Substitusi Impor Industri Agro Capai 71%, Ekspor Terus Meningkat

Cahya Puteri Abdi Rabbi
16 September 2021, 14:06
impor, industri, ekspor
ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/rwa.
Pekerja merawat kurma Barhee di kawasan Agro Wisata Waras Farm, Cikerai, Cilegon, Banten, Minggu (18/4/2021). Petani setempat membudidayakan tanaman kurma Barhee yang menghasilkan buah lebih banyak dan lebih manis dari kurma sejenis yang dikembangkan di Timur Tengah.

Guna meningkatkan produktivitas dan daya saing industri di tanah air, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) membuat program substitusi impor sebesar 35% pada tahun 2022. Kebijakan ini diharapkan bisa memperbaiki neraca perdagangan sekaligus memacu industri nasional.

Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan, pada semester pertama tahun 2021, capaian substitusi impor di sektor industri agro mencapai Rp 2,69 triliun atau 71% dari target sebesar Rp 3,77 triliun.

“Jadi dari target sudah lebih dari setengahnya, dan kita masih punya waktu sekitar 15 bulan untuk mencapai target (35%). Kami berharap semua pihak untuk berpartisipasi dalam mencapai target substitusi impor ini,” kata Putu dalam sebuah webinar, Kamis (16/9).

Industri agro menunjukan perkembangan pada kuartal II tahun 2021, di mana sektor industri agro tumbuh sebesar 2,26%. Angka tersebut memang jauh di bawah pertumbuhan historisnya yakni 7%. Meskipun angka tersebut belum mencapai target yang diharapkan tetapi pertumbuhan itu cukup baik.

Ekspor pada sektor pertanian juga terus membaik.  Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor produk pertanian, kehutana, serta perikanan mencapai US$2,58 miliar pada periode Januari-Agustus, atau meningkat 7,52% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Industri agro terkait erat dengan sektor lain termasuk makanan dan minuman sehingga kebijakan yang menyangkut konsumsi pada makanan dan minuman juga otomatis berpengaruh kepada laju industri agro.

Kendala besar sempat dialami oleh sektor makanan dan minuman pada tahun 2021 karena adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Kebijakan tersebut membatasi seluruh mobilitas masyarakat dan membuat kafe, restoran, serta pusat belanja tidak diizinkan beroperasi sehingga menurunkan jumlah konsumsi.

Seiring penurunan kasus Covid-19 dan adanya pelonggaran kepada kafe dan restoran, industri agro juga diperkirakan akan semakin menggeliat. Putu menyebut bahwa sektor industri agro sudah masuk ke fase yang lebih baik yaitu pemulihan ekonomi nasional yang lebih cepat.

Halaman:
Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi
Editor: Maesaroh
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...