Menurut pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, kemunculan Dewan Kolonel justru bisa memperkeruh suasana dan mengganggu solidaritas kader PDIP. Pasalnya, saat ini kader partai dengan elektabilitas paling tinggi justru Ganjar Pranowo, bukan Puan Maharani. 

“Dengan dibentuk Dewan Kolonel itu kelihatannya celah Ganjar untuk bisa eksis atau bermanuver di politik akan ditutup,” katanya, kepada Katadata. 

Ujang menilai Puan membutuhkan strategi baru untuk mendongkrak elektabilitasnya. Pasalnya, selama ia menjadi Ketua DPR, Puan dianggap gagal mendongkrak elektabilitas karena cenderung tidak berpihak kepada rakyat.

“Misalnya soal revisi UU KPK, penetapan Omnibus Law, dan kenaikan BBM. Itu kebijakan populis yang harusnya bisa menaikkan popularitas Puan. Tapi ini kan tidak,” kata Ujang. 

Reaksi Kubu Relawan Ganjar

Pembentukan Dewan Kolonel ini turut memantik reaksi kubu Ganjar Pranowo. Ketua Umum Ganjar Pranowo Mania (GP Mania), Immanuel Ebenezer mengatakan pihaknya membentuk Dewan Kopral untuk mendukung gubernur Jawa Tengah itu maju ke pemilu 2024. 

“Kalau PDIP bentuk Dewan Kolonel untuk memenangkan Puan, kita bentuk Dewan Kopral untuk memikat hati rakyat mendukung Ganjar pada 2024. Oktober sudah terbentuk,” ujar Immanuel yang didapuk menjadi Ketua Dewan Kopral, Rabu (21/9).

Menanggapi adanya tim khusus tersebut, Ganjar Pranowo justru meminta agar seluruh pihak menahan diri dan tidak menganggap dewan tersebut sebagai suatu hal yang serius. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa hak menentukan calon presiden yang akan diangkat PDIP berada di tangan ketua umum partai, Megawati Soekarnoputri.

“Kalau sudah ditentukan, saya kira semua relawan dari pendukung siapapun akan kolaborasi. Tahan diri, edukasi publik agar demokrasi semakin dewasa” ujar Ganjar di Sekolah PDIP, Lenteng Agung, Kamis (22/9).

Pengamat politik Centre of Strategic and International Studies (CSIS), Nicky Fahrizal, mengemukakan adanya dua kubu dalam satu tubuh partai ini adalah sebuah fenomena yang menarik. Ia menjelaskan biasanya satu partai politik akan menggelar konvensi internal untuk memunculkan satu nama yang akan diusung untuk mewakili partai. 

Namun kini ada dua nama yang bersaing untuk meningkatkan citra mereka di mata ketua umum. “Adanya Dewan Kolonel dan Dewan Kopral untuk menarik elektabilitas ini menarik. Dinamika persaingannya khas dan berbeda di partai lain. Cuma catatannya adalah agar sebisa mungkin mencerminkan persaingan yang sehat dan sportif,” tutur Nicky pada Katadata, Jumat (23/9).

Ia pun menilai Ganjar Pranowo dan Puan Maharani sama-sama memiliki pengalaman politik mumpuni. Sebelum menjadi Gubernur Jawa Tengah selama dua periode, Ganjar pernah tercatat menjadi anggota DPR. Begitu pun Puan yang sudah pernah menjadi menteri dan anggota DPR sebelum menjabat sebagai ketua DPR sekarang.

Kendati demikian, Nicky menilai memang perlu kerja keras untuk menaikkan popularitas Puan. “Sebagai ketua DPR, yang bisa dilakukan Puan adalah memfungsikan lembaga itu sebagai corong aspirasi masyarakat. Gimik politik boleh, tapi jangan terlalu tebal,” jelas Nicky.

 Sementara itu, Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menganalisis PDIP akan kesulitan jika PDIP mengangkat Puan sebagai calon presiden. Pasalnya, ada perbedaaan besar antara elektabilitas partai dengan Puan Maharani. Survei Charta Politika menunjukkan elektabilitas PDIP masih di atas 21,4 %.

“Logikanya, partai dengan elektabilitas lebih dari 20 % dan mencalonkan kader yang elektabilitas tidak sampai 10 % artinya kan yang tadinya niatan menjadi dongkrak elektoral, malah jadi beban elektoral,” jelasnya, Kamis (22/9).

KARNAVAL PENGGING FAIR 2022
KARNAVAL PENGGING FAIR 2022 (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/aww.)

Yunarto juga menjelaskan elektabilitas Puan memang meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Namun, peningkatan ini tidak bisa dikategorikan sebagai kenaikan secara absolut. Sebab, peningkatan dari 1,1 % pada Desember 2021 menjadi 2,4 % di Juni 2022 itu masih terhitung dalam selisih margin of error alias batas kesalahan sebuah survei. 

Bila dibandingkan dengan Puan, Ganjar Pranowo memang memiliki elektabilitas tertinggi, namun belum terlihat ada dukungan partai ke Ganjar untuk maju ke Pilpres 2024. Bahkan, Charta Politika mencatat bahwa 69 % dari seluruh pemilih PDIP di Indonesia cenderung memilih Ganjar Pranowo menjadi presiden, sementara Puan Maharani hanya mengantongi 10 % suara.

“Maka untuk meningkatkan elektabilitas Puan Maharani, butuh ledakan secara elektoral yang bisa mengakselerasi ketertinggalan dibanding calon lain, termasuk sesama kader PDIP yaitu Ganjar Pranowo,” ujar Yunarto.

Halaman:
Reporter: Ade Rosman
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement