Sri Mulyani Ingin Masyarakat Peduli G20: Jangan Pakai Istilah Asing
Menteri Keuangan Sri Mulyani meminta pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan pertemuan G20 untuk menghindari pemakaian istilah yang sulit dicerna saat menjelaskan pentingnya G20 kepada masyarakat.
Sri Mulyani mengatakan kesempatan Indonesia memegang presidensi dan menjadi tuan rumah pelaksanaan pertemuan G20 adalah hal yang sangat penting.
Karena itulah, dia mengingatkan masyarakat umum harus dilibatkan dan merasakan dampak nyata dari pertemuan tahunan tersebut.
"Saya kira perlu teman-teman jangan terlalu terpaku pada istilah-istilah G20 yang ekslusif. Harusnya bisa menterjemahkannya ke bahasa masyarakat," tutur Sri Mulyani, pada acara Working Lunch: Outlook Ekonomi Indonesia 2022, Rabu (15/12).
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut mengatakan banyak istilah dalam penyelenggaraan pertemuan G20 ataupun yang menjadi tema G20 yang asing bagi masyarakat.
Penyampaian istilah yang lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh masyarakat pun menjadi penting.
Sri Mulyani menyebutkan beberapa istilah seperti exit policy, sherpa track, dan scarring effects, hingga ministrial meeting.
"Kalau exit policy, scarring effects kan bahasanya deputy. Itu kegenitannya deputy saja. Orang tahu nya exit toll,"tuturnya.
Dia khawatir ketidakmampuan panitia atau pejabat menyampaikan pentingnya G20 membuat masyarakat tidak perduli dengan penyelenggaraan event penting tersebut.
"Itu masyarakat juga tidak tahu sherpa track. Kayaknya tahunya menteri-menteri pada sibuk ngurusi G20. Jadi kayaknya kita perlu menterjemahkan istilah-istilah itu lagi," tuturnya.