“Rupiah lebih rentan dibandingkan mata uang Asia lainnya. Karena lemahnya harga komoditas dan risiko pembalikan kepemilikan asing di obligasi Negara akibat pengetatan moneter oleh bank sentral AS,” ujar Roy Teo, Senior Strategi Valas ABN Amro Bank NV di Singapura. Ia pun memprediksi rupiah menyentuh level 15.000 per dolar AS tahun depan.

Di sisi lain, upaya pemerintah memacu pertumbuhan ekonomi dengan target 5,2 persen tahun depan juga bisa mempengaruhi nasib rupiah. Pasalnya, demi memacu pertumbuhan ekonomi, BI membuka peluang penurunan suku bunga acuan BI rate. Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung menyatakan, ada ruang bagi BI untuk melonggarkan kebijakan moneternya dengan menurunakan BI rate. “Januari (2016) akan kami evaluasi lagi kondisi pertumbuhan ekonomi dan instrumen kebijakan yang akan kami keluarkan,” ujarnya, pekan lalu.

Adapun Ekonom Mandiri Sekuritas Leo Putra Rinaldy memprediksi BI akan menurunkan BI rate sebesar 50 basis poin pada semester II-2016. Ekonom Bank Mandiri Andri Asmoro menambahkan, meski BI rate turun menjadi 7 persen, masih tetap menarik bagi investor.

Sebelumnya, Bank Dunia memperkirakan perekonomian Indonesia akan menghadapi gejolak pasar tahun depan. Penyebabnya adalah melemahnya permintaan komoditas dari Cina dan kenaikan Fed Rate secara berkala. Sedangkan seretnya penerimaan negara dari sisi pajak mengancam belanja pemerintah untuk pembangunan infrastruktur. Alhasil, harapan peningkatan ekonomi 2016 bakal sulit terwujud.

(Baca: Bank Dunia Sarankan Dana Desa Dimaksimalkan untuk Infrastruktur)

Meski begitu, Ahli Strategi Nomura Holding Inc di Singapura, Dushyant Padmanabhan, lebih optimistis melihat perekonomian Indonesia tahun depan. “Kami melihat akan ada kenaikan permintaan domestik dan belanja pemerintah sebagai hasil awal dari stimulus fiskal dan moneter,” katanya.

Mata Uang Asia

Ia memperkirakan, rupiah masih melemah tahun 2016 ke level 14.850 per dolar AS. Sekadar informasi, Nomura merupakan  peramal valas terbaik kedua dalam peringkat Bloomberg di kuartal terakhir lalu.

Pelemahan rupiah tahun depan juga diperkirakan oleh beberapa analis valas domestik, namun tidak sedalam ramalan para analis asing. Kepala Riset Bagian Pendapatan Tetap (Fix Income) Mandiri Sekuritas Handy Yunianto memproyeksikan rupiah mencapai 14.300 per dolar AS pada 2016 meski BI menurunkan suku bunga acuannya. Kebijakan itu akan mendorong ekonomi tumbuh lebih tinggi dari sektor riil. Inflasi juga diprediksi tetap rendah.

Sedangkan Leo Putra melihat, masih adanya kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia sehingga rupiah dapat bertahan. “Volatilitas rupiah jauh lebih rendah (tahun depan),” katanya.

Bahkan, Ekonom Bank Permata Josua Pardede optimistis rupiah dapat bertahan di bawah level 14.000 per dolar AS tahun depan. Pertimbangannya, aneka paket kebijakan ekonomi bakal mulai terasa dampaknya di 2016. Meski perlambatan ekonomi Cina sangat mempengaruhi stabilitas nilai tukar, pelemahan rupiah diperkirakan cuma terjadi selama paruh pertama tahun depan.

Halaman:
Reporter: Yura Syahrul, Desy Setyowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement