Sinyal The Fed Dorong Harga Emas Antam Dekati Rp 1 Juta per Gram

Intan Nirmala Sari
21 Mei 2021, 09:25
Sinyal The Fed Dorong Harga Emas Antam Dekati Rp 1 Juta per Gram
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi emas batangan PT Aneka Tambang di butik Gedung Ravindo, Jakarta (14/10/2019).

Harga emas Antam naik Rp 10.000 ke level Rp 957 ribu per gram hari ini dari catatan kemarin yakni Rp 947 ribu per gram. Mengutip laman Logam Mulia, harga buyback atau pembelian kembali emas PT Aneka Tambang Tbk tersebut juga melonjak Rp 10.000 per gram ke level Rp 867 ribu per gram pada Jumat (21/5).

Melansir Bloomberg pada perdagangan Jumat (21/5) pukul 8:14 WIB, harga emas commodity exchange (Comex) untuk kontrak Agustus 2021 menunjukkan penurunan 0,43% ke level US$ 1.873,9 per troy ons. Sedangkan untuk emas spot (XAUUSD) turun 0,2% ke level US$ 1.873,4 per troy ons.

Sebelumnya, harga emas sempat menembus level tertingginya dalam empat bulan terakhir di kisaran US$ 1.888 per troy ons. Naiknya harga logam mulia tersebut didukung pelemahan indeks dolar AS dan imbal hasil obligasi Amerika Serikat tenor 10 tahun atau US Treasury yang naik.

Mengutip Reuters, risalah Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menunjukkan kalau beberapa pejabat sedang mempertimbangkan langkah pemulihan. Termasuk, mulai membahas rencana untuk menyesuaikan laju pembelian aset. Hal itu sekaligus menjadi sinyal awal pemangkasan stimulus AS.

“Emas naik didorong fakta bahwa kami telah melihat imbal hasil (US Treasury) dan dolar sedikit berbalik,” kata Kepala strategi komoditas di TD Securities Bart Melek, dikutip dari Reuters, Jumat (21/5).

Dia menambahkan, jika The Fed benar melakukan pengurangan belanja asetnya, tetap tidak memungkingkan untuk segera melonggarkan kebijakan moneter. Tolak ukurnya mengacu pada US Treasury yang lesu, begitu juga dengan indeks dolar AS yang turun. Kondisi tersebut turut membuat emas batangan lebih murah dimiliki bagi investor dengan mata uang lain.

Di sisi lain, pengetatan moneter AS berisiko memudarkan daya tarik investasi emas. Sebagai aset lindung nilai atau safe haven, emas cenderung dipilih saat inflasi dan mengalami kenaikan dan kondisi ekonomi kurang baik. Saat pengetatan kebijakan moneter dilakukan, artinya peluang untuk memiliki emas akan lebih mahal dan aset berisko menjadi lebih menarik.

Analis Senior Kitco Metals Jim Wyckoff menilai ekspektasi inflasi telah mendukung pergerekan harga pasar logam. “Inflasi yang bermasalah menjadi sentiment bullish (kenaikan) untuk pasar logam karena investor memilih aset logam untuk lindung nilai dari inflasi,” ujarnya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...