Merajut Masa Depan Masyarakat di Kawasan Tambang Freeport
“Itu yang saya pikir tadinya hanya bisa didapatkan orang yang sekolah tinggi (universitas). Tapi saya bisa buktikan, saya mampu,” ujarnya.
Senada dengan Tina, kehidupan Frederikus Okoare, 42 tahun, terus meningkat sejak bergabung sebagai mitra PTFI.
“Dulu saat belum kerja, saya berpikir bagaimana bikin legalitas usaha. Lalu saya ikut pelatihan oleh PTFI,” kata pria Suku Kamoro ini.
Setelah mengikuti pelatihan yang panjang, Frederikus mendapat pekerjaan sebagai kontraktor di bagian pengelolaan lingkungan PTFI.
Frederikus mulai bergabung sebagai mitra PTFI pada 2013 dan kini memiliki 18 karyawan yang seluruhnya adalah putra Papua.
“Awalnya kami bertugas menanam pohon sagu, pohon cemara, dan menanam mangrove,” katanya.
Seiring berjalan waktu dan kemitraan yang terus berlanjut, sekarang Frederikus dan timnya bertugas di Muara Ajkwa untuk menyiapkan lahan endapan tailing menjadi kawasan mangrove yang baru.
Direktur & EVP Sustainable Development & Community Relations PTFI Claus Wamafma mengatakan dalam menjalankan usaha pertambangan, PTFI memperhatikan pengembangan masyarakat Amungme, Kamoro dan lima suku kerabat serta masyarakat Papua lain.
“Masyarakat di sekitar area pertambangan adalah prioritas. Berbagai upaya terus kami lakukan untuk memastikan mereka dapat terus bertumbuh bersama PTFI, membangun ekonominya, meningkatkan kualitas hidupnya,” tutur Claus.
Dalam menjalankan bisnis, imbuhnya, PTFI berkomitmen mewujudkan praktik pertambangan yang baik, menjalankan investasi sosial dan lingkungan yang berkelanjutan.