Kapolri Tito

Kebijakannya ini bahkan dipandang sebagai langkah “cerdas” untuk mengamankan loyalitas korps Kepolisian kepada Presiden dalam jangka waktu cukup panjang. Mengingat, Tito tak dikejar masa pensiun dan bukan sosok “titipan” dari siapa pun.

Pinangan Lama buat Sri

Kini, lagi-lagi hanya berselang sebulan, kejutan kembali dibuat Jokowi. Pengangkatan sejumlah wakil partai dalam kabinet—termasuk Jenderal Wiranto sebagai Menko Politik, Hukum, dan Keamanan yang banyak menuai kritik—memang sudah diduga sebelumnya. Tapi, soal masuknya Sri ke kabinet di luar dugaan.

Spekulasi baru muncul ketika Sri datang ke Jakarta dan berbicara di sebuah forum di Universitas Indonesia, hanya sehari sebelum kabinet baru diumumkan. Di forum itu, Sri sempat memuji dua kebijakan ekonomi pemerintahan Jokowi. Pertama, percepatan pembangunan infrastruktur. Kedua, 12 paket kebijakan untuk mengatasi hambatan perdagangan dan investasi.

(Baca: Sri Mulyani Memuji Dua Kebijakan Pemerintahan Jokowi)

Jika ditilik ke belakang, sesungguhnya “pinangan” Jokowi ke Sri memang sudah disiratkannya sejak lama. Bahkan sejak pemilihan calon Wakil Presiden dan pembentukan kabinet baru pada Oktober 2014, Sri sudah masuk radar.

Untuk Wakil Presiden, pilihan akhirnya jatuh ke tangan Jusuf Kalla. Sedangkan untuk kabinet, rencananya Sri diplot menduduki kursi Menko Perekonomian. Saat itu, sejumlah sumber menceritakan bahwa Sri sudah sempat beberapa kali bertemu dengan Jokowi.

“Restu” pun sudah dikantongi dari Megawati, yang sempat melakukan pertemuan dengan Sri hampir tiga jam lamanya. Persoalannya kemudian, ia meminta adanya dukungan politik yang riil agar kerjanya kelak bisa berjalan efektif.

Syarat ini diajukannya lantaran ia “kapok” direcoki para politisi dalam kasus Bank Century, yang membuatnya terpental dari kabinet. Dukungan politik setengah hati dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, telah membuat dirinya dan Wapres Boediono menjadi bulan-bulanan para politisi Senayan.

Syarat ini yang kabarnya berat dipenuhi oleh Jokowi, dan tidak ada sinyal tegas dari PDI-P. Jokowi pun kabarnya tidak secara langsung meminta Sri masuk kabinet, meski kode sudah dibunyikan oleh Deputi Ketua Tim Transisi Jokowi-JK Eko Sanjoyo saat itu. “Kalau Ibu Sri,  leadership-nya bagus,” ujar Eko, yang kini baru diangkat menjadi Menteri Desa.

Sri lantas menolak secara halus tawaran Presiden Jokowi. Menurut salah seorang sumber, alasan Sri saat itu, ia masih harus menyelesaikan masa kontrak kerjanya di Bank Dunia.

(Baca: Jokowi Pertimbangkan Duet Sri Mulyani-Chatib Basri)

Nama Sri lantas kembali digadang-gadang bakal masuk kabinet, ketika berhembus kencang isu bakal adanya perombakan kabinet jilid I pada Juli 2015. Saat itu, Sri dan Rizal Ramli termasuk calon yang dipertimbangkan untuk masuk tim ekonomi. Selain untuk pos Menko Perekonomian, Sri juga diplot memegang jabatan Menteri Keuangan.

Menurut ekonom UGM Tony Prasetyantono, peluang Sri masuk kabinet saat itu cukup besar. “Saat saya sebut SMI (Sri Mulyani Indrawati), Presiden hanya tersenyum. Tapi saya berani simpulkan, Presiden memang menginginkan SMI,” kata Tony mengisahkan pertemuan sejumlah ekonom dengan Presiden di Istana Negara pada 29 Juni 2015.

Jika Sri saat itu jadi menduduki posisi Menteri Keuangan, maka Bambang Brodjonegoro akan bergeser ke Bappenas. Kenyataannya, Sri lagi-lagi batal masuk skuad tim ekonomi kabinet. Posisi Menko Perekonomian kemudian dijabat Darmin Nasution, dan Rizal Ramli kebagian jatah Menko Kemaritiman.

(Baca: Sri Mulyani Menkeu, Bambang Brodjo ke Bappenas)

Golkar Jokowi

Dengan dua kali pembatalan itu, siapa sangka Sri bakal bersedia masuk kabinet dalam perombakan kali ini. Tapi, jalan cerita rupanya sudah berubah. Golkar yang dulu di baris terdepan berupaya mendongkel Sri Mulyani dalam kasus Century, kini gegap-gempita mendukung pemerintahan Jokowi.

Realita baru itu yang tentunya juga dilihat Sri, hingga akhirnya menerima pinangan ketiga Jokowi. Ia tak perlu lagi khawatir dan bisa bekerja dengan tenang, sepanjang didukung penuh oleh Presiden Jokowi yang kini sudah mengantongi  hampir 70 persen suara di DPR.

Melihat realita itu, apa yang dilontarkan Sekretaris Jenderal Gerindra Ahmad Muzani enam tahun lalu, bahwa ”Ini bagian dari kemenangan Golkar,” saat menanggapi pengunduran diri Sri, menjadi terasa usang.

Reshuffle dan masuknya Sri Mulyani menjadi penanda ketiga keberhasilan konsolidasi politik Jokowi.

Halaman:
Editor: Yura Syahrul
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement