• Merger Gojek dan Tokopedia salah satunya menghasilkan layanan keuangan bernama GoTo Financial.
  • Perluasan GoTo ke pasar Asia Tenggara akan sulit karena kompetitornya jauh lebih unggul.
  • GoTo Financial menjadi kunci untuk meningkatkan kinerja perusahaan. 

Dua raksasa digital itu akhirnya resmi bergabung kemarin, Senin (17/5). Gojek dan Tokopedia membentuk entitas gabungan bernama GoTo. Bisnisnya menjangkau layanan on-demand, keuangan, dan e-commerce.

Dalam waktu dekat, GoTo akan melakukan penawaran saham perdana alias IPO di lantai bursa Indonesia dan Amerika Serikat. Valuasinya diperkirakan mencapai US$ 40 miliar atau Rp 571 triliun.

Berdasarkan data CB Insight, valuasi masing-masing perusahaan sebelum merger sebesar US$ 10 miliar. "Perusahaan gabungan tersebut menargetkan valuasi hingga US$ 40 miliar jika go public," tulis laporan itu. 

Dalam menjalankan bisnisnya, GoTo dipimpin oleh dua perwakilan Gojek dan Tokopedia. Andre Soelistyo dari Gojek sebagai CEO Grup GoTo dan Patrick Cao dari Tokopedia sebagai Presiden GoTo. 

Andre juga memimpin bisnis pembayaran dan layanan keuangan bernama GoTo Financial. Sedangkan, Kevin Aluwi akan tetap menjabat sebagai CEO Gojek dan William Tanuwijaya menjadi CEO Tokopedia.

“Ke depan, Gojek dan Tokopedia akan tetap beroperasi sebagai entitas berdiri sendiri, di dalam ekosistem Grup GoTo,” ucap Andre dalam keterangan tertulisnya, kemarin.

Grup GoTo menggabungkan layanan perdagangan elektronik (e-commerce), pengiriman barang dan makanan, transportasi, dan keuangan. Perusahaan akan memberikan layanan keuangan bernama GoTo Financial yang mencakup layanan GoPay, jasa keuangan, dan solusi bisnis mitra usaha.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berharap GoTo dapat berkontribusi besar terhadap perekonomian nasional. “Selain itu, dapat memberi manfaat dan kemudahan masyarakat,” ujarnya. 

Begitu pula dengan harapan Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Kerja sama Gojek dan Tokopedia menjadi momen bersejarah bagi Indonesia. Kehadirannya dapat mendorong Indonesia menjadi pemain utama di panggung ekonomi digital.

Lalu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo berharap GoTo dapat terus melahirkan inovasi. “Sehingga bisa mendorong kemajuan ekonomi dan keuangan digital nasional,” katanya. 

Gojek x Tokopedia
Gojek dan Tokopedia. (Adi Maulana Ibrahim |Katadata)

Ekspansi GoTo ke Asia Tenggara Akan Sulit

Pada 2020, lalu lintas transaksi GoTo mencapai 1,8 miliar. Jumlah mitra driver yang terdaftar mencapai lebih dua juta mitra. Jumlah mitra usahanya mencapai lebih 11 juta dan terdapat lebih 100 juta pengguna aktif bulanan.

Di tahun yang sama, perputaran ekonominya mencapai US$ 22 miliar atau sekitar Rp 314 triliun. Angka ini sekitar 2% dari total produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Grup GoTo kini memiliki jajaran investor yang merupakan raksasa teknologi global. Termasuk di dalamnya, Alibaba Group, Tencent, Facebook, hingga Google. 

Selain itu, ada investor lainnya yang masuk kelas blue-chip, seperti Astra International, BlackRock, Capital Group, DST, JD.com, KKR, Northstar, Pacific Century Group, PayPal, Provident, Sequoia Capital, SoftBank Vision Fund 1, Telkomsel, Temasek, Visa dan Warburg Pincus. 

Chief Strategy Officer dan Senior Executive Vice President of Tencent James Mitchell mengatakan GoTo merupakan entitas potensial yang bisa menguasai pasar Asia Tenggara. "Kombinasi kapabilitas Gojek dan Tokopedia yang saling melengkapi di layanan e-commerce, layanan pengiriman dan  pembayaran on-demand," katanya.

Selain IPO, GoTo juga menargetkan melebarkan pangsa pasarnya hingga ke kawasan Asia Tenggara. CEO GoTo Andre Soelistyo mengatakan, kawasan ini memiliki segmen kelas menengah yang besar dan populasi muda yang tanggap teknologi.

Gojek telah lebih dulu masuk ke Vietnam, Singapura, dan Thailand. Namun, bisnis di luar negeri ini tak semoncer di Tanah Air. Sumber KrASIA menyebut penyatuan merek GoViet (Vietnam) dan Get (Thailand) pada Juli tahun lalu merupakan langkah sangat mahal dan menambah kerugian finansial perusahaan. 

Direktur ICT Institute Heru Sutadi berpendapat pasar luar negeri akan berat untuk GoTo. Perusahaan perlu melakukan penguatan tim, mengingat kegagalan yang terjadi pada GoViet. “GoTo tidak bisa mengklaim mereka yang terbesar di kawasan kalau mereka hanya jago kandang saja,” katanya.

Konsolidasi bisnis menjadi cara untuk menyiasati  bisnis Gojek dan Tokopedia yang mulai mencapai titik jenuh. Ekosistem keduanya yang besar akan saling mendukung layanan masing-masing.

Merger dan akuisisi akan meningkatkan cakupan pelanggan yang lebih luas dengan nilai valuasi lebih tinggi. Soal IPO, menurut Heru, langkah ini merupakan keniscayaan dan hanya soal waktu.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan, Agatha Olivia Victoria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement