Meningkatnya Adopsi Keuangan Digital dan Uang Kripto di e-Commerce

Desy Setyowati
21 Februari 2021, 09:30
Victor Lesmana
Katadata
President BukaFinancial & Digital Victor Lesmana

Kalau emas, harganya enggak akan naik sampai lima kali lipat dalam sebulan. Jadi produknya lebih mudah dimengerti. Kalau produk lain, kami lihat keamanannya. Karena memang secara global perlindungan konsumennya masih cukup rendah untuk produk seperti kripto. Kalau sudah ada kejelasan, rambu-rambunya jelas, dan terbukti di market bahwa ini membantu perekonomian, kami bisa eksplorasi lebih lanjut.

Bappebti telah memperbolehkan 13 pedagang aset kripto. Berarti perlu berapa lama Bukalapak melakukan kajian ?

Kami tergantung seberapa cepat masyarakat mengadopsi karena ini produk yang masih baru sekali. Kadang-kadang ini juga disalahartikan untuk mencari keuntungan. Padahal bisa mendapatkan keuntungan dan juga kerugian.  Seringkali, yang disalahkan bukan currency-nya tetapi platform-nya. Padahal platform hanya menjadi perantara. Ini karena banyak yang belum mengerti.

Jadi tergantung seberapa cepat masyarakat mengerti. seperti reksa dana kan ada prosesnya. Ada bank kustodian dan lainnya. Jadi framework sudah jelas. Dari sisi konsumen harus memahami dulu dan tahu risikonya apakah sebanding dengan keuntungan yang mungkin didapatkan. Kripto ini spekulatif.

Dari yang saya lihat di media sosial, semua orang hanya membicarakan kenaikan (harganya) saja. Belum ada yang edukatif menjelaskan apa saja yang harus diperhatikan. Saya khawatir ini menjadikan masyarakat yang belum paham justru salah mengambil langkah.

 

Apa tantangan memasarkan produk digital di warung yang ada di daerah?

Ini menarik karena ada tantangan dan peluang. Di Bukalapak, 70% konsumen berada di luar tier satu dan sesuai dengan komitmen kami. Tantangannya, setiap daerah memiliki consumer behaviour dan awareness yang berbeda.  Misalnya, kami sudah bisa untuk membayar pajak dan lain-lain di warung. Nah, mereka masih tanya “memang benar?” Tantangannya di sini, bagaimana kami bisa memahami perilaku pengguna supaya bisa menjangkau mereka. Seringkali, Mitra Bukalapak menjadi bagian yang tidak terpisahkan, karena mereka bisa membantu untuk mengedukasi masyarakat di sekitar. Ini menjadi sinergi Bukalapak dengan warung.

Peluangnya besar, karena lewat warung dan Mitra, kami mendapatkan masukan mengenai kebutuhan atau produk yang dicari. Ini membantu kami membuat produk yang tepat. Kami berhati-hati menawarkan produk karena tujuannya membangun kepercayaan untuk menjadi user base yang loyal. Itu tantangan dan peluang yang kami percaya kalau kami lakukan dengan baik akan positif bagi perekonomian. Di satu sisi membantu pemerintah untuk digitalisasi.

Dengan cara apa Bukalapak mempelajari perilaku konsumen ini ?

Kami melakukan riset dengan menghubungi langsung pengguna dan turun langsung ke lapangan. Ini tujuannya untuk mengerti secara langsung dan melihat dari sisi kompetisi. Dengan semakin banyak (pesaing), kami bisa tahu produk yang dicari masyarakat seperti apa. Kalau (pesaing) meluncurkan produk tertentu dan diminati, berarti ada kebutuhan di masyarakat. Tentunya, kami mempelajari dari case study yang terbukti berhasil.

Apakah penggunaan big data akan signifikan dalam mempelajari perilaku konsumen ?

Pasti ada dari sisi analisis, tapi digunakan hanya untuk validasi atau melengkapi sumber data lain. Misalnya kami memiliki banyak transaksi, dari user (tahu) sukanya belanja apa, lalu di daerah tertentu produksnya seperti apa. Tapi tentunya kami sangat berhati-hati dan memastikan hanya untuk kebutuhan internal dan tidak untuk dijual lagi. Karena di Bukalapak kami harus melindungi privacy.

Monetisasi produk digital di market place dan e-warung seperti apa ?

Kami melihatnya, sebagai ekosistem karena ada produk yang memang make sense untuk dimonetisasi tapi ada juga produk yang lebih untuk menjadi sarana atau layanan tambahan mitra Bukalapak.

Misalnya QRIS banyak digunakan agen dan saat ini tidak dikenakan biaya tambahan lagi. Ini bisa membantu meningkatkan volume transaksi, pencatatan lebih baik dan menambah loyalitas. Karena bermanfaat, sehingga yang bertransaksi dan menggunakan  QRIS akan lebih banyak dalam ekosistem Bukalapak.

Jadi beberapa produk memang monetisasinya lebih banyak dinikmati mitra Bukalapak yang saat ini berjumlah 7 juta. Dampak positifnya mereka bertransaksi lebih banyak dan penjualan produk lebih banyak. Strong point Bukalapak kan bisa beli barang grosir, mereka jadi bisa beli barang lebih murah dan dengan pengiriman cepat sekaligus banyak. Jadinya ekositem mendukung.

Adopsi pembayaran digital akan memudahkan e-commerce berkembang. Apa tantangan e-warung dalam mengadopsi ini ?

Pembayaran digital salah satunya membutuhkan bank account dan beberapa warung belum ada sehingga perlu solusi untuk bisa bantu jembatani mereka ke sana. Kedua, karena ini sesuatu yang baru, jadi ada kebiasaan (perlu diubah) seperti mengganti tunai. Lebih ke barrier seperti itu. Namun saya rasa dengan teknologi dan inklusi keuangan diharapkan dalam waktu dekat bisa menawarkan solusi yang membantu

Dengan kondisi seperti itu, Indonesia masih jauh dibandingkan Tiongkok untuk adopsi digital ?

Kondisi sekarang memang terlihat jauh, tapi kadang-kadang masyarakat Indonesia cepat mengadopsi seperti e-money, dan Tiktok. Bila bertemu caranya, saya rasa bisa cepat (adopsinya). Saya rasa masyarakat Indonesia kalau dapat dorongan yang tepat akan bisa. Tapi perlu koordinasi dan kerja sama dari berbagai pihak baik swasta, negara, mungkin juga NGO di lapangan. Butuh banyak koordinasi.

Strategi Bukalapak sendiri dalam menghadapi e-commerce lain seperti apa ?

Dari sisi platform, jika ada yang menawarkan produk serupa saya rasa sah saja. Di satu sisi malah mungkin bagus juga karena menawarkan awareness bahwa produk tersebut sudah ada dan menambah kepercayaan masyarakat.

Perbedaannya, setiap platform mempunyai strategi dan target segmen berbeda-beda. Di Bukalapak, kami fokus di tier two dan punya loyal user based di daerah. Misi kami juga untuk mewujudkan sustainable company dan pemerataan. Di tempat lain mungkin ada strategi, target, dan cara yang berbeda. Karena menurut saya market di Indonesia itu besar, ditopang 270 juta populasi dan tidak bisa hanya satu platform saja yang melayani. Masing-masing bisa mengembangkan solusi yang spesifik sehingga seluruh Indonesia bisa terjangkau secara penuh.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...