Menilik Sejarah Hari Raya Nyepi serta Tujuan dan Urutan Upacaranya
Nyepi adalah hari besar bagi umat Hindu yang dirayakan setiap Tahun Baru Saka. Hari Nyepi jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang dipercaya sebagai hari penyucian dewa-dewa di pusat samudra.
Nyepi sendiri berasal dari kata "sepi" yang berarti sunyi atau senyap. Berbeda dengan hari raya agama lain yang biasanya dirayakan dengan meriah, Tahun Baru Saka dirayakan dalam keheningan
Pada Hari Nyepi, umat Hindu akan berdiam di dalam rumah untuk berdoa dan mendekatkan diri kepada Isa Sang Hyang Widhi Wasa untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia) dan Bhuana Agung (alam semesta)
Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka akan jatuh pada hari Rabu, 22 Maret 2023. Di Indonesia, Nyepi ditetapkan sebagai hari libur nasional berdasarkan Keputusan Presiden Indonesia Nomor 3 Tahun 1983.
Sejarah Hari Raya Nyepi
Hari Raya Nyepi berasal dari zaman India Kuno, yang digambarkan sering terjadi konflik sosial dan fisik yang berkepanjangan.
Pada zaman itu, terdapat beberapa suku yaitu Saka (Scythia), Yueh-ci (Tiongkok), Yavana (Yunani). Malaba (Insida), dan Pahlava (Partha). Suku suku ini saling berebut wilayah-wilayah yang subur sehingga membuat mereka terus berada dalam pusaran konflik yang berkepanjangan.
Alasan mereka merebutkannya karena wilayah subur tersebut dapat menunjang kehidupan mereka dalam jangka panjang.
Meskipun terjadi konflik berkepanjangan, namun ada kalanya terjadi masa damai atau gencatan senjata. Masa ini menimbulkan akulturasi dan sinkretisme yang berujung pada perdamaian.
Perdamaian tersebut terjadi setelah bangsa Saka menaklukkan suku-suku lainnya dn menduduki berbagai wilayah. Setelah perdamaian tercapai, bangsa Saka pun kemudian memilih tahun Saka pada 78 Masehi saat menobatkan Chasana sebagai Raja.
Tahun pertama Saja dimulai pada 78 Masehi sementara bulan pertama tahun Saka adalah Caitra, yang bertepatan antara bulan Maret dan April.
Perjuangan bangsa Saka in menginspirasi Raja Kaniska I (127-150) yang kemudian juga turut mengadopsi sistem penanggalannya. Tidak hanya mengadipis saja, ia juga berperan dalam penggunaan tahun Saka secara luas.
Tahun baru Saka inilah yang kemudian diperingati di seluruh negeri dengan cara bertapa, brata, dan samadhi, atau dinilai sebagai Hari Raya Nyepi di Indonesia.
Tujuan Hari Raya Nyepi
Dilansir dari makalah berjudul Mengenai Hari Raya Nyepi karya Ni Nengah Cahya Prita Sari, tujuan Hari Raya Nyepi dapat dilihat dari dua aspek, yaitu:
1. Aspek Sosial Budaya
Dari aspek ini, perayaan nyepi bertujuan agar masyarakat terutama umat Hindu berintegrasi dengan bersama-sama menggiring Ida Betra dari awal sampai ke Bale Agung. Tujuan lainnya yaitu untuk meningkatkan toleransi antar umat beragama.
2. Aspek Religius
Adapun dari aspek religius, perayaan nyepi bertujuan sebagai proses penyucian diri untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan lahir batin (jagadhita dan moksa). Dengan demikian, akan terbina kehidupan berlandaskan satyam (kebenaran), siwam (kesucian), sundaram (keharmonisan)
Rangkaian Upacara Memperingati Hari Raya Nyepi
Dikutip dari makalah berjudul Nilai Sosiologis dari Perayaan Ogoh-ogoh di Hari Raya Nyepi karya Mar’ie Aabda’uzal, berikut ini beberapa rangkaian upacara saat Hari Raya Nyepi, yaitu:
1. Upacara Melasti
Upacara Melasti merupakan upacara yang dilaksanakan dua atau tiga hari sebelum Hari Raya Nyepi untuk menyucikan diri. Pada upacara ini, seluruh perlengkapan sembahyang diarak ke tempat yang mengandung air seperti laut, danau, atau sungai, karena tempat-tempat tersebut adalah sumber air yang dianggap suci (tirta amerta)
2. Upacara Bhuta Yajna
Upacara Bhuta Yajna biasanya diadakan sehari sebelum Hari Raya Neypi yan berfungsi untuk berfungsi untuk mengusir roh-roh jahat. Caranya yaitu dengan membuat patung besar yang menggambarkan bhuta kala (raksasa).
Patung besar ini disebut ogoh-ogoh yang diarak ramai-ramai oleh masyarakat. Perayaan ogoh-ogoh dimulai dari jam 6 sore hingga 12 malam. Perayaan ini dilakukan di seluruh wilayah di Bali dan biasanya dilakukan di alun-alun, pekarangan, atau perempatan jalan. Puncak acara ini adalah pembakaran ogoh-ogoh yang memiliki makna memusnahkan roh jahat.
3. Upacara Ngembak Geni
Berbeda dengan kedua upacara sebelumnya yang dilaksanakan sebelum Nyepi, upacara Ngembak Geni dilakukan sehari setelah Hari Raya Nyepi.
Upacara ini merupakan tahap terakhir yang ditandai dengan diperbolehkan untuk beraktivitas normal. Caranya dengan berkunjung ke rumah kerabat atau orang terdekat, kemudian saling bermaafan.
Makanan Khas Hari Raya Nyepi
Terdapat beberapa makanan tradisional yang sering muncul menjelang Hari Raya Nyepi, yaitu:
1. Nasi Tepeng
Merupakan makanan tradisional Gianyar, Bali dengan ciri khas yaitu isnya yang berupa kacang panjang, kacang merah, nangka muda, kering, daun kelor, dan kelapa parut di atasnya.
2. Lawar
Merupakan makanan yang terbuat dari campuran sayuran, daging cincang, dan bumbu khas Bali.
3. Entil
Merupakan sajian Hari Raya Nyepi yaitu sejenis ketupat yang terbuat dari beras dan dibungkus daun, lalu diikat dengan bambu. Pada zaman dulu,Entil kerap disajikan sebagai hidangan utama saat Tahun Baru Caka.
Terlebih, saat Hari Raya Nyepi tidak boleh menyalakan api.
4. Pulung Nyepi
Merupakan hidangan dengan campuran kedua tepung yang dikukus, diuleni, dibentuk, dan direbus hingga matang. Kemudian, ditambahkan parutan kelapa di atasnya.
5. Cerorot
Makanan ini adalah kue basah khas hari raya Nyepi dengan bentuk memanjang seperti kerucut karena dicetak dengan kulit ental.
6. Ayam Betutu
Merupakan hidangan Nyepi lainnya yang biasanya disajikan untuk acara sesembahan.
7. Jaja Apem
Merupakan makanan yang terbuat dari adonan fermentasi tepung beras yang dicampur dengan tape singkong dan air kelapa.
8. Ketongkol
Merupakan salah satu menu Hari Raya Nyepi yang cocok disantap bersama dengan sayur, lauk pauk, dan sambal matah khas Bali.