Harga Bitcoin Terus Menurun, Investasi Kripto Mulai Ditinggalkan?
Harga kripto terutama Bitcoin (BTC) sejauh ini masih terlihat bergerak turun, setelah mengalami koreksi signifikan pada pekan lalu. Koreksi BTC ini diikuti oleh volume transaksi yang masih rendah.
Namun menurut Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur, tren investasi kripto belum mulai berkurang. Untuk sementara ini, bisa dibilang banyak trader dan investor yang masih wait and see, menunggu hingga arah pasar mulai jelas karena banyaknya ketidakpastian.
Jika melihat di Amerika Serikat (AS), investor cenderung belum kembali minat ke aset berisiko melihat perkembangan kenaikan imbal hasil obligasi. Imbal hasil treasury AS jangka panjang menyentuh level tertinggi dalam beberapa tahun. Kenaikan ini yang menghalangi pembelian aset-aset berisiko seperti aset kripto karena likuiditas yang terbatas.
“Aset Bitcoin pun baru-baru ini diperdagangkan mendekati level terendah dua bulan di sekitar US$ 26.000, juga mencerminkan tren investasi kripto yang sideways. Dalam jangka pendek, BTC mungkin berada di titik puncak penurunan besar lainnya,” katanya kepada Katadata.co.id, Rabu (23/8).
Fokus utama pelaku pasar saat ini ada di Jackson Hole Symposium terkait pidato Ketua The Fed Jerome Powell, mengenai pandangannya terhadap ekonomi AS dan proyeksi kebijakan moneter Bank Sentral AS ke depannya. Acara tersebut akan dilaksanakan pada 24-26 Agustus 2023, sehingga kemungkinan tersebut volume transaksi pasar kripto masih akan rendah.
“Rendahnya volume transaksi ini adalah hasil dari para investor yang menunggu kondisi pasar, hingga mendapatkan kejelasan dalam pidato Powell yang dapat menentukan pandangan kebijakan suku bunga AS dalam jangka pendek. Powell sendiri dijadwalkan akan pidato pada Jumat (25/8) malam, sehingga ada kemungkinan volatilitas pasar akan meningkat pada saat itu,” ucap Fyqieh.
Untuk saat ini kemungkinan terbesar The Fed masih berada pada sikap hawkish dengan peningkatan suku bunga acuan akan terus terjadi di masa depan, melihat jalan menuju target inflasi AS 2% masih panjang.
“Maka dari itu investor dan trader harus antisipasi pergerakan turun kembali,” kata ia.
Kondisi ini dapat membuat Bitcoin konsolidasi di sekitar US$ 26.000 hingga US$ 25.000. Analisis teknikal dari grafik mingguan Bitcoin saat ini memperlihatkan bahwa ada kemungkinan koreksi drastis. Target saat ini berada pada US$ 22.000 hingga US$ 20.000 yang bertepatan dengan garis Fibonacci 61,8% yang umumnya menjadi tempat harga kembali pulih. Indikator RSI dan MACD juga mendukung koreksi ini karena masih besarnya volume jual dibandingkan volume beli.
Namun jika Powell mengindikasikan secara mendadak ingin menghentikan peningkatan suku bunga acuan bahkan mulai kembali menambah jumlah uang beredar, maka ada kemungkinan aset berisiko seperti saham dan kripto akan naik.
“Ada kemungkinan Bitcoin bisa pulih ke daerah US$ 40.000 yang dapat membawanya untuk naik lebih tinggi menjelang halving,” kata Fyqieh.
Komisaris Utama PT HFX Internasional Berjangka Sutopo Widodo menilai, penurunan harga kripto disebabkan beberapa hal, terutama akibat kekhawatiran tentang melemahnya ekonomi Cina, indeks di dunia yang sempat turun tajam dan akan naiknya suku bunga yang lebih tinggi.
“Serta rumor tentang Elon Musk yang menjual kripto dalam skala besar,” katanya.
Banyak investor kripto yang beberapa saat lalu memang tercatat banyak yang melikuidasi posisinya dengan menjual aset-aset kriptonya karena kondisi ekonomi saat ini. Terkait halving yang akan terjadi tahun depan ia meyakini hal itu bisa menjadi penguatan BTC di tahun depan.
Bitcoin Halving adalah peristiwa ketika imbal hasil untuk menambang transaksi bitcoin dipotong setengahnya atau 50%. Tujuannya yakni untuk menjaga nilai BTC dan mengontrol jumlah BTC yang beredar.
Ia mengatakan, banyak yang memprediksikan bahwa halving akan membuat BTC naik dan memang banyak pemain ritel yang siap-siap mencicil untuk membeli saat ini.
“Justru saya merasa sedikit khawatir bahwa semua orang merasa tahu dan memprediksikan bahwa halving tahun depan pasti akan membuat BTC naik, biasanya hal-hal seperti inilah yang berbahaya. Saat kita semua pemain ritel siap beli dan merasa terlalu yakin, biasanya disitu bandar akan bergerak sebaliknya,” ucap Sutopo.
Ia pun memprediksi, kemungkinan harga BTC akan turun dulu minimal hingga akhir tahun ini. Bahkan bisa berlanjut tahun depan sebelum naik tinggi lagi.
“Di saat banyak pemain ritel tidak sabar untuk hold dan menjual, disanalah harga BTC akan baru mulai bergerak baik lagi. Utk harga BTC, masih ada kemungkinan bisa jatuh dibawah harga US$ 20.000,” kata Sutopo.
Di sisi lain kepopuleran dan ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap industri kripto terus meningkat. Mengutip laporan dari Coingecko berjudul Southeast Asia’s Crypto Interest Led by 2 Countries, Indonesia berada di urutan ke enam dalam kategori crypto interest market share sebesar 2,04% atau masuk ke dalam jajaran menengah bersama dengan Malaysia (6,16%), Thailand (3,39%), dan Vietnam (3,11%) sebagai negara yang minat terhadap investasi kripto.