Kenali Gejala Anosmia, Penyebab, Durasi dan Cara Mengobatinya
Gejala anosmia merupakan salah satu indikasi seseorang terkena Covid-19. Anosmia adalah kondisi saat seseorang tidak bisa mencium bau. Mengutip buku COVID-19: Seribu Satu Wajah, anosmia umumnya disebabkan oleh pembengkakan atau penyumbatan di rongga hidung yang membuat bau atau aroma tertentu tidak bisa terdeteksi oleh saraf di dalam hidung.
Selain itu, anosmia juga dapat terjadi karena adanya masalah pada sistem saraf yang berfungsi untuk mendeteksi aroma atau bau. Penderita Covid-19 umumnya mengalami anosmia sekitar dua hingga 14 hari setelah terpapar virus Corona.
Penyebab anosmia pada Covid-19 masih belum diketahui dengan jelas. Tetapi, ada dugaan bahwa kondisi ini terjadi akibat peradangan dalam rongga hidung yang disebabkan virus Corona atau SARS-CoV-2 terhirup. Virus tersebut masuk dan mengakibatkan hilangnya kemampuan sel olfaktori dalam mendeteksi kandungan zat yang terhirup.
Berapa Lama Anosmia Bisa Sembuh?
Melansir laman Universitas Gadjah Mada (UGM), kemampuan penciuman pasien Covid-19 dapat kembali normal atau sembuh dari anosmia cukup beragam. Anosmia bisa sembuh selama beberapa minggu atau hitungan bulan, menurut keterangan dr. Mahatma Sotya Bawono, M.Sc, Sp.THT-KL, Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan-Bedah Kepala Leher Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM.
Selain itu, ada sebuah penelitian tentang durasi anosmia yang dipublikasikan Journal of Internal Medicine Volume 290, Issue 2 August 2021. Studi menunjukkan, sebanyak 15 % pasien Covid-19 mengalami anosmia selama lebih dari 60 hari, dan kurang dari 5 % mengalaminya selama lebih dari enam bulan.
Studi berlangsung sejak 22 Maret hingga 3 Juni 2020. Sebanyak 2.581 pasien Covid-19 diidentifikasi dari 18 rumah sakit di Eropa. Di mana, data epidemiologis dan klinis diekstraksi pada awal dan dalam waktu dua bulan setelah infeksi.
Penelitian lain oleh Virginia Commonwealth University menemukan, indra penciuman atau perasa dapat kembali normal dalam waktu enam bulan bagi penyintas Covid-19. Mereka yang berusia di bawah 40 tahun berpotensi lebih besar untuk memulihkan indra ini daripada orang dewasa yang lebih tua.
Penyebab Anosmia
Mengutip keterangan Kristin Seiberling, MD dalam publikasi Loma Linda University Health, anosmia bukanlah fenomena baru pada infeksi akibat virus. Sejumlah virus lain juga dapat menyebabkan kondisi ini, termasuk jenis virus corona, rhinovirus, dan virus influenza lainnya.
Mengalami anosmia setelah infeksi virus terjadi ketika bau sulit mencapai hidung dan mengikat reseptor di dalamnya. Beberapa penyebab anosmia meliputi:
- Rhinitis atau edema mukosa: Pembengkakan di dalam hidung atau pilek yang dapat menyebabkan hilangnya kemampuan penciuman karena berkurangnya kemampuan untuk membau.
- Kerusakan lapisan neuroepitel: Virus dapat menyerang jaringan yang terdiri dari sel-sel sensorik yang menerima rangsangan eksternal di telinga, hidung, dan lidah.
- Kerusakan saraf penciuman: Virus menyerang saraf penciuman di hidung.
Identifikasi Gejala Anosmia
Menurut publikasi Siloam Hospitals, identifikasi anosmia oleh dokter dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan terkait gejala dan riwayat kesehatan. Tidak hanya itu, dokter kemungkinan akan bertanya terkait bau apa saja yang tidak bisa dicium dan gejala penyerta, seperti gangguan indra perasa atau pengecap, gangguan pernapasan, dan lainnya.
Selama pandemi, kemungkinan besar rapid test dan RT-PCR akan lebih didahulukan untuk mengidentifikasi anosmia dibandingkan pemeriksaan lainnya. Adapun cara lain untuk identifikasi anosmia adalah sebagai berikut.
- CT scan, pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi gangguan tumor, sinus, patah tulang hidung dan kondisi lainnya.
- MRI, berfungsi untuk melihat penyakit yang terkait dengan fungsi otak. Pemeriksaan ini umumnya akan dilakukan jika pasien tidak mengalami gangguan pada sinus dan hidung.
Cara Mengobati Anosmia
Menurut publikasi Rumah Sakit Universitas Indonesia, cara terbaik untuk segera mengembalikan penciuman adalah dengan melakukan latihan membaui (olfactory training). Latihan ini dapat dilakukan di rumah dengan bahan sederhana.
Fungsi latihan ini adalah mencium bau yang sama berulang kali untuk melatih kembali kemampuan hidung dalam mengidentifikasi bau. Berikut cara mengobati anosmia dengan latihan membaui:
- Siapkan beberapa bahan dengan aroma yang menyengat, seperti minyak kayu putih, lemon, cengkeh, bunga mawar, balsem beraroma, atau parfum.
- Hirup setiap aroma bergantian selama 20 detik, lakukan dua kali sehari.
Bau yang masuk ke hidung akan berikatan dengan protein yang mengikat bau, kemudian menjadi sinyal kimiawi yang diterima oleh reseptor saraf penciuman. Sinyal tersebut akan diteruskan oleh sel-sel saraf ke bagian otak untuk diterjemahkan sebagai bau wangi, amis, atau busuk.
Mengutip MIT Medical, sel olfaktori dapat beregenerasi. Tetapi, saat anosmia mulai sembuh, beberapa bau mungkin menjadi aneh saat tercium. Penyintas Covid-19 sering melaporkan parosmia, yaitu distorsi yang aneh dan seringkali tidak menyenangkan dalam indra penciuman dan perasa.
Tidak perlu khawatir, hal tersebut biasanya merupakan tanda kemajuan. Ini menunjukkan bahwa neuron baru sedang dibuat dan bekerja untuk terhubung dengan saraf penciuman dalam otak.