- Tokopedia dan Grab memiliki salah satu investor yang sama, yakni Softbank Group
- Tokopedia dan Grab berinvestasi pada platform pembayaran digital OVO
- Grab membeli saham Emtek, pemilik platform pembayaran digital DANA
Kabardecacorn Gojek merger dengan unicorn Tokopedia kembali santer. Manajemen dan pimpinan Gojek dan perusahaan e-commerce Tokopedia dikabarkan menyepakati penggabungan. Rencana merger ini berpotensi mengubah peta bisnis digital.
Melansir KrASIA, Kamis (15/4), informan yang tidak disebutkan namanya menyampaikan pembahasan mengenai merger Gojek dan Tokopedia masih terus dilakukan. Kesepakatan itu diharapkan bisa rampung pada April 2021. Perusahaan hasil perkawinan Gojek-Tokopedia ini akan diberi nama GoTo.
Sebenarnya, Tokopedia cukup dekat dengan Grab, pesaing Gojek di bisnis ride hailing. Tokopedia dan Grab memiliki salah satu investor yang sama, yakni Softbank Group. Saat ini Tokopedia dan Grab sama-sama berinvestasi di platform pembayaran digital OVO.
Merger Gojek dan Tokopedia memunculkan pertanyaan, platform pembayaran digital apa yang akan digunakan nantinya. Saat ini Gojek menggunakan platform anak usahanya PT Dompet Karya Anak Bangsa (Gopay). Sama halnya dengan Tokopedia yang menggunakan OVO.
Terkait hal ini, Gojek dengan Gopay-nya, punya daya tawar lebih besar, karena valuasinya lebih tinggi dari Tokopedia. Data Crunchbase menyebutkan valuasi Gojek US$ 10,5 miliar, sedangkan Tokopedia hanya US$ 7,5 miliar.
Sementara Tokopedia bukan menjadi pemegang kepemilikan mayoritas di OVO. Pesaing Gojek, Grab memiliki saham lebih besar. Saat ini Tokopedia memegang 36,1% saham OVO dan Grab menjadi pengendali dengan kepemilikan 39,2%.
Artinya, Merger dengan Gojek membuka peluang Tokopedia melepas kepemilikannya di platform pembayaran OVO. “OVO sudah mengurangi ketergantungannya pada (ekosistem) Tokopedia,” seperti dikutip dari Tech In Asia, Kamis (28/1).
Pendiri CrossASEAN Research Angus Mackintosh menilai posisi Gojek dan Tokopedia akan makin sulit digoyang kompetitor-kompetitor sesama unicorn lokal. “Entitas yang lebih besar akan memungkinkan mendapat pendanaan yang makin besar untuk mendorong pertumbuhan ke depan,” ujarnya seperti dikutip Bloomberg beberapa waktu lalu.
Merger Gojek-Tokopedia salah satunya bertujuan memuluskan rencana untuk mencari pendanaan lebih besar di bursa saham. Dengan begitu, Gojek-Tokopedia bisa memiliki valuasi sekitar US$ 35 miliar - US$ 40 miliar. Menurut Mackintosh, untuk meyakinkan investor di pasar modal dengan valuasi sebesar itu, penggabungan kedua perusahaan menjadi penting.
Berdasarkan data CB Insights, valuasi Gojek per April 2021 mencapai US$ 10 miliar dan Tokopedia US$ 7 miliar. Dengan merger, valuasinya bisa mencapai US$ 17 miliar. Niliai ini sudah jauh melampaui Grab yang valuasinya US$ 14,3 miliar.
Grab Tak Mau Dikalahkan Gojek
Tak mau dikalahkan Gojek, perusahaan pemesanan kendaraan dan pengiriman makanan terbesar di Asia Tenggara, Grab Holdings, dikabarkan akan merger dengan Altimeter, perusahaan akuisisi bertujuan khusus (SPAC) yang berbasis di Amerika Serikat (AS). Merger ini akan membuat valuasi Grab hampir mencapai US$ 40 miliar atau sekitar Rp 580 triliun. Merger akan dianggap sebagai memuluskan upaya Grab mendaftarkan sahamnya (listing) di bursa efek AS.
Grab memang berencana melakukan initial public offering (IPO) melalui perusahaan cek kosong AS yang didukung banyak manajer investasi, di antaranya T. Rowe Price hingga Temasek Holdings Pte. Merger Grab akan menjadi kesepakatan perusahaan cek kosong terbesar yang pernah ada.
Perjanjian Grab dengan SPAC yang didukung Altimeter Capital mencakup investasi US$ 4 miliar private investment in public equity (PIPE) dari sekelompok investor Asia dan global. "Termasuk Fidelity International dan Janus Henderson," kata sumber Reuters, Selasa (13/4).
Grab menolak berkomentar soal kabar ini. Altimeter yang berbasis di Silicon Valley tidak menanggapi permintaan komentar yang dikirim melalui email. Kedua fund manager juga tidak menanggapi pertanyaan yang dikirim melalui email. Sumber Reuters menolak disebutkan identitasnya karena sensitivitas masalah tersebut.
Kesepakatan Grab yang sebelumnya dikatakan sumber bernilai lebih dari US$ 16 miliar, menjadi kemenangan besar bagi pendukung awal Grab seperti SoftBank Group Corp Jepang dan Didi Chuxing dari China. Pencatatan saham di AS akan memberi Grab kekuatan ekstra di pasar utamanya, Indonesia.
Pendapatan Grab meningkat 70% tahun lalu, meski belum bisa menghasilkan laba. Grab berharap segmen bisnis terbesarnya, pengiriman makanan, mencapai titik impas akhir 2021, karena lebih banyak konsumen beralih ke pengiriman makanan online setelah pandemi Covid-19. Dengan operasi di delapan negara dan 398 kota, Grab menjadi perusahaan rintisan bernilai besar di Asia Tenggara.