Pencabutan Subsidi Listrik 450 VA Berpotensi Tekan Daya Beli

Image title
9 Juni 2021, 11:58
subsidi listrik, pln, kementerian esdm, pelanggan listrik
ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/wsj.
Ilustrasi subsidi listrik.

Rencana pemerintah yang akan menyisir data penerima subsidi listrik pelanggan golongan 450 Volt Ampere (VA) mendapat kritik. Pasalnya, jutaan konsumen berpotensi tak lagi menerima bantuan pemerintah tersebut.

Pemerintah masih merumuskan skema subsidi listrik yang akan diimplementasikan pada tahun depan. Nantinya data penerima bantuan mengacu pada data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) Kementerian Sosial, bukan data PLN.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai rencana pencabutan subsidi harus dilakukan secara hati-hati. Langkah ini memang akan menghemat anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Namun, efek ke penerimaan negara juga bisa menurun karena perubahan konsumsi masyarakat yang subsidinya dicabut.

Apabila banyak pelanggan 450 VA tak masuk dalam daftar DTKS, mereka akan membayar listrik lebih mahal. Hal ini akan berdampak pada penurunan porsi belanja barang lainnya. “Jangan sampai ingin hemat di satu sisi, tapi penerimaan negara justru turun,” ujar Bhima kepada Katadata.co.id, Rabu (9/6).

Implikasi dari pencabutan subsidi listrik 900 VA tahun 2017, misalnya, masih terasa sampai tiga tahun berikutnya. Inflasi terus berada di level rendah karena sisi permintaan melemah. 

Karena itu, pemerintah sebaiknya tidak sembrono mencabut subsidi listrik. Apalagi golongan 450 VA paling terdampak pandemi Covid-19 saat ini. Mereka termasuk dalam kategori miskin dan rentan miskin.

Bhima mencontohkan, pekerja yang menyewa rumah kos dengan listrik 450 VA. “Betul pemilik kos termasuk kelas menengah, tidak berhak mendapat subsidi. Tapi kalau subsidinya dicabut, yang kena penyewa, biaya kos jadi lebih mahal,” ucapnya.

Dari data Bank Indonesia per April 2021, indeks penghasilan kelompok pengeluaran Rp 1 juta sampai Rp 2 juta per bulan masih berada di level 79,6. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan kelompok Rp 4,1 juta sampai Rp 5 juta yakni 97,1. Masyarakat paling bawah pendapatannya masih jauh dari kata pulih di tengah pandemi. 

Indikator lain yang menunjukkan ekonomi belum kembali seperti sebelum pandemi adalah inflasi inti. Komponen inflasi inti per Mei 2021 berada di 0,24%. Angkanya jauh di bawah jika dibandingkan momen Lebaran sebelum pandemi, yaitu 0,38%. 

Inflasi inti itu dapat menjadi penentu kapan momen tepat melakukan penyesuaian subsidi listrik. “Kalau terburu-buru, pemulihan ekonomi bisa reverse alias memutar balik kembali melemah,” ucap Bhima.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...