Kunci Kepemimpinan: Reputasi dan Kejujuran

Sudirman Said
Oleh Sudirman Said
17 Mei 2016, 14:27
Pelantikan kabinet
Donang Wahyu|KATADATA
Suasana pelantikan anggota Kabinet Kerja Jokowi-Jusuf Kalla di Istana Negara, Jakarta, Oktober 2014.

Kombinasi ini disebutnya sebagai paradoks: di satu sisi dia tidak menonjolkan diri, selalu rendah hati, santun, dan bersahaja. Di sisi lain, pemimpin seperti ini menunjukkan kegigihan dan kekuatan tekadnya untuk sukses menghadirkan kemanfaatan bagi lingkungan yang dipimpinnya. Empat bupati yang tampil di Mata Najwa di alun-alun Purwokerto adalah sosok pemimpin yang memiliki karakter sebagai Pemimpin Level 5.

Menerawang jauh ke seantero negeri, otonomi daerah, demokratisasi, dan budaya meritokrasi telah dan akan memberi kesempatan lahirnya pemimpin baru seperti empat bupati tersebut. Kita punya Bima Arya di Bogor, Ridwal Kamil di Bandung, Walikota Risma di Surabaya, Bupati Nurdin di Bantaeng, dan lainnya.

Di Bojonegoro ada Kang Yoto, tokoh Muhammadiyah yang dicintai warga NU karena kejujuran dan prestasinya. Di Banyuwangi kita punya Abdulllah Azwar Anas yang berhasil membuat mata dunia menengok kota paling timur di ujung Jawa.

(Baca: Sudirman Beberkan Rekaman Kongkalikong Calo Freeport ke Kejaksaaan)

Pada tingkat provinsi, Indonesia tentu punya sejumlah gubernur progresif, jujur dan pekerja keras yang memberi harapan bagi rakyatnya.

Di fungsi legislatif, saya yakin Budiman Sudjatmiko dan Mutia Hafidz punya banyak kolega dengan semangat yang sama: melayani, memfasilitasi, dan memajukan bangsanya.

(Baca: Sudirman Said Beberkan Jejak Setya Novanto dalam Skandal Freeport)

Di seluruh Indonesia kita punya sekitar 3.000 institusi penting, mulai dari Kementerian/Lembaga, Lembaga Non Kementerian, Pemda, partai politik, BUMM, BUMD, perusahaan swasta di bursa saham, hingga ormas dan media berpengaruh.

Saya berfikir jika Indonesia memiliki 3.000 saja pemimpin yang memiliki karakter dan semangat seperti para bupati itu, maka kita akan menjadi bangsa yang maju dan mampu berdiri sejajar, bahkan mengungguli bangsa lainnya. Kita butuh 3.000 pemimpin yang paham dan bersedia bekerja untuk mewujudkan cita cita para pendiri bangsa. Mereka yang mampu menjadi teladan dari dua karakter luhur: kerendah-hatian pribadi dan kekuatan profesional.

Di Purwokerto, saya belajar dari Mas Enthus, Mas Yoyok, Mas Emil dan Mas Achmad Husein.

Dari seantero Nusantara kita akan belajar lebih banyak hal.  Meskipun tampaknya ada sejumlah kasus dimana uang menjadi pemenang, yakinlah bahwa itu suasana temporer saja.  Pada akhirnya, kebenaran, kebaikan, dan perbaikan akan menjadi pemenang sejati. Seperti sejarah mengajarkan pada kita.

*Opini ini berdasarkan tulisan Sudirman Said berjudul “Catatan dari Purwokerto” yang ditulisnya di Jeddah, Arab Saudi, 17 Mei 2016, yang diterima oleh Redaksi Katadata. Pemuatannya sudah atas sepengetahuan dan seizin yang bersangkutan.

Halaman:
Editor: Yura Syahrul
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...