Saat ini sudah ada investor dari Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan yang berminat menanamkan modalnya senilai total US$ 4,3 miliar (setara 61,5 triliun).Untuk tahap awal, para investor itu akan menggelontorkan dana sekitar US$ 700 juta. "Itu hanya investasi awal, karena macam-macam nanti baterainya," kata Luhut.

(Baca: Luhut: Indonesia akan Miliki Pabrik Baterai Lithium Terbesar di Dunia)

Dengan adanya pabrik tersebut, Indonesia akan menjadi pemain penting industri kendaraan listrik. Saat ini, produksi baterai lithium terbesar di dunia dipegang oleh Tiongkok. Selain baterai, pemerintah juga menawarkan investor membangun komponen kendaraan listrik lainnya.

Agar menarik minat investor, pemerintah pun memberikan insentif tax holiday. Insentif ini merupakan pembebasan pajak penghasilan (PPh) dalam waktu tertentu. Ada tiga industri yang bisa mendapatkan fasilitas ini, yakni industri motor listrik yang terintegrasi dengan pembuatan magnet, industri motor listrik yang terintegrasi dengan pembuatan kumparan, serta industri baterai. Kemudian pengurangan PPh (tax allowance) bagi industri komponen dan pendukung lainnya.

Pemerintah juga menyatakan akan memberikan dukungan pasar yang besar bagi pengembangan mobil listrik. Dukungan ini diberikan dengan membebaskan pajak, agar harga mobil listrik bisa murah, dan masyarakat tertarik membelinya.

Dalam mengembangkan kendaraan listrik, Kementerian Perindustrian mengusulkan pemberian insentif pajak penjualan barang mewah (PPnBM). Usulannya, dasar perhitungan PPnBM diubah dari saat ini berbasis kapasitas silinder, menjadi berbasis karbondioksida (CO2) yang dihasilkan kendaraan tersebut. Semakin rendah emisi karbon, pajaknya pun semakin rendah.

Usulan PPnBM Otomotif
(Kemenperin)

Aturan soal mobil listrik akan melindungi industri otomotif yang sudah ada. Arah kebijakan pengembangan mobil listrik berbasis insentif, bukan pembatasan jenis otomotif lainnya. Pemerintah memastikan industri yang sudah ada tidak terganggu, karena sudah mengeluarkan invetasi yang besar, telah banyak menyerap tenaga kerja, menimbulkan multiplier effect bagi industri turunan. Kebijakan yang diambil harus memberikan kepastian usaha dan mencerminkan konsistensi.

(Baca: Pembangunan Stasiun Pengisian Listrik di Jakarta Lampaui Target)

Pemerintah menetapkan pengembangan kendaraan listrik dimulai dari sepeda motor. Untuk mobil listrik, pengembangan awalnya diarahkan pada area tertentu, seperti kawasan wisata, industri, perkantoran, dan kawasan lain. Pemerintah juga mengarahkan kendaraan listrik untuk transportasi publik, kendaraan dinas pemerintah, perusahaan negara (BUMN) dan perusahaan daerah.

Pengembangan sepeda motor sudah berjalan dan akan mulai berproduksi awal tahun depan. PT Wijaya Karya (Persero) menggandeng PT Gesits Technologies Indo (GTI) membangun pabrik sepeda motor listrik di Cilengsi, Jawa Barat. Dengan investasi awal Rp 180 miliar, pabrik ini mampu memproduksi sepeda motor Gesits sebanyak 60 ribu unit per tahun mulai Februari 2019.

Sepeda motor ini telah melakukan uji coba jalan dari Jakarta hingga Bali. Bahkan, Presiden Jokowi pun telah menjajalnya di Kompleks Istana Kepresidenan bulan lalu. "Ini kalau sudah diproduksi saya pembeli pertama. Saya akan beli 100 (unit)," ujarnya. Dia juga menjanjikan pemerintah akan mempermudah urusan uji kelayakan dan perizinan agar kendaraan ini bisa segera dipasarkan.

Gesits merupakan hasil karya anak bangsa yang diprakarsai oleh Garansindo bersama Institut Teknologi Sepuluh November (ITS). Ini merupakan kendaraan listrik pertama buatan Indonesia dan telah resmi menjadi Sepeda Motor Listrik Nasional. Tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) dalam memproduksi kendaraan ini pun cukup besar, mencapai 87%.

Target Produksi Kendaraan Listrik
(Kemenperin)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement