokopedia, Blibli, Lazada, Bukalapak dan seterusnya. Kedua, TikTok memilih satu dari sekian banyak pemain e-commerce itu sebagai mitra strategisnya.

Idealnya TikTok memilih opsi pertama, tapi tantangan utamanya adalah waktu. Untuk membangun platform e-commerce, butuh waktu yang tidak sebentar. Belum lagi persoalan rekrutmen talenta dan perizinan.

Jadi, ketika TikTok memilih jalan kedua, kita tidak perlu heran. Inilah opsi paling realistis, paling cepat dan paling efektif. Tidak hanya itu, kolaborasi juga menjanjikan peluang bagi TikTok dan mitra strategisnya, untuk langsung lari lebih kencang.

Pada Senin pagi (11/12), terungkap pilihan strategi TikTok dan siapa mitra strategis yang dirangkul. Melalui keterbukaan informasi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), publik mendapatkan penjelasan bahwa bisnis Tokopedia dan TikTok Shop Indonesia akan dikombinasikan di bawah PT Tokopedia: TikTok akan menjadi pemegang saham pengendali. Fitur layanan belanja dalam aplikasi TikTok di Indonesia akan dioperasikan dan dikelola oleh PT Tokopedia.

Bahasa sederhananya, bisnis TikTok Shop Indonesia dibeli Tokopedia dan di saat yang sama TikTok mengambil alih Tokopedia melalui skema penerbitan saham baru. Pascatransaksi ini, komposisi kepemilikan tentu ikut berubah. TikTok menjadi pemegang saham terbesar Tokopedia dengan porsi 75%, sedangkan GOTO tetap sebagai pemegang saham dengan porsi kepemilikan 25% tanpa adanya dilusi saham lebih lanjut di masa mendatang.

Halaman:
Piter Abdullah Redjalam
Piter Abdullah Redjalam
Dosen Perbanas, Ketua Yayasan Pendidikan Indonesia Tanah Pusaka
Editor: Dini Pramita

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...