Sorot Kisruh Beras Bulog

Impor beras Bulog sebesar 270 ribu ton saat ini sedang dalam perjalanan dari empat begara importir menuju ke tanah air.

Bulog telah ditugaskan membeli 200.000 ton beras di luar negeri untuk berjaga-jaga jika dibutuhkan untuk memenuhi cadangan beras pemerintah.

Masalah data stok beras ini memunculkan skenario impor. Namun, membeli beras dari luar negeri berpotensi mengganggu masa panen raya petani pada Februari 2023.

Kementerian Sosial (Kemensos) melakukan tinjauan langsung ke lapangan dan menemukan bantuan sosial (bansos) tidak berlabel Banpres Kemensos.

Di musim panen, penurunan harga gabah di tingkat petani jauh lebih besar dari harga beras di penggilingan. Penurunan harga gabah juga dipengaruhi oleh isu impor beras.

Jika penyaluran tinggi, langkah ini bisa berdampak pada kenaikan penyerapan gabah dan beras petani.

Sebelum Presiden Jokowi mengeluarkan pernyataan, ada silang pendapat di antara pejabat terkait masalah impor beras.

Belum pula terealisasi, wacana impor beras terus memicu kontroversi.

Bukan kali ini saja impor beras menjadi polemik. Pemerintah tak kompak dalam menyampaikan kebijakan yang diputuskannya ke publik.

Bulog masih memiliki beras sisa impor 2018 yang belum tersalurkan.

Dirut Bulog Budi Waseso menggandeng Polri untuk menganalisa secara hukum kinerja 100 karyawan yang diduga bagian dari mafia.

Bulog akan melelang 20 ribu ton beras dengan harga dasar Rp 23,75 miliar.

Dengan adanya tambahan gudang baru, kapasitas tampung beras Bulog akan bertambah 60-70 ribu ton.

Dalam program BPNT Bulog harus bersaing dengan pemasok beras swasta sehingga realisasi penyaluran BPNT oleh Bulog rendah.

Bulog semakin sulit menyalurkan berasnya karena harus bersaing dengan pemasok beras swasta seiring perubahan kebijakan rastra ke BPNT.

Perubahan kebijakan pemerintah dalam penyaluran beras masyarakat miskin menjadi penyebab Bulog harus membuang 20 ribu ton beras akibat penurunan mutu.

Dosen IPB Bayu Krisnamurthi mengatakan perlu pemerintah perlu mengatur keuntungan dan kerugian penjualan beras cadangan Bulog.

Dengan dihilangkannya program Rastra, Bulog kehilangan 70% saluran distribusi beras terbesarnya.

Beras yang akan dibuang satu persen dari cadangan yang menumpuk di gudang Bulog sekitar 2,3 juta ton. Biaya disposal beras ini hingga Rp 160 miliar.

Keputusan impor beras pada 2018 yang kurang matang membuat penumpukan beras di gudang Bulog.