Keunikan Rumah Adat Bali dan Ciri Khasnya

Image title
29 September 2021, 13:30
Pintu masuk rumah adat Bali yang disebut dengan Gapura Candi Bentar.
Pinterest
Pintu masuk rumah adat Bali yang disebut dengan Gapura Candi Bentar.

Rumah adat Bali dibangun dengan prinsip filosofi yang tinggi. Filosofi yang dianut disebut dengan Tri Hita Karana yaitu Parahyangan, Palemahan, dan Pawongan. 

Tiga aspek ini memiliki arti hubungan dengan Tuhan (Parahyangan), hubungan dengan alam / lingkungan (Palemahan) dan hubungan antar sesama manusia (Pawongan). Makanya, setiap rumah adat Bali pasti mempunyai beberapa bangunan yang berguna untuk sembahyang, tempat beristirahat dan juga tempat bercengkrama dengan sesama.

Nama rumah adat Bali dibagi berdasarkan bangunan dalam rumah tersebut, di antaranya angkul-angkul, aling-aling, pura keluarga, bale manten, bale dauh, bale sekapat, bale dangin/gede, pawaragen/paon dan lumbung.

Rumah adat Bali dibangun dengan menggunakan aturan asta kosala kosali. Aturan ini kurang lebih hampir sama dengan penggunaan fengsui dalam budaya Tionghoa.

Bentuknya sangat unik karena tidak menyatu dalam satu atap tetapi terbagi menjadi beberapa bangunan yang berdiri sendiri. Bangunan-bangunannya juga diatur menurut konsep arah angin dan sumbu gunung Agung.

Hal ini terjadi karena hierarki yang ada menuntut adanya perbedaan strata dalam pengaturan bangunan rumah tinggal tersebut. Seperti tempat tidur orang tua dan anak-anak harus terpisah, dan juga hubungan antara dapur dan tempat pemujaan keluarga.

Untuk memahami hierarki penataan ruang rumah adat Bali ini, biasanya mengacu pada sembilan mata angin yang berpedoman dari sembilan penguasa di setiap penjuru mata angin dalam konsep agama Hindu Dharma di Bali.

Bagi masyarakat Bali, arah timur dengan sumbu hadap ke gunung Agung adalah lokasi utama dalam rumah tinggal, sehingga lokasi tersebut biasa dipakai untuk meletakkan tempat pemujaan atau di Bali di sebut pamerajan.

Rumah Adat Bali
Rumah Adat Bali (Pinterest)

Nama Rumah Adat Bali

Berikut bagian-bagian bangun dalam rumah adat Bali.

1. Angkul-angkul

Angkul-angkul merupakan bangunan yang menyerupai gapura yang juga memiliki fungsi sebagai pintu masuk. Hal yang membedakan angkul-angkul dengan bangunan lainnya yaitu, bangunan ini memiliki atap di bagian pintu masuk.

2. Aling-Aling

Aling-Aling adalah bangunan yang dominan sebagai pembatas antara angkul-angkul dengan pekarangan dan dipercaya berfungsi menghalangi aura negatif agar tidak masuk ke pekarangan rumah.

3. Bale Manten

Di rumah adat Bali, Bale Manten memiliki bentuk bangunan persegi panjang yang terletak di sebelah utara bangunan utama serta terdapat dua ruangan, yakni bale kanan dan bale kiri.

Biasanya, rumah Bale Manten ini diperuntukan untuk kepala keluarga atau anak perempuan yang belum menikah atau masih perawan. Ini merupakan bentuk perhatian keluarga kepada anak gadis agar kesuciannya terjaga.

4. Bale Dauh

Rumah adat Bali yang pertama adalah Bale Dauh. Bangunan ini banyak ditemui di sejumlah rumah adat Bali. Bale Dauh difungsikan sebagai ruangan untuk menerima tamu. Uniknya, bangunan Bale Dauh harus memiliki ketinggian lantai yang lebih rendah dari Bale Manten yang sudah di bahas di atas.

Keunikan dari Bale Dauh ini adalah jumlah tiang yang berbeda antara satu rumah dengan rumah lainnya, serta memiliki sebutan khusus untuk jumlah tiang tersebut. Tiang berjumlah 6 disebut sakenem. Tiang berjumlah 8 adalah sakutus atau antasari, dan jika jumlah tiangnya 9 disebut sangasari.

5. Bale Sekapat

Bale Sekapat adalah bagian dalam rumah adat Bali yang berfungsi sebagai tempat bersantai seluruh anggota keluarga.

Keunikan rumah adat Bali ini adalah adanya empat buah tiang yang berfungsi sebagai penyangga dan atapnya berbentuk pelana.

Halaman:
Editor: Safrezi
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...