Direktur Investasi INA Stefanus Ade Hadiwidjaja sebelumnya mengatakan untuk jangka pendek lembaga investasi ini akan fokus bidang infrastruktur. Contohnya, jalan tol, bandara, dan pelabuhan.

Sektor tersebut membutuhkan pendanaan besar. Infrastruktur juga memberi kontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan efek berganda (multiplier effect) ke berbagai sektor lain. 

Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menyebut, potensi INA masuk ke energi terbarukan sangat besar. “Sektor ini sangat strategis, seharusnya LPI bisa ikut memprioritaskannya,” katanya.

Yang utama adalah pemerintah harus konsisten dan berkomitmen dalam perencanaan proyek energi bersih. Dengan begitu, INA dapat mendukung jalannya proyek. “Mereka tidak akan memberikan investasi dengan asal. Pendanaan proyek dari INA adalah penilaian keberhasilan lembaga itu,” ucapnya.

Proyek PLTA Jatigede
Proyek PLTA Jatigede (Arief Kamaludin|KATADATA)

Potensi Investasi Energi Terbarukan RI

Laporan Ernst and Young (EY) pada April lalu menunjukkan potensi investasi energi terbarukan di Indonesia mencapai US$ 12 miliar. Angkanya sekitar Rp 175,4 triliun dan sektor ini paling menarik bagi investor.

Perusahaan audit internasional itu mengidentifikasi 97 proyek energi terbarukan di Tanah Air. Dari jumlah ini, terdapat 94 proyek pembangkit listrik energi terbarukan dengan kapasitas total 4 gigawatt (GW) yang sudah berada dalam pipeline.

Proyek-proyek di sektor ini berpotensi menciptakan 34 ribu pekerjaan, serta menurunkan emisi hingga 19 metrik ton setara karbon dioksida (metric ton CO2 equivalent/MTCO2e). Mayoritas proyek tersebut merupakan dari sektor panas bumi.

EY melaporkan ada minat yang sangat tinggi pada pembangkit listrik panel surya dan angin. “Perusahaan swasta semakin tertarik pada energi terbarukan untuk berkontribusi pada transisi energi di Indonesia,” tulis riset tersbut.

Meski mayoritas proyek fokus pada panas bumi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan potensi terbesar justru terdapat pada energi surya yang mencapai 207,8 GW.

Manfaat lingkungan dan ekonomi dari pengembangan energi hijau, tulis EY, tidak dapat lagi diabaikan. Pemerintah di seluruh dunia telah mengakui peran yang dapat dimainkan sektor energi hijau dalam pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.

Namun, masa depan pengembangan energi terbarukan di Indonesia akan bergantung pada strategi PLN. Negara ini juga membutuhkan regulasi yang jelas untuk mengakselerasi transisi energi.

Salah satu proyek energi terbarukan teranyar yang pemerintah baru saja umumkan adalah kawasan industri hijau terintegrasi di Kalimantan Utara. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut energinya akan berbasis tenaga hidro.

Luasnya mencapai 12,5 ribu hektare dan merupakan kawasan industri industri hijau terbesar di dunia. “Kami berharap groundbreaking akan bisa dilakukan tahun ini, dan ada sekitar 11 ribu megawatt yang akan bisa digunakan," kata Luhut pada Jumat lalu.

Pembangunannya, menurut dia, sejalan dengan target pemerintah untuk mencapai target nol emisi karbon atau net zero emission pada 2060. “Karena itu, upaya keras transisi dari energi fosil ke energi baru dan terbarukan menjadi prioritas kami. Dunia juga sekarang mengarah ke situ,” ucapnya. 

Penyumbang bahan: Muhammad Fikri (magang)

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement