Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin menyadari isu ekonomi dan kesejahteraan menjadi salah satu penyebab merosotnya elektabilitas. Mereka pun menyiapkan strategi dengan mengoptimalkan penyampaian data capaian hasil pembangunan yang dilakukan pemerintah selama empat tahun terakhir.

(Baca: Jarak Elektabilitas Jokowi vs Prabowo Menipis 12,2% karena Isu Ekonomi)

Juru bicara TKN Jokowi-Ma'ruf, Ahmad Basarah mengatakan kondisi ekonomi Indonesia selama pemerintahan Jokowi memang dinamis dan fluktuatif. Namun, fundamental ekonomi Indonesia saat ini cukup kuat. Dia mengklaim figur pemerintahan yang direpresentasikan Jokowi tidak korupsi dan mementingkan kepentingan pribadi, kelompok, atau golongan. Berbeda dengan Indonesia di era Orde Baru di bawah Presiden kedua RI Soeharto.

Menurutnya, fundamental ekonomi zaman Orde baru terpusat pada kroni-kroni Soeharto. "Kalau semangat penyelenggara negaranya dalam hal ini presiden adalah figur yang korup, ingin memperkaya diri sendiri, dan menguntungkan golongannya sendiri, saya yakin fundamental ekonomi demikian akan hancur," kata Basarah di Megawati Institute, Jakarta, Rabu (28/11).

Dengan modal dasar tersebut, Basarah menilai banyak capaian pembangunan ekonomi Indonesia yang sudah jauh lebih baik. Namun, informasi terkait capaian ekonomi tersebut belum tersampaikan kepada publik dengan baik, karena belum optimalnya kerja humas dari berbagai kementerian dan lembaga pemerintah.

(Baca: Tawaran Stabilitas Politik dan Ekonomi dari Jokowi vs Prabowo)

Tim sukses Prabowo-Sandi pun tidak mau kalah. Hasil survei sejumlah lembaga ini menjadi referensi bagi tim sukses Prabowo-Sandi untuk bekerja keras demi memenangkan Pilpres 2019. Berbagai survei akan dijadikan bahan evaluasi oleh tim sukses. Hasil evaluasi akan diberikan kepada masing-masing direktorat dalam Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi untuk dikaji.

BPN Prabowo-Sandiaga menyatakan akan meningkatkan kinerja hingga dua kali lipat. Direktur Eksekutif BPN Prabowo-Sandiaga Musa Bangun mengatakan peningkatan kerja BPN Prabowo-Sandiaga dalam pemenangan pemilu akan dilakukan dari berbagai aspek. "Karena ini kan masih berjalan waktunya dan itu semua bagian dari evaluasi kerja tim pemenangan," ujarnya.

Dalam kampanyenya, BPN Prabowo-Sandi akan terus fokus pada isu ekonomi. Sandiaga Uno mengatakan tim kampanyenya telah berhasil mengangkat isu harga, melalui kunjungan ke pasar-pasar. "Sekarang kami akan fokus di lapangan pekerjaan," ujarnya usai bertemu Prabowo di Jakarta, Jumat (30/11).

(Baca: Prabowo Janjikan Pemerintahan yang Bersih)

Isu lapangan kerja berasal dari aspirasi masyarakat yang mengeluhkan sulitnya mendapatkan pekerjaan. Prabowo-Sandi akan menawarkan solusi penciptaan lapangan kerja yang luas. Sandiaga akan mengunjungi daerah yang memiliki sentra-sentra usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sektor usaha ini dinilai mampu menyerap 97% lapangan pekerjaan dan menyumbang 60% Produk Domestik Bruto (PDB).

Hasil survei tiga lembaga terlihat mengkhawatirkan bagi pasangan Jokowi-Ma’ruf. Meskipun pasangan calon dengan nomor urut 01 unggul, tapi perolehan suaranya masih rendah sebagai calon petahana. Biasanya, elektabilitas calon petahana sekitar 60-70% untuk dapat mempertahankan kepemimpinannya.

Meski begitu, hawa segar masih dirasakan dari survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang dilakukan September lalu. Perolehan suara Jokowi-Ma'ruf dalam survei tersebut mencapai 60,4%. Unggul jauh dibandingkan Prabowo-Sandi yang hanya memperoleh 29,8%.

(Baca juga: Prabowo-Sandiaga Unggul di Kalangan Pengguna Media Sosial)

SMRC menilai peluang Jokowi terpilih kembali semakin besar. Jika dibandingkan dengan elektabilitas Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Pilpres 2009, tren perolehan suara Jokowi saat ini justru lebih kuat sebagai petahana.

Dalam simulasi dua nama, elektabilitas SBY pada survei September 2008 sebesar 48,6%, lebih tinggi dibandingkan pesaingnya, Megawati Soekarnoputri yang memperoleh suara 35,8%. Saat itu, elektabilitas SBY menurun 5,1% dari survei empat bulan sebelumnya yang mencapai 53,7%.

“Tren elektabilitas Jokowi sebagai petahana menjelang 2019 lebih baik dari tren elektabilitas SBY menjelang 2009. SBY menang dan peluang Jokowi untuk menang lebih baik,” kata Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan pada 8 Oktober lalu.

(Baca: Dibandingkan SBY, Peluang Jokowi Menang Sebagai Petahana Lebih Besar)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement