Gambaran Persoalan Air di Indonesia
Gambaran Persoalan Air di Indonesia (Laporan Ketahanan Air Indonesia 2045)

Menurut I Wayan Susi, peneliti dari PREE-BRIN, bukan hal mustahil Indonesia mengalami krisis air pada 2045 mendatang. Ia menjelaskan saban 20 tahun, penduduk Indonesia diproyeksikan bertambah sekitar 30 juta.

Dengan tambahan tersebut, pada 2040 kelak, Indonesia akan memiliki 330 juta penduduk. Pertambahan penduduk ini akan menyebabkan kenaikan kebutuhan air bersih, kenaikan kebutuhan pangan dan rumah. "Artinya, akan ada alih fungsi lahan dan hutan, yang menghilangkan vegetasi dan mempengaruhi cadangan air, untuk memenuhi kebutuhan itu," kata dia.

Saat ini, cadangan air di Indonesia rata-rata berjumlah 71 m³ (meter kubik) per kapita, tertinggal jauh dibandingkan negara-negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia yang memiliki kapasitas penyimpanan 710 m³ per kapita dan Jepang sebesar 228 m³ per kapita.

Sebab itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menargetkan peningkatan ketersediaan air di tampungan sebesar 120 m³ per kapita pada 2030 mendatang. Solusi yang ditempuh adalah membangun bendungan dan situ kecil untuk mengejar target 36 miliar m³ tampungan air.

Sampai 2023, ada 56 pembangunan bendungan di bawah status Proyek Strategis Nasional (PSN). Dari 48 di antaranya, diproyeksikan akan menambah persediaan air baku sebesar 2,67 miliar m³ dan meningkatkan pasokan air baku sebesar 10.990 liter per detik.

Konservasi Air, Penting tapi Kerap Diabaikan

Menurut I Wayan Susi Dharmawan, pembangunan bendungan merupakan solusi jangka pendek untuk sebanyak-banyaknya menyimpan air. "Metode yang paling efektif adalah mempertahankan tutupan hutan di daerah hulu minimal 30% karena dapat menahan air secara maksimal, lalu ada intervensi secara terintegrasi dari hulu ke hilir," kata dia.

Untuk melakukan konservasi tersebut, menurut Wayan, diperlukan kerja sama antara pemerintah lintas kementerian dari tingkat pusat hingga daerah dan berkolaborasi dengan berbagai pihak seperti akademikus, lembaga sipil, dan perusahaan swasta.

Meskipun Indonesia telah memiliki Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air, ia menilai upaya konservasi air sampai saat ini belum maksimal. "UU ini sudah bagus, hanya saja implementasinya di tingkat tapak belum berkembang karena masalah pendanaan," kata dia.

Padahal, dalam aturan itu diatur mengenai skema pendanaan, yang dapat berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara alias APBN, badan usaha, perseorangan dan sumber lain yang sah seperti pembayaran imbal jasa lingkungan. Pemerintah pusat juga dapat memberikan insentif bagi daerah yang mampu menjaga tutupan hutan 30% yang berasal dari dana transfer berbasis ekologi.

Selain itu, ia mendorong pemerintah daerah untuk menetapkan zona konservasi air. Zona ini merupakan area tangkapan air yang dapat dikelola secara terbatas tanpa menghilangkan vegetasinya. "Di hilir, pemerintah daerahnya dapat mengimbangi dengan mengurangi pencemaran, menanam pohon, membuat lubang biopori," kata dia.

Praktik konservasi air dan tanah terintegrasi dari hulu ke hilir itu sudah diterapkan oleh Danone Aqua di Sub-DAS Pusur yang merupakan aliran Sungai Pusur sepanjang 36,8 kilometer, sejak 2012.

Upaya yang dilakukan di daerah hulu yang berada di Kecamatan Tamansari, meliputi pembuatan penampungan air hujan yang terintegrasi dengan sumur resapan, mengubah jalur tanam mengikuti garis kontur untuk mencegah erosi, dan menanam tanaman keras yang memiliki manfaat ekonomi bagi masyarakat seperti kopi, kakao, mahoni, durian, cengkih, sengon, serta mengembangkan anggrek khas Gunung Merapi.

Jaman Sanjaya, warga Desa Mriyan pegiat budi daya anggrek, mengatakan tujuan utama budi daya anggrek endemik Merapi seperti Vanda tricolor adalah untuk konservasi. Pembudidayaan dilakukan dengan menggunakan metode kultur jaringan untuk memperbanyak jumlah anggrek.

Mereka juga menerapkan mekanisme adopsi anggrek. Harga satu anggrek untuk diadopsi berkisar Rp 500 ribu hingga Rp 800 ribu, dan pengadopsi akan diberikan laporan secara kontinu. Jika kebutuhan konservasi sudah terpenuhi, anggrek itu dapat dijual secara komersil dengan harga di atas Rp 1 juta.

Di daerah tengah yang memiliki persoalan pencemaran, baik dari aktivitas pertanian maupun peternakan, perusahaan memfasilitasi pengembangan pertanian ramah lingkungan dan mengubah limbah ternak menjadi biogas. Aktivitas konservasi air di bagian tengah DAS, mendukung wisata river tubing yang dikelola masyarakat.

Menurut I Wayan, model konservasi yang terintegrasi ini berpengaruh terhadap seluruh aspek ekologi. Dalam laporan yang diterbitkan di jurnal Sci, yang terindeks Scopus, pada Juli lalu, I Wayan dan timnya melaporkan penggabungan metode mekanis dengan biological terbukti efektif menahan laju erosi dan menahan air.

Implementasi konservasi itu juga menunjukkan peningkatan daya adaptasi tanaman asli terhadap curah hujan lokal, meningkatkan kesuburan tanah, dan meningkatkan keanekaragaman hayati. Selain itu, memperbaiki mekanisme hidrologi dan memberikan dampak positif terhadap iklim mikro.

Berdasarkan proyeksinya, I Wayan menyebutkan, Indonesia memerlukan upaya empat kali lebih besar untuk mengatasi persoalan krisis air bersih jika ingin target pertumbuhan 2030 tercapai.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement