Pemimpin IMF dan Bank Dunia Bilang Pencapaian Indonesia “Unbelievable”

Image title
Oleh Tim Redaksi
13 Oktober 2018, 22:03
Luhut
Ilustrator: Betaria Sarulina
Perhelatan AM IMF-WB 2018 di Bali
(Ajeng Dinar Ulfiana|KATADATA)

Selama persiapan dan saat event ini belangsung, Anda berkomunikasi intens dengan Jim Kim dan Christine Lagarde (Direktur Pelaksana IMF). Bagaimana penilaian mereka tentang event ini dan ekonomi Indonesia?

Sebetulnya hubungan saya dengan mereka jadi personal, pertemanan begitu. Bicara juga lebih terbuka. Jadi saya bertanya dan mereka juga bicara terbuka.

Keduanya secara terpisah memberikan impresi. Pertama, mereka melihat ekonomi Indonesia itu fundamentalnya bagus. Tapi saya katakan masih banyak inefisiensi. Presiden Jokowi itu terus bekerja habis-habisan supaya kita lebih efisien.

Anda bisa lihat lah Ease of Doing Business Indonesia dari peringkat 102 sekarang jadi 72. Presiden masih perintahkan, pokoknya sampai di bawah 50. Jadi kami semua kerja keras untuk itu. Mereka (Jim Kim dan Lagarde) bilang, itu unbelievable. Tidak ada negara lain seperti kalian ini.

Pandangan lainnya?

Impresi kedua, kenapa rupiah kami ini terdpresiasi? Dia bilang begini: satu, karena trade war Amerika sehingga menyebabkan inflasi mendekati 3%. Padahal targetnya 2%. Jadi The Fed (bank sentral Amerika Serikat) harus menaikkan interest rate-nya. Karena itu, semua dolar lari ke Amerika.

Yang kena bukan Indonesia saja. Dia bilang, depresiasi rupiah 10%, kira-kira Autralia juga 10%, New Zealand juga 10%, India malah sudah 15-17%. Turki jangan tanya, Brasil juga.

Sebenarnya bukan hanya emerging market yang kena, juga negara-negara maju kena. Jadi jangan kalian bilang rupiah terdepresiasi karena ekonomi tidak bagus, tapi karena dolar menguat maka semua currency dunia terkena. Termasuk yuan. Yuan itu devaluasi sekarang sehingga (melemahnya) sampai 12%.

Nah, sekarang bagaimana kalian memitigasi itu? Saya cerita tiga langkah yang dilakukan: mandatori B20, lokal konten, batu bara yang diekspor, dan pariwisata. Beliau (Jim Kim) bilang, pariwisata kalian hebat. Jadi kalau bisa didorong lagi itu akan sangat bagus. Kemudian beberapa insentif kami keluarkan, yang juga menurut Jim Kim maupun Lagarde, sangat bagus.

Saya cerita juga, proses pengambilan keputusannya juga melibatkan BI namun dengan tidak mengurangi independesinya. Pelaku pasar juga terlibat. Jangan kita bikin peraturan, tapi tidak bisa jalan. Terakhir ya pemerintah sendiri. Kombinasi itulah yang melahirkan strategi kita untuk menghadapi keadaan ekonomi yang tidak menentu saat ini.

Luhut Mulyani
Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde (kanan) bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan dan Menteri Keuangan Sri Mulyani menyaksikan penanaman terumbu karang di Nusa Dua, Bali, 7 Oktober 2018. (ANTARAFOTO | Wira Suryantala)

Seperti apa respons investor global, misalnya BlackRock (raksasa investasi asal Amerika Serikat) dan Jack Ma (Pendiri Alibaba) yang juga hadir saat pertemuan IMF di Bali ini?

Saya terus terang. jujur nih, saya juga belajar. Saya pikir pertemuan IMF - World Bank ini sekadar meeting. Meeting ini satu hal, tapi yang super banyak adalah pertemuan-pertemuan antara private sector. Ini ada lebih dari 2.000 pertemuan.

Seperti BlackRock, saya juga baru tahu kalau (nilai aset) investasinya di Indonesia sudah hampir US$ 30 miliar selama beberapa tahun ini. Itu kan gede banget. Nah dia ingin membuktikan investasinya di Indonesai aman.

Saya ketemu mereka (BlackRock) juga di New York pada 10 hari lalu. Mereka bilang akan tetap investasi di Indonesia. Setelah kami berikan briefing, memberitahukan langkah-langkah untuk mitigasi (pelemahan) nilai tukar, kenaikan harga minyak. Itu kan faktor-faktor yang sangat menentukan.

Mereka bilang tidak (keluar dari Indonesia), karena melihat government betul-betul prudent dan kredibel menata angaran dan belanja. Jadi kalau ada masalah seperti ini (depresiasi rupiah), (penyebabnya) itu karena Amerika.

Jadi ada sangat banyak peraih Nobel hadir di sini, ada juga profesor-profesor yang ahli SDG’s dari Columbia University dan Harvard University. Top-top semua.

Anak-anak muda yang ada, saya suruh hadir semua di pertemuan-pertemuan kecil seperti begitu untuk mendengerkan orang-orang pintar tersebut. Kalau tidak ada ini, kan mesti pergi jauh-jauh ke Amerika.

Tapi tetap ada kritik terhadap pertemuan IMF ini…

Nah sekarang itu yang kita lihat dan saya sedih juga—karena mungkin juga karena ketidaktahuan. Tapi kadang-kadang kalau intelektual ngomong, mestinya ngerti lah, matanya mungkin buta atau dibutakan. Padahal ini untuk negerinya, bukan untuk pemerintahan Pak Jokowi semata dan akan berlanjut terus ke depan.

Kita belajar jadi dewasa sebagai pemimpin dan sebagai intelektual Indonesia. Jangan kita—saya pakai istilah agak kasar ya—jangan kita melacurkan diri kita, intelektualitas kita, hanya untuk ambisi sesuatu. Saya bilang ke mereka: kalau bicara pakai data. Pemerintah jauhlah dari sempurna, tapi kami bekerja dengan data. Semua kita lihat datanya, lihat studinya. Dasarnya dari situ semua. Tapi saya ingin katakan pada Anda, progress-nya itu oleh orang-orang dilihat di atas rata-rata.

Paviliun Indonesia di Annual Meeting IMF-WB 2018
Paviliun Indonesia di Annual Meeting IMF-WB 2018 (Ajeng Dinar Ulfiana|KATADATA)

Bagaimana pencapaian dari target penyelenggaraan pertemuan IMF ini?

Targetnya banyak banget. Pertama, saya kira paling tidak sampai hari ini Jim Kim dan Lagarde serta semua perangkatnya memberikan apresiasi begini, thumbs up. (Mereka bilang) kami belum pernah melihat penyelenggaraan seperi ini.

Ya ada complain kecil-kecil, demonstrasi kok tidak boleh. Saya bilang, loh demonstrasi itu boleh tapi harus mengikuti aturan Indonesia. Jadi, harus daftar 3 hari sebelumnya. Harus di tempat tertentu. Itu undang-undang. Jadi, semua bisa tapi harus sesuai undang-undang.

Outcome lainnya banyak. Ada mitigasi tentang kontigensi gempa bumi. Nah itu kita masukkan di sini. Kalau tidak sekarang, kapan lagi mau menjadi ranah internasional.

Apa lagi pencapaiannya?

Masalah blended finance, kapan lagi kita dapat pendanaan di luar APBN? Di pertemiuan ini kita manfaatkan. Sharing pain istilahnya, sharing contribution dan sharing risk. Kemarin Bu Ani (Menteri Keuangan Sri Mulyani) di Jakarta sudah bisa membuat sampai US$ 4 miliar, sekarang di sini US$ 10 miliar.

Jadi banyak lagi yang lain. Yang paling penting lagi, mempromosikan Indoesia ke dunia. Ada 189 negara yang hadir. Tapi kalau saya lihat dari angka partisipan yang datang atau peserta, kita harapkan 19 ribu orang. Sedangkan daftar per dua hari lalu itu sudah 35.557 orang. Katakanlah itu 80% yang hadir, jumlahnya 27.000 orang.

Pemerintah sudah sukses menyelenggarakan Asian Games dan mungkin pertemuan IMF yang selesai akhir pekan ini. Tapi pemerintah masih ada pekerjaan berat menjelang Pemilu enam bulan ke depan di tengah kondisi turbulensi ekonomi. Bagaimana Anda menyikapinya?

Saya pikir, pertama ini menunjukkan kredibilitas pemerintah. Semua ini mampu diatasi dengan baik. Ekonomi ini saya yakin juga bisa kita atasi. Tapi kita harus yakin dan sabar. Semua tidak boleh takabur.

Menurut saya, tidak ada alasan yang tidak (berhasil)… soalnya presidennya lurus-lurus kok, merakyat kok, berani kok, makin paham. Jadi saya tidak melihat masalah yang tidak bisa terselesaikan. Team work-nya presiden juga bagus.

Apakah ini akan menjadi fase terberat pemerintah untuk menyelesaikan masalah ekonomi ditambah serangan politik semakin meningkat?

Saya pikir kami memitigasinya cukup baik. Saya tidak melihat ada serangan-serangan yang terlalu dahsyat. Apa sih salah kami (pemerintah), apa kurang kami? Semua juga bilang bagus. Paling berapa orang saja yang ngomong begitu-begitu. Siapa sih di dunia ini yang tidak ada musuhnya. Nabi saja dimusuhin, apalagi kita manusia.

Halaman:
Editor: Yura Syahrul
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...