Bisnis keuangan Astra telah menyumbang laba bersih sebesar Rp 985 miliar pada kuartal pertama tahun ini. Angkanya turun sekitar 30% dari periode yang sama 2020. 

Ada dua kondisi yang menyebabkan penurunan tersebut. Pertama, peningkatan provisi guna menutupi kredit bermasalah yang meningkat pada periode tersebut. Kedua, penurunan portofolio pembiayaan pada bisnis pembiayaan konsumen.

Pada kuartal lalu, nilai pembiayaan baru pada bisnis konsumen Astra turun 18% menjadi Rp 19,3 triliun. Kontribusi laba bersih Astra yang fokus pada pembiayaan mobil menurun 34% menjadi Rp 249 miliar.

Kontribus laba bersih dari PT Federal International Finance (FIF) yang fokus pada pembiayaan sepeda motor menurun 39% menjadi Rp 410 miliar. 

Total pembiayaan baru yang disalurkan oleh unit usaha Astra yang fokus pada pembiayaan alat berat turun sebesar 1% menjadi Rp 1,4 triliun. Kontribusi laba bersih dari divisi ini membaik dari rugi bersih sebesar Rp3 miliar menjadi laba bersih sebesar Rp 13 miliar.

Astra
Astra International. (Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA)

Prospek Saham Astra

Bisnis Astra membentang dari otomotif, jasa keuangan, alat berat, pertambangan, agribisnis, infrastruktur dan logistik, informasi teknologi, sampai properti.

Kinerja seluruh usahanya saat ini masih tertekan. Pandemi Covid-19 sangat memukul bisnis otomotifnya. Angkanya sedikit membaik sejak Maret lalu ketika pemerintah memberikan relaksasi pajak.

Penjualan mobil yang merosot sepanjang 2020 berdampak buruk terhadap kinerja keuangan Astra. Perolehan laba bersihnya menurun hingga 25,54% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp 16,16 triliun. 

Sebenarnya, laba bersih Astra tahun lalu anjlok 52,63% menjadi Rp 10,28 triliun. Kondisi keuangannya tertolong penjualan saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) dengan keuntungan Rp 5,88 triliun.

Pada kuartal pertama 2021, Astra mencatat pendapatan bersih terkonsolidasinya turun 4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 51,7 triliun. Untuk laba bersihnya berkurang 22% menjadi Rp 3,7 triliun.

Senior Vice President Research Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial memprediksi kinerja Astra akan membaik pada kuartal kedua tahun ini. Hal ini seiring dengan pemulihan ekonomi dan meratanya distribusi vaksin Covid-19. 

“Prospek saham ASII (kode efek Astra International) tidak perlu khawatir karena grup ini usaha konglomerat,” ujar Janson. “Lini bisnisnya sangat terdiversifikasi.” Apabila salah satu bisnis mengalami penurunan kinerja, bisnis lainnya akan memitigasi. 

Untuk investasi ke startup, Kepala Riset Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi mengatakan, pengembangan bisnis yang agresif Astra merupakan upaya untuk menopang kinerja 2021. “Investasi ke banyak lini bisnis memang salah satu strategi yang bagus,” katanya. 

Rekomendasinya adalah buy on weakness untuk saham ASII. Target harganya di kisaran Rp 5.300 sampai Rp 6.100 per lembar. 

Astra sebelumnya juga berpartisipasi pada pendanaan Gojek sebanyak dua kali. Yang pertama pada 2018 senilai US$ 150 juta. Setahun kemudian investasinya bertambah US$ 100 juta. Keduanya lalu membuat perusahaan aptungan di bidang transportasi persewaan.

Dengan berinvestasi ke Sayurbox dan Halodoc, menurut Lanjar, Astra dapat membuat satu ekosistem dengan memakai pembayaran AstraPay. Model bisnis menggurita ini dapat menutup risiko perusahaan.

Penyumbang bahan: Muhammad Fikri (magang)

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Ihya Ulum Aldin
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement