Alibaba akan Bantu Melatih 1.000 Talent Level Chief of Technology

Hari Widowati
19 Oktober 2018, 06:04
Rudiantara_wwcr
Ilustrator: Betaria Sarulina

Bila tesnya bagus, masuk ke gelombang berikutnya. Mereka itu bisa lulusan SMK, D3, dan S1. Yang penting usianya, tidak boleh lebih dari 29 tahun dan kemungkinan tahun depan usia akan diturunkan. Karena kami betul-betul ingin menarik kaum milenial, jadi siap masuk industri revolusi keempat.

Digital talent scholarship ini menggunakan dana seluruhnya dari pemerintah atau bekerja sama dengan lembaga-lembaga digital seperti Microsoft dan lain-lain?

Pemerintah akan mengalokasikan dana Rp 50 miliar tahun depan. Tahun ini karena hanya melatih 1.000 orang, (dana yang dikeluarkan) hanya beberapa miliar.

Apakah program ini terus berlanjut hingga tahun depan?

Kami akan membatasi 20 ribu (orang yang akan mendapat pelatihan), karena kan bekerja sama dengan perguruan tinggi. Nah perguruan tinggi, kelasnya harus dibebaskan untuk training orang-orang, mereka dua bulan dedicated belajar di situ, hands-on.

Kalau misalkan jurusan studinya cloud computing, tiap hari dia masuk ke cloud computing harus hands-on. Jadi begitu lulus sudah biasa. Begitu juga dengan studi lainnya.

Saat ini keterbatasannya ruang dan guru. Saya juga bicara dengan teman-teman edutech yang punya platform digital seperti Ruang Guru untuk mengembangkan online, sebagian offline sehingga jumlahnya bisa diakselerasi.

Jadi nanti akan ada modul-modul yang akan dipelajari di platform digital?

Modulnya khusus, mereka yang belajar cloud computing, mungkin 80% hands-on cloud computing. Sementara yang belajar big data analytic, menganalisis kumpulan data hingga menjadi informasi, dilakukan profiling dan lain sebagainya. Jadi begitu lulus mereka sudah disertifikasi bisa bergabung dengan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan teknisi digital.

Melinda Gates juga hadir dalam pertemuan ini dan kabarnya tertarik dengan program aplikasi untuk mengidentifikasi stunting...

Melinda Gates ini fokus bagaimana memberikan nutrisi kepada anak-anak, masa depan Indonesia-lah. Jangan sampai stunting-nya bertambah banyak dan lain sebagainya. Kami menyiapkan aplikasi, sekarang statusnya Beta Test. Aplikasi ini memasukkan hasil timbangan, tinggi badan anak-anak di posyandu ke ponsel ibu-ibu.

Ketika kemarin ditunjukkan ke Melinda, dia bilang: wah saya saja tidak pernah lihat yang seperti begini di mana-mana. Kami harus manfaatkan kembali lagi digital untuk yang fun ke ibu-ibu.

Sri Mulyani dan Melinda Gates
Menteri Keuangan Sri Mulyani bersama dengan Melinda Gates (Kementerian Keuangan)

Jadi bisa memantau perkembangan anak-anaknya lewat aplikasi?

Betul, itu tahap pertama digunakan sendiri. Kalau nanti tahap berikutnya pertengahan 2019 itu akan di upload ke sistem sehingga bisa digunakan pemerintah untuk memantau daerah dalam mengatasi masalah stunting.

Jadi nanti tersedia (data tiap) kabupaten, kecamatan, orang tuanya siapa, nama, alamat. Bila dikaitkan dengan e-KTP itu lebih canggih lagi. Makanya Melinda Gates ditunjukkan, dan dia bilang saya baru lihat aplikasi seperti begini. Semua bermula dari pertemuan kami dengan Pak JK dan Presiden World Bank Jim Yong Kim.

Jadi ini suatu upaya mempercepat data-data dari setiap provinsi dan kabupaten bisa langsung diinternetkan secara detail?

Yang berpotensi stunting, sehingga nanti Kementerian Kesehatan juga bisa mengirim nutrisi makanan ke daerah  untuk merespons kebutuhan masyarakat lebih cepat.

Selain itu, ada agenda digital lain yaitu pertemuan tahap kedua Nexticorn di Bali. Apa yang diharapkan dalam pertemuan ini?

Pemerintah itu tidak hanya sebagai regulator, tidak hanya membuat regulasi-regulasi, aturan-aturan. Jadi kita itu shift istilahnya berpindah dari sekedar regulator tapi menjadi fasilitator, lebih jauh lagi menjadi akselerator.

Indonesia punya empat dari tujuh unicorn di ASEAN. Kami tidak boleh berpuas diri. Target kami, minimal tahun depan ada lima unicorn. Bagaimana cara menambahnya? Peran pemerintah ini harus sebagai fasilitator dan akselerator.

Jadi pemerintah beserta ekosistem membentuk komite bersama dengan Ernst & Young, melakukan kurasi atas start-up, bekerja sama dengan pendiri unicorn seperti Nadiem Makarim, William Tanudjaya dan lainnya.

Banyak investor yang punya uang, tapi dia tidak tahu diperlukan di mana. Banyak start-up yang perlu uang tapi tidak tahu bagaimana, nah jadi dipertemukan.

Bagaimana pertemuan khusus dengan beberapa venture capital dari Jepang?

Bulan Agustus lalu saya roadshow ke Jepang dan Korea. Saya bertemu dengan 28 venture capital Jepang di Tokyo. Kami harus fokus berdasarkan negara dan juga kemampuan investasi global, ada yang national venture capital juga.

Bali Fintech Agenda
Forum Bali Fintech Agenda dalam Pertemuan Tahunan IMF-World Bank 2018 di Bali, 8-14 Oktober 2018. (Katadata/Arief Kamaludin)

Kemana arah minat investor Jepang dan Korea ini terhadap startup?

Saat ini orang sedang senang dengan fintech. Saya yakin unicorn berikutnya, kalau tidak fintech ya edutech. Mengapa edutech? Karena 20% dari APBN harus dibelanjakan untuk sektor pendidikan. Atau healthtech (kesehatan) karena 5% dari APBN dibelanjakan untuk kesehatan. Untuk pendidikan Rp 400 triliun, kesehatan Rp 100 triliun lebih, tahun ini atau tahun depan dibelanjakan. Itu angka yang besar.

Apakah akhir tahun ini bisa dipastikan akan ada the Next Unicorn?

Saya berharap tapi saya tidak pastikan. Mengapa? Saya tidak bisa mengontrol bisnis. Peran pemerintah adalah memfasilitasi dan melakukan akselerasi. Saya sih berharap, 2019 Insha Allah minimal lima (unicorn) lah.

Halaman:
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...