Kedua, semangat perjuangan PPP sudah mulai lemah dan kendor dalam konteks berjuang mendapat suara Islam. Sedangkan partai-partai Islam baru pasca-reformasi lebih militan. Mereka ingin membuktikan eksistensi sehingga tingkat perjuangannya lebih tinggi dari PPP.

“Faktor ketiga, suara basis pemilih Islam di PPP itu diambil PKB dan PKS. Mungkin lebih ke PKB, karena pendukungnya sama-sama irisan Nahdlatul Ulama (NU),” ucap Ujang.

Senada dengan itu, peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Nicky Fahrizal berpendapat PKB yang menjadi lawan head-to-head PPP. Selain memiliki basis suara yang berbeda tipis, PKB memiliki sistem regenerasi yang lebih baik daripada PPP.

Nicky melihat PKB didukung oleh model organisasi mahasiswa di lingkungan NU, yakni Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia alias PMII. Mahasiswa yang tergabung dalam PMII nantinya akan direkrut bergabung ke PKB. Di sisi lain, PPP masih mempertahankan sayap organisasi peninggalan lama.

“Jadi kalaupun PPP punya kader muda, paling usianya 35-36 tahun. Kader PKB itu banyak yang di bawah 35 tahun karena dukungan PMII. Lebih fresh kelihatannya,” kata Nicky.

Deklarasi Anies Baswedan Bakal Calon Presiden Pilpres 2024
Deklarasi Anies Baswedan Bakal Calon Presiden Pilpres 2024 (Muhammad Zaenuddin|Katadata)

Partai Islam Harus Berbenah

Dosen Universitas Gajah Mada Nyarwi Ahmad menyimpulkan fenomena yang dihadapi partai Islam, terlebih PPP ini menunjukkan lemahnya branding politik mereka di mata publik. Artinya posisi mereka masih belum tertanam kuat di benak publik. 

“Padahal PPP dari segi brand ini partai tua, tapi daya tarik elektoralnya lemah dan harus dibangun dengan baik,” ujarnya. 

Salah satu strategi yang biasanya dipakai partai politik untuk mendulang suara adalah faktor ketokohan. Mereka akan ‘menjual’ tokoh yang ada di dalam partai itu untuk menarik minat masyarakat.

Namun, Nyarwi melihat strategi ini tidka bisa dipakai dalam jangka waktu lama lantaran sang tokoh bisa saja pindah ke partai lain. “Sayangnya, sampai hari ini tidak ada tokoh sentral yang bisa mendongkrak PPP. Ini beda dengan partai lain, seperti PKS,” ujar Nyarwi dalam sambungan telepon.

Karena itu, partai-partai Islam sebaiknya melakukan rebranding, karena demorafi dan preferensi politik masyarakat berubah. Partai Islam harus memposisikan diri mereka di kanan-tengah, bukan terlalu di kanan atau di kiri. Hal ini dimaksudkan ideologi Islam yang dipakai bukan mentok ke konservatif.

Di tengah surutnya suara ke partai politik berbasis agama Islam, Ujang menilai ada satu cara yang bisa dipakai agar mereka mendulang elektabilitas, yaitu evaluasi dan kembali ke jati diri partai Islam. Partai yang memperjuangkan masyarakat dan umat.

Saran itu mungkin bernada klise, namun Ujang menjelaskan bahwa hal ini krusial.  “Jangan sampai ketika umat kena musibah dan butuh bantuan, malah keduluan partai nasionalis,” katanya.

Bila dibandingkan dengan salah satu penguasa suara saat pemilu yang juga partai nasionalis, seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), suara partai islam di Indonesia memang terpental jauh.

Bahkan PPP menjadi partai Islam dengan suara terendah sejak 2014. Berikut rekap suara pemilu PKB, PKS, dan PPP, bila dibandingkan dengan PDIP sejak 2000:

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement