Bank Jago Ingin Integrasi Data Pelanggan GoTo Bisa Jalan Kuartal III
PT Bank Jago Tbk (ARTO) berencana mengintegrasikan data transaksi dengan Gojek dan Tokopedia yang telah berkonsolidasi di bawah payung GoTo. Langkah tersebut sejalan dengan upaya bank digital ini untuk mencetak laba tahun ini.
Direktur Utama Bank Jago Kharim Indra Gupta Siregar mengaku pihaknya sedang menjajaki proses negosiasi dengan Gojek dan Tokopedia agar integrasi data tersebut bisa dijalankan pada kuartal III tahun ini.
Integrasi data transaksi dilakukan untuk membuat profil pelanggan dan memasarkan produk keuangan. Dengan Gojek, integrasi akan dilakukan agar pengguna Gojek bisa mendaftar menjadi nasabah Bank Jago.
Pengguna Gojek kemudian bisa mendapatkan layanan keuangan dari Bank Jago, termasuk pinjaman (lending). Nantinya, Bank Jago akan meminta persetujuan kepada pelanggan untuk mengakses data perjalanan, pembelian makanan dan data transaksi lainnya. Data itu akan membantu menilai kelayakan pinjaman pengguna Gojek.
"Gaya hidup mereka sehari-hari bisa menjadi informasi bagi kami," kata Kharim dikutip dari Reuters, Selasa (6/7).
Selain dengan Gojek, integrasi data juga dilakukan dengan Tokopedia. "Dengan hadirnya Tokopedia, maka terciptalah ekosistem digital lain yang dapat bermitra dengan Bank Jago," katanya.
Menurut dia, integrasi data dengan Gojek dan Tokopedia sangat potensial untuk menggaet lebih banyak nasabah. Apalagi, Gojek memiliki 170 juta pengguna di Asia Tenggara. Sedangkan, Tokopedia memiliki lebih dari 11 juta penjual (merchant) dengan lebih dari 100 juta pengguna aktif bulanan di Indonesia.
Sebelumnya, Bank Jago juga menggaet startup investasi reksa dana Bibit untuk mengintegrasikan layanannya. Melalui integrasi itu, pengguna Bibit dapat membuka rekening Jago melalui platform Bibit. Pembukaan rekening tetap melalui proses pengenalan pelanggan (know your customer) secara digital.
Bagi Bank Jago, integrasi aplikasi dapat meningkatkan jumlah basis nasabah secara cepat, mengingat pengguna Bibit saat ini mencapai lebih dari satu juta. Kharim mengatakan, berkat adopsi teknologi dan kemampuan tertanam dalam ekosistem, Bank Jago dapat tumbuh secara anorganik.
"Bibit number customer-nya satu juta, target kami itu bisa menjadi nasabahnya Bank Jago," kata Kharim dalam konferensi pers virtual kemarin (5/7).
Gencarnya upaya integrasi Bank Jago menggaet ekosistem digital, yakni untuk mencatatkan laba tahun ini. Seperti diketahui, Bank Jago memasang target agresif untuk meraih laba bersih senilai Rp 50 miliar sepanjang 2021. Angka itu jauh lebih besar dibanding ketika Bank Jago membukukan kerugian pada tahun-tahun sebelumnya.
Berdasarkan laporan tahunan 2020, Bank Jago harus mengalami kerugian hingga Rp 189,56 miliar sepanjang tahun lalu. Rugi perseroan tercatat membengkak setidaknya dalam tiga tahun terakhir. Pada 2018, perseroan mencatat kerugian Rp 23,28 miliar dan 2019 sebesar mencapai Rp 121,96 miliar.
Pada 2021, Bank Jago juga menargetkan pertumbuhan aset sebesar 190% dari posisi per akhir 2020 yang senilai Rp 2,17 triliun. Target itu akan ditunjang oleh pertumbuhan kredit dan pembiayaan (syariah) hingga 259%, serta dana pihak ketiga hingga 138% dibanding 2020.