Kontribusi Pariwisata Internasional Terhadap Ekonomi Global Membesar

Sektor pariwisata memegang peran yang semakin besar dalam perekonomian dunia. Ini seiring pesatnya peningkatan kunjungan turis internasional. Pada 2019 lalu, UNWTO memperkirakan terjadi 1,5 miliar kunjungan turis internasional, naik 54 juta kunjungan dari tahun sebelumnya, atau naik total 509 juta kunjungan dalam 10 tahun.

Perkiraan jumlah kunjungan turis internasional di 2019 tersebut tumbuh 3,8% dibandingkan tahun sebelumnya. Ini lebih lambat dari pertumbuhan pada 2017 (7%) dan pada 2018 (5,4%). Ini juga lebih lambat dari rata-rata pertumbuhan dalam 10 tahun belakangan yang sebesar 5,1%. Namun, terus melampaui pertumbuhan ekonomi dunia.  

Seiring peningkatan kunjungan turis internasional, pendapatan dari pariwisata internasional tercatat semakin besar. Pada 2018, pendapatan pariwisata internasional ditambah transportasi penumpang tercatat sebesar US$ 1,7 triliun, sekitar 2% terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB) global di tahun tersebut. Pendapatan dari pariwisata internasional ini telah 10 tahun berturut-turut tumbuh positif.

(Baca: Tiongkok Akhirnya Terima Bantuan Amerika untuk Tangani Virus Corona)

Sekretaris Jenderal UNWTO Zurab Pololikashvili pun menyebut sektor pariwisata sebagai sektor paling bisa diandalkan di tengah ketidakpastian dan volatilitas sekarang ini. Di bawah bayang-bayang perlambatan ekonomi global, tensi dagang internasional, demonstrasi sosial, dan masalah geopolitik, “Sektor kita ini terus (tumbuh) melebihi ekonomi global,” kata dia dalam laporan perkembangan sementara pariwisata internasional 2019.

Namun, bila ketidakpastian terkait virus corona terus berlanjut, tampaknya akan sulit menyebut sektor pariwisata bisa diandalkan, tahun ini. Adapun sebelum masalah virus ini mengemuka, UNWTO memprediksikan pertumbuhan 4% pada kunjungan turis internasional tahun ini, tak jauh berbeda dengan tahun lalu.

Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia dan RI di Tengah Wabah

Goldman Sach menyatakan dampak ekonomi jangka pendek dari masalah wabah virus corona ini cukup besar. Namun, “Apa yang akan terjadi di 2020 tergantung seberapa cepat episode ini bisa dikontrol,” Kepala Ekonom Goldman Sach Jan Hatzius seperti dikutip Finansial Times.

Lembaga keuangan internasional tersebut memperkirakan risiko koreksi 0,1%-0,2% dari proyeksinya atas pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini yaitu 3,25%. Ini dengan asumsi penyebaran wabah turun signifikan pada Februari atau Maret. Namun, bila penyebaran wabah tersebut tidak juga mencapai puncaknya hingga kuartal II, lembaga tersebut memperkirakan koreksi hingga 0,3%.

Senada, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan dampak ekonomi dari virus corona masih akan dipengaruhi oleh tingkat keparahan dan berapa lama wabah virus tersebut akan bertahan. Dampak virus corona akan mempengaruhi perekonomian Tiongkok, yang selanjutnya akan mempengaruhi perekonomian global.

Jika mengacu pada pengalaman wabah virus corona penyebab SARS di 2003, ekonomi Tiongkok terdampak signifikan pada tahun tersebut. Pertumbuhan ekonominya turun dari 11,1% pada kuartal I, menjadi 9,1% pada kuartal berikutnya. Meskipun, seiring penanganan yang cepat, pertumbuhan ekonomi Tiongkok pulih menjadi 10% pada kuartal III.

Namun, pada saat wabah SARS, PDB Tiongkok tidak signfikan lantaran baru 4% terhadap total PDB global. “Bagian itu sekarang berdiri di 17%, yang berarti pengaruhnya bisa lebih besar,” ujarnya dalam pesan tertulis kepada katadata.co.id.

(Baca: Cegah Penyebaran Corona, Impor Hewan Hidup Tiongkok Disetop Sementara)

Sejauh ini, Direktur Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah Redjalam mengatakan, Indonesia sudah terdampak melalui gejolak di sektor keuangan dan pariwisata. Di sektor keuangan, IHSG turun drastis dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terdepresiasi akibat sentimen negatif yang muncul di tengah kekhawatiran akan virus novel corona.

Sedangkan di sektor pariwisata -- seiring penutupan akses penerbangan dan jalur lainnya dari dan menuju Tiongkok -- jumlah turis asing khususnya dari Tiongkok turun drastis. Penurunan ini akan berpengaruh negatif ke sektor terkait seperti transportasi, hotel, restoran, dan lainnya.

“Industri transportasi udara, darat, laut akan turun. Demikian juga dengan industri hotel dan restoran, industri cinderamata, dan barang oleh-oleh, semua akan terpukul,” kata dia kepada katadata.co.id.

Di sisi lain, kebijakan penyetopan impor barang bahan baku dari Tiongkok akan menghantam industri manufaktur Indonesia. “Kalau virus corona tidak selesai hingga Maret, pertumbuhan ekonomi kuartal I diyakini di bawah 5%,” ujarnya.

Sedangkan Josua memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Tiongkok bisa melambat dari 6,1% tahun lalu menjadi 5,7% sampai 5,9% tahun ini, bila wabah virus novel corona berlangsung cukup lama. Adapun Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan berada di kisaran 4,95% sampai 5,02% pada kuartal I tahun ini.

Halaman:
Reporter: Dimas Jarot Bayu

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami