Profil Ketum PBNU Gus Yahya, Larang Capres dan Cawapres Bawa Nama NU
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf meminta bakal calon presiden dan calon wakil presiden tak mengatasnamakan Nahdlatul Ulama (NU) dalam Pemilihan Presiden alias Pilpres 2024.
“Kalau ada calon mengatasnamakan (NU), kredibilitasnya atas nama perilakunya sendiri-sendiri, bukan atas nama NU,” kata pria yang akrab disapa Gus Yahya itu, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (2/8).
Gus Yahya menuturkan, NU dan kiai-kiainya tidak akan memberikan dukungan kepada calon tertentu. Selama ini NU pun tidak ada pembicaraan terkait calon presiden atau wakil presiden.
Pria Kelahiran Rembang
Gus Yahya lahir di Rembang, Jawa Tengah, pada 16 Februari 1966. Ia anak ulama KHM Cholil Bisri dan merupakan kakak kandung Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas.
Soal pendidikan, Gus Yahya menuntut ilmu di Madrasah Al Munawwir di Bantul, Yogyakarta. Lalu, ia melanjutkan studinya di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gadjah Mada.
Dalam dunia organisasi, ia mengawalinya saat mahasiswa. Gus Yahya menjabat Ketua Umum Komisariat Organisasi Ekstra Kampus di Fisipol UGM. Selain itu, ia juga masuk dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Yogyakarta pada 1986 hingga 1987.
Gus Yahya tergolong salah satu orang dekat dari Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Yahya pernah mengemban tugas sebagai Juru Bicara Presiden Gus Dur pada 1999 sampai 2001.
Pada 2014, Gus Yahya menjadi bagian dari inisiator pendiri institut keagamaan untuk mengkaji Islam dalam perdamaian dan rahmat alam. Institut ini diberi nama Bait ar-Rahmah li ad-Da’wa al-Islamiyah Rahmatan li al-'Alamin.
Letak pusat studi tersebut di California, Amerika Serikat dan berdiri atas dasar perjanjian bilateral antara Amerika Serikat dengan Indonesia pada Oktober 2015. Kesepakatan ini ditandatangani oleh Presiden Obama dan Presiden Joko Widodo.
Pada 2015 Gus Yahya juga menjabat sebagai Katib ‘Aam PBNU hingga 2021. Posisi ini menjadi jejak pertamanya sebagai petinggi NU.
Gus Yahya kembali diberi kepercayaan di lingkup pemerintah. Dia dilantik sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres). Ia dilantik langsung oleh Jokowi pada 31 Mei 2018 di Istana Negara, Jakarta.
Pria yang lahir di keluarga santri ini kemudian menjabat sebagai ketua umum PBNU yang terpilih pada Muktamar ke-34 NU di Lampung pada Desember 2021. Berkat perolehan 337 suara, Gus Yahya mampu mengalahkan Said Aqil Siradj dan akan memimpin NU hingga 2026.
Sanksi Anggota NU
Ketum PBNU Yahya Cholil Staquf menekankan pihaknya akan memberikan sanksi bagi pengurus yang menggunakan lembaga NU dalam kepentingan politik praktis. "Kalau ada pengurus NU, kemudian menggunakan lembaga NU untuk kegiatan politik politik praktis, langsung kami tegur," kata Yahya usai bertemu Presiden.
Ia juga menyebut akan ada sanksi lain jika teguran tidak diindahkan. "Kalau diulangi, peringatan kedua. Kalau diulangi lagi, bisa diberhentikan. Sekali diperingatkan sudah kapok biasanya," kata dia.
Hal ini berawal dari adanya deklarasi calon presiden yang dilaksanakan di Kantor NU. Pihaknya mengaku sudah menegur sejumlah pengurus tingkat kabupaten.
Yahya juga mengatakan akan memberi klarifikasi jika ada calon presiden yang bukan pengurus NU tapi mengatasnamakan lembaganya. "Kami tak bisa beri sanksi apa-apa kalau bukan pengurus," katanya.