Emiten Grup Hary Tanoe Gencar Gaet Investor untuk Tambah Modal
Perusahaan-perusahaan di bawah naungan konglomerasi Grup MNC gencar menggelar penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu alias private placement. Grup milik pebisnis Hary Tanoesoedibjo tersebut, mampu menarik investor untuk menambah modal di anggota grupnya.
Terbaru, PT MNC Studios International Tbk (MSIN) yang berencana untuk melakukan private placement. Perusahaan akan menerbitkan saham baru sebanyak 1,04 miliar unit saham dengan nilai nominal Rp 50 per saham.
Dalam pengumuman yang diunggah di keterbukaan informasi, MNC Studios mematok harga pelaksanaan dari aksi korporasi tersebut di harga Rp 158 per saham. Sehingga, MNC Studios berpotensi untuk meraup dana segar senilai Rp 164,38 miliar.
Rencana pelaksanaan penambahan modal tersebut dijadwalkan berlangsung pada 5 Februari 2021 mendatang. Setelahnya, pada 9 Februari 2021, MNC Studios berencana memberitahukan hasil pelaksanaan aksi korporasi tersebut.
Perusahaan lain yang berencana melakukan private placement adalah PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY). Dalam prospektus yang diunggah di keterbukaan informasi pada 24 Juli 2020, emiten ini berencana menerbitkan sebanyak-banyaknya 997,18 juta unit saham atau setara 10% dari seluruh saham.
Meski begitu, harga pelaksanaan dari private placement ini belum ditentukan, hanya saja nominalnya mencapai Rp 100 per saham. Private placement ini perlu mendapatkan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 28 Juli 2020.
Meski begitu, rapat tersebut belum bisa memutuskan untuk aksi korporasi tersebut karena perseroan baru dapat melakukan penambahan modal dua tahun sejak RUPS yang membahas hal serupa pada 19 Juli 2019. Untuk itu, pada rapat belum mengambil keputusan terkait penambahan modal.
Hal yang sama juga terjadi pada PT MNC Land Tbk (KPIG) yang berencana melakukan private placement. Dalam prospektus yang diunggah pada 3 Juli 2020, MNC Land berencana menerbitkan sebanyak 8,05 miliar unit saham baru atau 10% dari total saham.
Rencana ini memerlukan persetujuan terlebih dahulu dari RUPSLB yang diselenggarakan pada 11 Agustus 2020. Namun, seperti MNC Sky Vision, rencana private placement ini tidak dibahas dalam rapat tersebut karena alasan sama.
Akhir tahun lalu, tepatnya pada 30 Desember 2020, PT MNC Vision Networks Tbk (IPTV) telah melakukan private placement dengan menerbitkan sebanyak 2,85 miliar unit saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Pihak yang menjadi investor yaitu Tempus Eternity Ltd dan Charlton Group Holdings Ltd.
Berdasarkan laporan keterbukaan informasi, MNC Vision Networks mampu mengantongi dana segar senilai Rp 857,18 miliar karena harga pelaksanaannya dipatok Rp 300 per saham. Dana yang diterima tersebut, dipergunakan untuk memperkuat struktur permodalan.
Sebelumnya, PT MNC Investama Tbk (BHIT) juga melaksanakan private placement pada 8 Desember 2020 dengan menerbitkan sebanyak 5,99 miliar unit saham dengan nilai nominal Rp 100 dan harga pelaksanaan juga senilai Rp 100 per saham.
Dengan begitu, MNC Investama mampu mengantongi dana segar senilai Rp 5,99 miliar dari aksi korporasi ini. Sebagai investor yaitu Tempus Eternity Ltd dan Scotts Investment Corporation.
Dana yang didapat, digunakan untuk memperkuat struktur permodalan dan keuangan perusahaan. Termasuk untuk digunakan pada pemenuhan kebutuhan modal kerja perusahaan.
PT Global Mediacom Tbk (BMTR) juga melaksanakan private placement pada 17 September 2020 dengan menerbitkan sebanyak 549,48 juta unit saham baru dengan nominal Rp 100 per saham. Harga pelaksanaannya mencapai Rp 282 per saham.
Dengan jumlah saham baru dan harga pelaksanaan, maka Global Mediacom berhasil meraup dana senilai Rp 154,95 miliar. Pihak yang menjadi investor adalah Marco Prince Corp.
Dana yang diterima oleh Global Mediacom, setelah dikurangi biaya-biaya terkait aksi korporasi penambahan modal tersebut, akan dipergunakan untuk memperkuat struktur permodalan perseroan.
Analis Penyelia Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial mengatakan, meski volatilitas pasar saham tinggi, penambahan atau penyertaan modal, khususnya untuk Grup MNC merupakan langkah yang baik. Alasannya, untuk memperbaiki kinerja balance sheet yang sudah over-leveraged.
"Agak tinggi juga komponen utang dolarnya terlepas dari volatilitas pasar saham saat ini," kata Janson kepada Katadata.co.id, Senin (1/2).
Serangkaian aksi korporasi tersebut, dinilai tidak memiliki risiko, bahkan bagus untuk emiten. Menurutnya, jarang sekali ada investor untuk mau menambah penyertaan modal kecuali investor tersebut sudah yakin akan adanya pemulihan permintaan.
"Investor tersebut sudah yakin akan adanya demand recovery di sektor media dan ekonomi Indonesia bisa pulih kembali di triwulan II tahun 2021," katanya.