Data BI, indeks keyakinan konsumen untuk pertama kalinya sejak Pandemi Covid-19 masuk ke zona optimistis pada April 2021 di level 101,5. Pada periode yang sama, PMI manufaktur juga kembali ekspansif di level 54,6.

Badan Pusat Statistik pada kemarin (20/5) juga melaporkan neraca perdagangan kembali surplus US$ 2,19 miliar pada April 2021, menandakan surplus selama 12 bulan berturut-turut. Kinerja suplus perdagangan ditopang oleh ekspor yang semakin membaik, naik 0,69% dibandingkan bulan sebelumnya atau 51,94% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sementara itu, kinerja impor turun 2,98% dibandingkan bulan sebelumnya tetapi naik 29,93% dibandingkan April 2020 menjadi US$ 16,29 miliar. Penurunan impor secara bulanan terutama terjadi pada kelompok bahan baku dan barang modal.

Impor bahan baku tercatat US$ 12,47 miliar, turun 3,63% secara bulanan tetapi naik 33,24% secara tahunan.Impor barang modal mencapai US$ 2,19 miliar, menurun 9,05% bulanan tetapi naik 11,55% secara tahunan. Sedangkan impor barang konsumsi tercatat US$ 1,63 miliar, naik 12,89% secara bulanan dan 34,11% secara tahunan.

Namun di samping sejumlah indikator ekonomi yang menunjukkan perbaikan, ekonomi kuartal II mampu melaju kencang karena kinerja yang buruk pada periode yang sama tahun lalu. Pada kuartal II 2020, ekonomi Indonesia terkontraksi 5,32% .

Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, meski ekonomi kuartal II tak tumbuh secara kuartalan alias stagnan dibandingkan kuartal I, ekonomi April-Juni 2021 tetap akan tumbuh 5,62% dibandingkan kuartal kedua tahun lalu. Ini karena kontraksi ekonomi yang dalam pada masa-masa awal pandemi tahun lalu.

Pada kuartal kedua ini, menurut dia, konsumsi rumah tangga akan pulih dan tumbuh 6,9% hingga 7,9% pada April-Juni 2021. Konsumsi pemerintah juga tetap akan dipacu tumbuh 7,6% hingga 7,9%. "Konsumsi pemerintah akan terus berperan," ujarnya.

Ia juga menargetkan konsumsi lembaga nonprofit rumah tangga (LNPRT) akan tumbuh 5-5,5%, investasi 6,4-8,3%, ekspor 10,5-12%, dan impor 9,5-14%. Pemerintah pun masih meyakini ekonomi Indonesia sepanjang 2021 mampu mencapai target 4,5-5,3%.

Sektor-sektor Pengungkit Ekonomi

Keyakinan pemerintah pada ekonomi kuartal II juga sejalan dengan prediksi Mandiri Institute yang tumbuh 7,1%. Ekonomi secara keseluruhan tahun diperkirakan tumbuh 4,6%.

Prediksi Mandiri Institute lebih optimistis dibandingkan Morgan Stanley, Perusahaan Keuangan Global yang memproyeksi ekonomi Indonesia tumbuh 6,5% pada kuartal kedua tahun ini. Morgan Stanley juga baru saja memangkas proyeksi ekonomi Indonesia dari 6,2% menjadi 4,5% untuk tahun ini.

Namun seperti halnya pemerintah, Mandiri Institute menekankan pemulihan ekonomi hanya akan berjalan lancar jika penyebaran kasus Covid-19 dapat ditekan dan vaksinasi terus ditingkatkan. Penerapan protokol kesehatan yang ketat juga harus terus dilanjutkan mengingat masih ada ancaman virus baru yang memicu peningkatan kasus global.

Catatan Mandiri Institute saat ini, pemulihan ekonomi sektoral sudah terlihat membaik secara perlahan dan bertahap. Mayoritas atau 65% dari sektor ekonomi sudah menunjukkan arah pemulihan. Namun secara umum, sektor-sektor ekonomi masih beroperasi 40-70% dari level normal atau sebelum pandemi.

Beberapa sektor yang pulih lebih cepat adalah yang terkait kebutuhan pokok baik sisi produksi, distribusi dan perdagangannya, seperti industri makan dan minum, pendidikan, jasa kesehatan, air, listrik, informasi dan komunikasi.

"Selanjutnya, pemulihan bergerak ke sektor durable goods dan yang terkait," demikian tertulis dalam bahan paparan Mandiri Institute,

Sektor tersebut mencakup industri manufaktur, angkutan darat dan logistik, dan pertambangan. Sementara tahap akhir dari pemulihan ekonomi akan terjadi di sektor
angkutan udara, konstruksi, dan properti.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement