Daya Beli Terkikis, Kelas Menengah Fokus Penuhi Kebutuhan Pokok
Berdasarkan Susenas yang diolah Katadata Insight Center (KIC), pengeluaran masyarakat untuk kebutuhan dasar seperti makanan dan keperluan rumah tangga terus meningkat.
Sebaliknya, pengeluaran untuk barang tahan lama mengalami penurunan. Padahal, sebetulnya barang tahan lama menjadi indikator daya beli masyarakat kelas menengah.
Kondisi tersebut mengindikasikan kelas menengah harus mendahulukan kebutuhan dibandingkan dengan keinginan. Dan yang pasti, pengeluaran kebutuhan dasar membebani masyarakat di segmen ini.
Survei KIC bertajuk Kelas Menengah Indonesia di Tengah Ketidakpastian Ekonomi mencatat, faktor ekonomi dan finansial merupakan aspek yang paling dikhawatirkan kelas menengah. Ini tampak dari tingginya pos pengeluaran untuk kebutuhan dasar sehingga alokasi investasi dan kebutuhan lain terbatas.
“Kondisi ini (besarnya alokasi kebutuhan dasar) menggambarkan kerentanan mereka terhadap guncangan ekonomi, seperti inflasi atau kenaikan biaya hidup, yang dapat semakin mempersempit sisa pendapatan mereka,” ujar Direktur Riset KIC Gundy Cahyadi, di Jakarta, baru-baru ini.
Berdasarkan data KIC diketahui, sebesar 41 persen atau hampir separuh gaji kelas menengah dialokasikan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Selebihnya, masyarakat menggunakan untuk bayar cicilan/pinjaman (18,4 persen), hiburan (11,4 persen), pengembangan diri (9,9 persen), dan tabungan (19,3 persen).
Penasaran terhadap insight menarik lainnya dari survei KIC tentang warga kelas menengah ini? Anda bisa mengunduhnya di sini.