Target Nol Emisi Karbon, ESDM Gandeng Agensi Energi Terbarukan Dunia
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan International Renewable Energy Agency (IRENA) sepakat membangun kemitraan dan kerja sama yang lebih intensif dalam identifikasi serta penerapan peta jalan dekarbonisasi atau pengurangan emisi karbon. Perjanjian kerja sama ini telah ditandatangani Menteri ESDM Arifin Tasrif, bersama Director General IRENA, Francesco La Camera, di sela agenda COP26, Glasgow, Skotlandia Kamis (4/11).
Berdasarkan perjanjian tersebut, IRENA akan menyiapkan peta jalan transisi energi yang komprehensif, mengidentifikasi tindakan kebijakan utama, solusi teknologi dan program pengembangan industri untuk mencapai tujuan dan target energi terbarukan jangka menengah dan panjang, serta tujuan dekarbonisasi di Indonesia. Kerja sama ini juga mencakup penilaian manfaat sosial ekonomi dari transisi energi dengan penekanan pada pembentukan rantai nilai baru, penciptaan dan peningkatan lapangan kerja.
Di bawah kemitraan ini, IRENA dan Indonesia akan bekerja sama erat pada peta jalan baru yang sejalan dengan tujuan Paris Agreement untuk ekonomi global bersih pada tahun 2050. IRENA juga akan memfasilitasi akses ke pembiayaan iklim dan investasi dalam energi terbarukan melalui diskusi dan dialog tentang investasi yang tidak berisiko, pengembangan jaringan proyek, dukungan untuk persiapan proyek, termasuk melalui Koalisi untuk Akses Energi Berkelanjutan dan Inisiatif Platform Investasi Iklim.
Kerja sama ini akan semakin menguatkan target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) nasional dan mendukung Presidensi G20 Indonesia pada 2022. "Kami membutuhkan dukungan dari negara lain dan organisasi internasional dengan keahlian seperti IRENA, untuk mempersiapkan transisi energi Indonesia", ujar Arifin dalam keterangannya.
Sebagaimana diketahui, pertama kali dalam sejarah, Indonesia memegang Presidensi G20 untuk tahun 2022. Kepemimpinan ini secara resmi diserahkan Perdana Menteri Italia, Mario Draghi kepada Presiden Joko Widodo pada KTT G20 di Roma, Italia pada 31 Oktober lalu.
Pertumbuhan yang inklusif, people-centered, serta ramah lingkungan dan berkelanjutan, menjadi komitmen utama kepemimpinan Indonesia di G20. Forum kerja sama ekonomi internasional yang beranggotakan negara-negara dengan perekonomian besar di dunia itu sepakat untuk menghentikan pendanaan proyek energi batu bara luar negeri pada akhir tahun ini dan mengakui peran penetapan harga karbon.
Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca 29% pada tahun 2030 dan menetapkan target net zero emission (nol emisi) pada tahun 2060 atau lebih cepat dengan dukungan internasional. Ada banyak hal yang harus dilakukan di dalam negeri, dalam hal kebijakan, teknologi, dan aliran keuangan.
Menurut laporan Outlook Transisi Energi Dunia IRENA yang dirilis awal tahun ini, untuk mencapai target, sebagian besar pengurangan emisi diperlukan dalam dekade ini dan dapat dicapai melalui perpaduan teknologi.
"Indonesia adalah pemain kunci dalam mencapai target penurunan emisi dan kami berharap dapat bekerja sama untuk mengidentifikasi peta jalan nasional yang memberikan pertumbuhan ekonomi sekaligus menjawab tantangan perubahan iklim," kata Francesco.
Menurut Francesco, ekonomi global utama dunia memiliki peran penting dalam mewujudkan target nol emisi global dan rencana jangka pendeknya dalam penggunaan teknologi energi terbarukan yang ada. Namun, transisi energi bukan hal yang mudah, sehingga membuat para pembuat kebijakan menghadapi beragam pilihan yang kompleks.
Indonesia adalah konsumen energi terbesar di kawasan ASEAN. Penggunaan energinya hampir 40% dari total penggunaan energi di wilayah ini. Dengan potensi sumber energi surya, panas bumi dan tenaga air yang signifikan serta industri bioenergi yang kuat, Indonesia berada di posisi yang tepat untuk berkembang dalam sistem energi rendah karbon.
Indonesia telah menetapkan target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% dalam bauran energi nasional pada 2025. Pemerintah juga telah berkomitmen untuk tidak lagi membangun pembangkit listrik tenaga batu bara baru setelah 2030, kecuali untuk proyek yang kontrak sudah ditandatangani sebelumnya. Ini merupakan salah satu upaya untuk mengejar target nol emisi karbon.