Rupiah Digital: Uji Coba, Keuntungan, dan Bedanya dengan Kripto

Image title
15 September 2021, 16:25
Indonesia tengah melakukan riset terkait penerapan rupiah digital.
Flickr.com
Indonesia tengah melakukan riset terkait penerapan rupiah digital.

Mata uang digital kian populer di Indonesia. Merujuk data Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (Kemendag RI), hingga akhir Mei 2021 jumlah investor mata uang kripto di Tanah Air sudah mencapai 6,5 juta.

Di sisi lain, saat cryptocurrency mendapat banyak perhatian, pemerintah berikhtiar merumuskan implementasi rupiah digital di Tanah Air. Lewat Bank Indonesia (BI), pemerintah berencana merilis uang rupiah digital atau Central Bank Digital Currency (CBDC) untuk mengakomodasi ekonomi digital dalam negeri.

Meski begitu, pihak BI menegaskan kalua rupiah digital nantinya tidak akan menggantikan posisi uang kartal. Uang digital hadir untuk memudahkan masyarakat dalam bertransaksi di era digitalisasi, sehingga pembayaran bisa dilakukan secara non tunai atau cashless.

“Sekarang kita lihat saja, anak-anak milenial semakin sedikit membawa uang tunai di dompet. Semua mengandalkan pembayaran digital dari gadget,” ujar Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, Senin (13/9).

Erwin menambahkan, jika uang digital telah dikembangkan, harapannya dapat membawa efisiensi ekonomi, serta dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Hingga kini, bank sentral masih melakukan riset terkait penerapan CBDC di masyarakat. Kendati demikian, belum ada tanggal pasti kapan rupiah digital akan diluncurukan.

Presidensi G20 Turut Membahas Rupiah Digital

Presiden Joko Widodo dijadwalkan berangkat ke Italia akhir Oktober mendatang untuk menghadiri serah terima Presidensi G20 dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Roma, Italia. Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartanto, menyebutkan momentum tersebut akan menjadi awal masa kepemimpinan Indonesia di G20 dan menjadi tuan rumah berbagai kegiatan G20 untuk satu tahun ke depan.

"Presiden akan menghadiri penutupan KTT G20 di Roma pada 31 Oktober. Di sana, Presiden akan menerima secara resmi tongkat estafet Presidensi G20 dari Perdana Menteri Italia," kata Airlangga dalam jumpa pers online yang disiarkan kanal Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (14/9).

Dalam kesempatan lain, Gubernur BI Perry Warjiyo yang turut terlibat kegiatan Presidensi G20, mengatakan salah satu tugasnya berhubungan dengan kerja sama di bidang sistem pembayaran di era digital. Dia menyampaikan, pandemi telah menjadikan proses digitalisasi semakin cepat di seluruh dunia, termasuk Indonesia. 

"Inisiatif mengenai ini salah satunya kerja sama terkait digitalisasi sistem pembayaran antarnegara. Ini akan didorong, atau dikenal cross border payment," ucap Perry dalam konferensi pers, Selasa (14/9).

Kerja sama sistem pembayaran digital di bank sentral ke depan juga akan mencakup inisiatif bank-bank sentral mengeluarkan CBDC, termasuk rencana Indonesia menerbitkan rupiah digital. Nantinya, dalam Presidensi G20 akan dibahas beberapa materi terkait uang digital.

Pertama, bagaimana CBDC menjadi alat pembayaran yang sah di suatu negara. Kedua, bagaimana CBDC tetap mendukung tugas-tugas bank sentral dari sisi moneter sektor keuangan di sistem pembayaran dan ekonomi.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...