(Baca: Bappenas Sebut Mobil Nasional Masih Sulit Bersaing dengan Merek Dunia)

Dwi yang juga berprofesi sebagai guru di SMK Negeri 2 Surakarta ini mengatakan masyarakat tidak perlu alergi dengan pengunaan komponen dari Tiongkok. Kendaraan merupakan produk global yang terdapat ribuan komponen di dalamnya. Untuk membuat mobil, tak perlu harus membuat semua komponennya sendiri. Banyak perusahaan yang bisa digandeng.

Dia mencontohkan banyak mobil seperti Audi, Acura, hingga BMW yang keseluruhannya komponennya dibuat di Tiongkok. "Mobil dari merek-merek ternama itu ada yang satu glundung (komponennya) dari Tiongkok, full 100%. Lihat saja di chinaautoweb.com," katanya.

Meski begitu, pihak Solo Manufaktur Kreasi menyatakan akan terus berupaya agar penggunaan komponen lokalnya bisa 100%. Sejak awal tahun ini, Esemka cukup intensif bertemu dengan perusahaan komponen lokal. Solo Manufaktur Kreasi juga telah bekerja sama dengan Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM) serta Perkumpulan Industri Kecil dan Menengah Komponen Otomotif (PIKKO).

(Baca: Esemka Dinilai Berpeluang Rebut Pasar Otomotif Nasional )

Jalan Panjang Mobil Esemka

Esemka pertama kali digagas pada 2007 oleh pemilik bengkel Kiat Motor, Sukiyat, untuk transfer ilmu kepada siswa-siswa SMK. Dua tahun kemudian, lahirlah mobil buatan anak SMK bernama Esemka Rajawali. Total ada 9 unit prototipe yang dibuatnya dengan nama 'Kiat Esemka' yang

Nama Esemka semakin melejit ketika Jokowi yang kala itu menjadi Walikota Solo menjadikan Esemka sebagai kendaraan dinasnya pada 2012. Saat itu pengembangan Esemka sempat menjadi rebutan. Permintaannya banyak, tapi produksinya masih sangat sedikit. Ditambah lagi mobil Esemka belum mengantongi izin.

Butuh investor untuk mengembangkan produk otomotif nasional ini. Pengembangan mobnas ini diperkirakan membutuhkan modal awal Rp 100 miliar. Awalnya, Garansindo berminat untuk meminang Esemka dengan berinvestasi dan mengembangkan karya anak SMK ini. Namun, kerja sama ini gagal mencapai kesepakatan.

(Baca: Jejak Suram Mobil Nasional, Bagaimana Nasib Esemka?)

Pada 21 April 2015, perusahaan milik mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono, PT Adiperkasa Citra Lestari Hero berhasil menarik hati Esemka. Esemka pun berkembang dengan membangun pabrik di Boyolali, Bogor, dan lokasi lain di Jawa Barat.

Pengembangan Esemka tidak berjalan mulus. Mobil ini sempat tidak lolos uji emisi gas buang hingga dua kali. Pada 2010, Esemka dinilai masih memiliki gas buang yang terlalu tinggi. Dua tahun kemudian, uji emisi sebagai prasyarat mobil bisa diproduksi, kembali gagal. Akhirnya pada Agustus 2012, pengujian emisi ketiga kalinya berhasil dan Esemka dinilai memenuhi standar. Meskipun telah lulus emisi, Esemka harus mengurangi bobot kendaraan hingga setengahnya.

Meski telah melalui serangkaian pengembangan sejak 2009, Esemka belum dapat diproduksi massal. Hal ini dikarenakan standar emisi Euro 4 telah diberlakukan untuk semua jenis kendaraan roda empat. Sementara Esemka baru mendapatkan Sertifikat Uji Tipe (SUT) bermesin Euro 2. Artinya, mobil Esemka yang telah mendapat SUT harus melalui pengujian ulang dengan mesin yang berbahan bakar Euro 4.

(Baca: Pabrik Beroperasi, 3.500 Mobil Pick Up Esemka Diproduksi Per Tahun)

Kini, setelah setelah mendapat izin dan pabriknya resmi berdiri, Solo Manufaktur Kreasi percaya diri mengeluarkan produk pertamanya Esemka Bima, dan akan segera menyusul produk mobil lainnya. Pada tahun pertama, Solo Manufaktur Kreasi akan memproduksi sebanyak 3.500 unit Esemka Bima. Adapun kapasitas produksi total pabrik Esemka sebesar 12 ribu unit per tahun.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement