Putin Masih Bisa Pegang Kendali Pasokan Gas di Eropa, Ini Buktinya
Pengaruh Rusia terhadap pasokan gas alam di Uni Eropa (EU) dianggap kian berkurang sejak terjadi konflik dengan Ukraina pada awal 2022. Hal ini seiring kondisi penyimpanan gas di Benua Biru yang telah terisi hingga 93% pada 2 September lalu.
Kendati demikian, Rusia masih dapat memberi tekanan pasokan gas global terhadap mayoritas negara Eropa pada musim dingin akhir tahun. Lembaga keuangan asal Swedia, Skandinaviska Enskilda Banken (SEB) melaporkan Rusia memanfaatkan industri gas mereka untuk menekan Eropa pada musim salju.
"Rusia dapat memberikan tekanan terhadap pasokan gas alam Eropa pada musim dingin ini jika memungkinkan," tulis SEB dalam sebuah catatan, dikutip dari oilprice.com pada Selasa (5/9).
Pengiriman gas oleh perusahaan Rusia, Gazprom ke pelanggan utamanya merosot karena terhenti ke hampir seluruh negara Eropa. Rusia telah memutus pasokan gas ke Polandia, Bulgaria, dan Finlandia selang beberapa pekan setelah berkonflik dengan Ukraina.
Gazprom juga mengurangi pasokan gas melalui pipa Nord Stream ke Jerman pada Juni 2022. Otoritas Rusia mengklaim seretnya distribusi gas disebabkan oleh pemeliharaan rutin turbin gas.
Gazprom mengatakan aliran gas dari pipa Nord Stream akan tetap ditutup sampai batas waktu yang belum ditentukan, menunggu kerusakan operasional dapat teratasi.
Rusia kini mengirimkan gas ke Eropa melalui rute Ukraina dan melalui TurkStream. TurkStream adalah pipa gas alam yang mengalir dari Rusia ke Turki.
Dimulai dari stasiun kompresor Russkaya dekat Anapa di Wilayah Krasnodar Rusia, melintasi Laut Hitam ke terminal penerima. Pipa TurkStream menyalurkan gas ke Serbia dan Hongaria.
“Tujuan lama Putin untuk menggunakan pasokan gas alam sebagai alat strategis tampaknya telah tersendat. Namun, Putin mungkin masih memiliki pengaruh terhadap pasokan gas alam UE,” tulis ahli strategi SEB dalam catatannya.
Para pejabat Jerman memperingatkan bahwa negara dengan perekonomian terbesar di Eropa ini masih belum pulih dalam hal pasokan gas. Mereka juga mengatakan harga gas alam akan tetap tinggi hingga setidaknya tahun 2027.
"Jika terjadi musim dingin, Eropa dapat menghadapi masalah pasokan gas," kata para analis.
Gazprom melaporkan total pendapatan April-Juni turun menjadi 821,6 miliar rubel dari 835,8 miliar rubel pada periode yang sama tahun 2022.
Sektor energi Rusia berada di bawah tekanan akibat sanksi Barat yang diberlakukan atas tindakan Moskow di Ukraina.
Namun, produksi dan ekspor gas negara tersebut tertopang oleh peningkatan signifikan dalam penjualan ke Cina, yang secara politik dianggap dekat dengan Moskow.
Gazprom menyampaikan torehan impor liquefied petroleum gas (LPG) ke Cina lewat jalur pipa Power of Siberia naik 50%. Upaya Rusia untuk melipatgandakan ekspor LPG ke Cina merupakan bagian dari upaya diversifikasi ekspor energi di tengah sanksi UE.