Inovasi para Pembatik untuk Menjangkau Anak Muda

Para pembatik berusaha bertahan dan bertumbuh di tengah pandemi Covid-19. Untuk itu, mereka berinovasi dan memperluas jangkauan pasar.
Shabrina Paramacitra
12 Desember 2022, 14:21
Para pembatik berusaha bertahan dan bertumbuh di tengah pandemi Covid-19. Untuk itu, mereka berinovasi dan memperluas jangkauan pasar.
Katadata
Afif Syakur (dua dari kiri) menjelaskan proses sketsa produk Apip’s Batik kepada tim Katadata.co.id.

Batik adalah warisan budaya tak benda yang sudah diakui secara internasional. Tahun-tahun berganti, batik menjadi kain yang kian marak digunakan dalam berbagai kesempatan –tak hanya untuk acara formal saja. Batik pun terus dikreasikan oleh para perajin dari berbagai kota. Motif tradisional berpadu dengan motif-motif baru, sehingga batik hadir dengan nuansa yang makin variatif.

Katadata.co.id mengunjungi beberapa pengusaha batik di Jawa, tepatnya di Yogyakarta, Cirebon, dan Bandung. Dalam kunjungan tersebut, para pengusaha batik berbagi cerita tentang inovasi produk dan perjuangan mereka menghadapi pandemi Covid-19.

Di Kota Yogyakarta, misalnya. Afif Syakur, pemilik Apip’s Batik, memadukan desain batik Yogyakarta yang lekat dengan unsur keraton, dengan warna-warna yang banyak digunakan pada batik Pekalongan.

Salah satu batik yang diproduksinya menggunakan warna putih yang berpadu dengan motif kawung. Motif kawung adalah motif batik klasik yang bercerita tentang konsep 4 kiblat 5 pancer. “Makna dari motif ini yaitu tujuan hidup kita adalah Sang Pencipta,” ujar Afif kepada Katadata.co.id.

Keistimewaan lain dari Apip’s Batik adalah batik berbahan material khusus, yakni sutra tenun tradisional atau sutra alat tenun bukan mesin (ATBM). Berkat keteguhan dan inovasi yang dilakukan Afif, Apip’s Batik sempat terpilih sebagai The Best Costume pada acara Street Carnival Bali Fashion Week VI tahun 2005.

Afif sempat mencetak prestasi di tengah kondisi pandemi. Ia menjadi perancang kostum atlet saat defile kontingen dalam pembukaan Pekan Olahraga Nasional XX di Papua, tahun lalu. Sebelumnya, pada 2020, ia bahkan diganjar Penghargaan Upakarti Jasa Pengabdian dari Kementerian Perindustrian.

Bagi Afif, batik bukan hanya soal karya dan bisnis, tetapi juga tentang pengabdian. “Pencapaian sebagai seorang pembatik tidak ada hentinya,” ungkap dia.

Pencapaian ini tak lepas dari aktivitas Afif yang mengembangkan Apip’s Batik dengan ditemani Mitsubishi Grandis. Mobil itu adalah mobil pertama milik Afif yang masih digunakan sampai saat ini.

Mitsubishi Grandis memiliki ruang duduk yang luas, sehingga Afif nyaman menggunakannya setiap hari. “Mobil ini menemani saya, dari dulu sampai sekarang. Dari generasi ke generasi, saya selalu menyukai Mitsubishi,” ucapnya.

Mobil Mitsubishi juga menjadi kendaraan yang selalu digunakan Komarudin Kodiya. Pemilik Rumah Batik Komar di Kota Cirebon, Jawa Barat, itu bahkan menyebut mobil miliknya sebagai “partner perjuangan”. “Ketika membangun Rumah Batik Komar, itu bersama Mitsubishi,” sebutnya.

Di samping performanya yang tangguh, Mitsubishi mempunyai kursi yang nyaman diduduki. Baik jarak dekat maupun jauh, Komar -sapaan karib Komarodin- selalu menikmati perjalanannya dengan mobil tersebut. “Dengan postur tubuh saya ini, (harus) menggunakan mobil yang posisi tongkrongannya luas,” ujarnya.

Sementara itu, sebelum pandemi, tantangan terberat Komar dalam mengembangkan bisnis batik adalah produk tekstil tiruan batik. Produk tersebut menyerupai kain batik, namun harganya lebih murah dibanding kain batik asli.

Kemudian, setelah pandemi, tantangan beralih ke ihwal tenaga kerja. Dulu, kata Komar, dirinya mempekerjakan 300 orang. Begitu pandemi melanda, jumlah pekerja harus dikurangi, hingga kini berjumlah 150 orang. Sementara, menambah jumlah tenaga kerja saat ini bukanlah hal yang mudah.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...