Mengenal Bisnis Multipolar, Induk Grup Lippo yang Bakal Tambah Modal
PT Multipolar Tbk berencana untuk menambah modal perusahaan melalui skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau right issue. Induk Grup Lippo dengan kode saham MLPL ini akan menerbitkan 3 miliar saham baru kelas C seharga Rp 100 per saham.
Nantinya, dana hasil aksi korporasi tersebut akan digunakan untuk melunasi sebagian utang bank, mengembangkan usaha, serta untuk investasi.
Gurita bisnis Multipolar tak lepas dari kendali Grup Lippo. Sebesar 55,11 % saham MLPL dikuasai PT Inti Anugerah Pratama, perusahaan milik Keluarga Riady, pendiri Grup Lippo. Sementara itu, 42,65 % saham MLPL dimiliki oleh publik.
Dilansir dari RTI Business, dalam setahun terakhir harga saham MLPL naik 592 % per Rabu (24/11). Namun, pada penutupan perdagangan kemarin, sahamnya terkoreksi 2,81 % ke level Rp 346. Tren penurunan tersebut telah terjadi dalam tiga bulan terakhir, di mana harga saham MLPL turun 27,31 %.
MLPL pertama kali melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada November 1989 lewat initial public offering . Saat itu, harga penawaran saham perdana dibanderol Rp 10.500 per lembar, dengan menebar 4,3 juta lembar saham. Dari aksi korporasi tersebut, Multipolar mengantongi dana segar Rp 45,44 miliar.
Berperan sebagai perusahaan induk investasi, Multipolar saat ini fokus pada investasi di bidang-bidang yang berorientasikan masa depan alias future oriented. Adapun bidang layanan utamanya berbasis teknologi dan digital beserta ekosistemnya.
Berdasarkan paparan public expose per Juli 2021, kategori bisnis Multipolar terbagi ke dalam lima bagian. Usaha mereka membentang dari ritel konsumen, telekomunikasi, jasa keuangan, media/ digital/teknologi, serta bisnis perusahaan atau industri.
Multipolar Merangkak dari Perusahaan Elektronik
Mochtar Riady mendirikan Multipolar pada 1975 dengan fokus awal sebagai perusahaan ritel elektronik. MLPL tergolong sebagai grup perusahaan multiritel. Itu dapat dilihat dari gurita bisnisnya yang menjalar ke berbagai sektor. Saat ini, bisnis Grup Lippo lebih banyak dikelola oleh generasi kedua dan ketiga.
Forbes mencatat bahwa Grup Lippo kini dijalankan oleh anak Mochtar Riady, yaitu James Riady dan Stephen Riady, serta cucunya John Riady yang menjabat CEO Lippo Karawaci. Darah taipan seakan menular, pada 2020, nama keluarga Riady kembali masuk daftar Indonesia's 50 Richest di urutan ke-21.
Melansir laporan keuangan per Juni 2021, Multipolar membukukan penurunan penjualan dan pendapatan usaha sekitar 2,3 % menjadi Rp 5,13 triliun. Sedangkan pada periode yang sama tahun lalu, perusahaan membukukan penjualan dan pendapatan di level Rp 5,25 triliun.
Kontribusi terbesarnya yakni 72 % berasal dari bisnis eceran dan distribusi yang menyumbang Rp 3,7 triliun dari total capaian penjualan neto. Sedangkan bisnis teknologi informasi berkontribusi 22,8 % atau sekitar Rp 1,2 triliun.
Turunnya angka penjualan Multipolar dalam enam bulan pertama tahun ini diiringi beban pokok penjualan dan pendapatan yang turun 2,38 % menjadi Rp 4,1 triliun. Alhasil, hingga Juni 2021 perusahaan ini mampu membukukan laba Rp 53,2 miliar. Capaian tersebut lebih baik dibandingkan tahun lalu, di mana emiten multiritel tersebut menorehkan rugi Rp 463,6 miliar.
Bisnis Eceran dan Distribusi
Lini bisnis utama Multipolar di segmen ritel konsumen meliputi bisnis grup PT Matahari Putra Prima (MPPA) yang menaungi Hypermart, Foodmart, Boston Health & Beauty, serta PT Matahari Department Store (MDS). MDS sudah hadir sejak 1972 dengan konsep department store yang menjual berbagai kebutuhan seperti pakaian, kecantikan, dan barang keperluan rumah tangga lainnya.
Selain MPPA, Multipolar menaungi bisnis ritel penjualan buku lewat PT Gratia Prima Indonesia dengan brand toko Books & Beyond. Kini Books & Beyond sudah tersebar di 26 kota di Indonesia. Tidak hanya melalui toko, produk Books & Beyond juga bisa dibeli melalui website dan toko resmi di berbagai e-commerce.
Bisnis ritel Multipolar juga merambah industri hiburan keluarga lewat PT Matahari Graha Fantasi (MGF) yang mengoperasikan Timezone. Bisnis permainan arkade ini sebenarnya berasal dari Australia dan sudah berdiri sejak 1978. Di Indonesia, Timezone termasuk pelopor dalam industri pusat hiburan keluarga dan pertama kali dibuka pada 1995 di Legian, Bali.
Mengacu pada laporan keuangan perusahaan dalam enam bulan pertama tahun ini, aktivitas penjualan dari segmen eceran dan distribusi Multipolar mengalami penurunan 2,6 % menjadi Rp 3,7 triliun. Adapun per Juni 2020 perusahaan membukukan penjualan neto sekitar Rp 3,8 triliun.
Bisnis Teknologi dan Komunikasi
Untuk lini bisnis telekomunikasi, anak perusahaan Multipolar ini cukup akrab dengan keseharian dan kebutuhan masyarakat Indonesia. Di antaranya seperti bisnis jaringan internet Linknet, FirstMedia dan GTN Data Center.
Bisnis Telekomunikasi, Multimedia, dan Teknologi (TMT) milik Multipolar diwakili lewat PT Multipolar Technology alias MLPT. Perusahaan tersebut menyediakan layanan dan solusi IT, mulai dari perangkat keras dan layanan integrasinya, sistem aplikasi dan layanan implementasinya, layanan IT consulting, hingga business process managed services yang dikelola anak perusahaannya yakni PT Visionet Data Internasional.
Ada pula bisnis jasa pengelolaan dan pengoperasian data center yang dikelola anak perusahaan MLPT, yakni PT Graha Teknologi Nusantara. Perusahaan tersebut diresmikan pada 2016 sebagai perusahaan pusat data.
Selain itu, ada PT First Media Tbk (FM) yang bergerak di bidang penyedia telekomunikasi lewat dukungan jaringan infrastrukturnya, dan penyedia jaringan layanan televisi berlangganan yang juga memproduksi konten siaran.
Sebelum dikenal seperti sekarang, Linknet semula berdiri dengan nama PT Seruling Indah Permai di 1996, kemudian berganti nama menjadi PT Link Net pada tahun 2000. Setahun kemudian, Linknet resmi menjadi bagian dari First Media Group dan merupakan perusahaan penyedia jasa internet berkecepatan tinggi, serta penyedia jasa TV kabel.
Berikutnya, ada juga bisnis media seperti BeritaSatu Media Holdings dan OVO.
Bisnis Lainnya
Dilansir dari paparan publik Juli 2021, Multipolar menaungi tiga perusahaan dalam lini jasa keuangan yaitu Bank Nobu, Ciptadana, dan Sharestar Indonesia.
Selain itu, Multipolar juga memiliki bisnis di bidang Media, Digital, dan Teknologi. Perusahan yang dinaungi MLPL antara lain BeritaSatu Media Holdings dan juga OVO. Terakhir, perusahaan yang juga masuk dalam Grup Lippo yakni Champion, Walsin, dan NPI Mall Management.