Yayasan Tunasmuda Care yang berbasis di Jakarta merupakan lembaga filantropi sosial. Fokusnya pada bidang pendidikan, lingkungan, kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat. 

Pada pertengahan Juli, yayasan ini membuka sentra vaksin Covid-19 dosis pertama di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 30, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Layanan vaksin ini melayani sekitar 500 orang.

Sebulan kemudian, tepatnya 15 Agustus 2021, dosis kedua diberikan dengan kuota yang sama. Pelaksanaan vaksinasi massal ini, menurut Reby, merupakan permintaan pihak kecamatan setempat.

Pihak kecamatan juga memberikan sejumlah fasilitas pendukung program tersebut. “Mereka melimpahkan tugas ke puskesmas untuk mendukung vaksin Covid-19, termasuk pasokan vaksinnya,” kata Reby.

Di lapangan, para relawan Tunasmuda Care mengurus jalannya vaksinasi. Mulai dari perizinan tempat hingga mencari vaksinator..

Yayasan tersebut sudah memiliki jaringan ke para tenaga medis. Petugas vaksinasi dibedakan menjadi dua. Pertama, relawan tenaga kesehatan, seperti dokter, perawat, dan bidan. Kedua, relawan non-nakes yang berasal dari anggota Tunasmuda Care. 

Relawan nakes bertugas menyuntikkan vaksin. Sedangkan relawan non-nakes mengurus administrasi, seperti pendaftaran dan pencatatan peserta vaksinasi. 

Satu masalah yang ia hadapi dalam pelaksanaan vaksinasi massal ini adalah biaya. Yayasan ini terus mencari dan membuka donasi untuk mitra yang mau bekerja sama. 

Untuk pengadaan vaksinasi dosis pertama dan kedua selama dua hari, total biayanya mencapai Rp 20 juta hingga Rp 25 juta. “Satu hari, saat dosis pertama biayanya Rp 10 juta sampai Rp 15 juta untuk kuota 500 orang,” ujarnya.

Biaya tersebut juga termasuk honor relawan vaksinator. Antara relawan nakes dan non-nakes honornya berbeda. Untuk non-nakes mendapat Rp 100 ribu sekali bertugas.

Vaksinasi Covid-19 Door to Door di Cijantung
Vaksinasi Covid-19 Door to Door di Cijantung, Jakarta (Muhammad Zaenuddin|Katadata)

Namun, Reby tak menyebut gamblang besaran honor untuk para nakes. Besarannya berbeda-beda antara dokter, perawat, dan bidan. “Sebelum vaksinasi digelar, kami tanya dulu ke pihak nakes,” kata Reby. “Kami mengikuti saja biasanya berapa yang mereka terima.” 

Di Yogyakarta, berbagai pihak turut membantu program percepatan vaksin. Salah satunya adalah Universitas Gadjah Mada (UGM) yang telah menyalurkan 12 ribu dosis vaksin untuk dosen, karyawan, juga keluarga UGM, serta sebagian kecil mahasiswa. 

Ketua Satgas Covid-19 UGM Dokter Rustamadji mengatakan, pelaksanaan vaksinasi tersebut melibatkan berbagai pihak. Salah satunya, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Sardjito sebagai penyalur vaksinator. 

Sedangkan vaksinnya diperoleh melalui kerjasama dengan Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Yogyakarta. UGM akan mendapatkan tambahan 20 ribu vaksin.

Dosis tambahan tersebut hendak difokuskan untuk para mahasiswa. “Untuk mahasiswa, kami bisa mendapat 10 ribu dosis, saya kira bisa,” ujarnya pada 24 Agustus 2021. 

Program Vaksin Belum Merata

Angka 100 juta dosis vaksin mungkin menggembirakan. Namun, masih ada target 170 juta hingga 180 juta orang yang harus menerima vaksin lengkap di negara ini.

Epidemiolog Griffith University, Australia, Dicky Budiman menyoroti masih ada masalah terkait distribusi vaksin. Target kelompok prioritas, yaitu lanjut usia (lansia), orang dengan penyakit bawaan (komorbid), dan masyarakat rentan, masih jauh dari realiasasi.

Capaian vaksinasi bagi kelompok rentan di beberapa daerah belum tercapai. Sejauh ini, programnya masih bertumpu pada kerja Dinas Kesehatan (dinkes) saja sehingga target vaksinasi belum terealisasi dengan baik.

Kolaborator penyelenggara vaksinasi swasta, kata Dicky, belum sepenuhnya taat pada target prioritas penerima vaksin. “Ini bukan masalah semua segera divaksin, bukan itu saja. Tetapi perlu perhatikan prioritas,” lanjutnya.

Penyelenggara vaksinasi massal swasta, menurut Dicky, harus taat pada target prioritas. Hal ini juga perlu menjadi evaluasi dinkes. “Itu yang jadi permasalahan dan harus paling utama diselesaikan,” katanya pada Katadata.co.id, pada awal pekan ini.

Lalu, terkait kebutuhan vaksinator sendiri, Dicky melihat tidak ada masalah. Begitu pun dari segi insentif yang diterima para vaksinator. Pemerintah pusat dan daerah melakukan pemantauan pada pemberian insentif vaksinator. “Insentif bagi vaksinator tentu perlu diberikan, bukan soal materi, tapi sebagai penghargaan atas kontribusi mereka,” ujarnya.

Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia Tri Yunis Miko mengatakan, percepatan vaksinasi perlu melibatkan semua pihak, termasuk dari tentara, polisi hingga swasta. “Konsep kolaborator vaksinasi masal ini baik, niatnya adalah mempercepat vaksinasi. Semua dalam naungan negara,” katanya.

Vaksinasi masal, menurut Tri, meski dilakukan oleh pihak swasta, tetap harus mengikuti standar. Pengawasannya dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi. Stok vaksin Covid-19 diberikan melalui dinkes, lalu dikirim ke penyelenggara. “Semua diawasi dinkes,” ucap Tri.

Vaksinasi tersebut hanya dapat dilakukan oleh nakes yang sebelumnya pernah menyuntik, praktik, atau punya sertifikat profesi boleh menyuntik. Bisa pula nakes yang sertifikatnya belum keluar namun sedang proses mengurus atau selama sekolah pernah menyuntik juga.

Tak hanya soal menyuntik, para nakes perlu melakukan proses penyaringan penyakit calon penerima vaksin. “Itu memang ada pelatihannya,” kata Tri.

Penyumbang bahan: Alfida Febrianna dan Dhia Al Fajr (Magang)

Halaman:

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement