• Blok Rokan ditargetkan mendongkrak produksi minyak nasional hingga 1 juta barel per hari pada 2030. 
  • Untuk merealisasikan target produksinya, Pertamina telah menyiapkan anggaran US$ 2 miliar. 
  • Pertamina masih mencari calon mitra potensial untuk menggarap Blok Rokan. 

Perjalanan panjang pengelolaan lapangan minyak bumi itu berakhir tepat pukul 23.59 WIB kemarin, Minggu (8/8). PT Chevron Pacific Indonesia tak lagi mengelola Blok Rokan di Provinsi Riau. PT Pertamina (Persero) mengambil alih operasional blok migas tersebut. 

Managing Director Chevron IndoAsia Business Unit & Presiden Direktur Chevron Pacific Indonesia Albert Simanjuntak menyerahkan Blok Rokan secara simbolis kepada Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno. Lalu, Julius menyerahkannya ke Direktur Utama Pertamina Hulu Rokan Jaffee Arizon Suardin. 

Albert mengucapkan terima kasih pada saat melakukan konferensi pers virtual. “Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk melaksanakan kegiatan, bagi operasional maupun mendukung masyarakat, selama hampir satu abad,” katanya. 

Kepada para pekerja yang kini beralih menjadi karyawan Pertamina Huku Rokan, ia berpesan agar menjaga keahlian, kreativitas, kemitraan, kolaborasi, kinerja, dan integritas. "Selalu jadikan keselamatan dan kesehatan sebagai prioritas utama,” ucap Albert. 

Chevron telah mengelola Blok Rokan selama 97 tahun. Meskipun lapangan tua, kinerjanya selama ini moncer. Blok migas tersebut menjadi salah satu penghasil minyak terbesar di Indonesia. Berkali-kali produksinya berkontribusi tinggi ke target lifting nasional. 

Operasional perusahaan asal Amerika Serikat itu berawal dari kedatangan empat ahli geologi dari Standard Oil Company of California (Socal) pada 1924. Pada 1930an, Socal bekera sama dengan Texaco yang akhirnya membentuk Caltex di Blok Rokan.

Perusahaan tersebut menjadi cikal bakal Chevron Pacific Indonesia. Kegiatan pencarian migas di era kolonial Belanda itu baru menuai hasil pada 1941 di Lapangan Duri. Tiga tahun kemudian Lapangan Minas mulai memproduksi minyak. 

Kedua lapangan itu merupakan yang terbesar di Blok Rokan. Namun, sebenarnya blok migas ini memiliki 115 lapangan dengan luas wilayah mencapai 6.453 kilometer persegi. Produksi tertingginya terjadi pada 1973 dengan angka hampir 1 juta barel per hari.

Rata-rata produksinya selama 70 tahun terakhir berkontribusi sekitar 46% dari produk minyak bumi nasional. Kini, Pertamina Hulu Rokan akan mengelola tambang minyak tertua di Bumi Lancang Kuning tersebut selama 20 tahun.

Alih kelola itu sesuai dengan amanat pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2018. Targetnya, setelah Pertamina mengambil Alih, Blok Rokan akan mendongkrak produksi minyak nasional hingga 1 juta barel per hari pada 2030. 

Blok Rokan Kembali ke Pangkuan Indonesia
Blok Rokan Kembali ke Pangkuan Indonesia (Katadata)

Pertamina Cari Mitra Garap Blok Rokan

Menteri ESDM Arifin Tasrif menyebut alih kelola Blok Rokan merupakan tonggak sejarah industri hulu migas di Indonesia. Chevron berhasil mengelolanya dengan baik. Harapannya, Pertamina pun meneruskan hal serupa.

Pertamina didorong untuk melakukan investasi pengeboran dengan masif. "Berdasarkan kesepakatan bersama, alih kelola ini akan tetap membawa produksi Blok Rokan terus meningkat," ujarnya.

Sebagai informasi, per Juli 2021, rata-rata produksi blok migas tersebut sekitar 160,5 ribu barel per hari. Angka ini setara dengan 24% produksi nasional. Selain minyak, Blok Rokan juga menghasilkan gas bumi sebanyak 41 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).

Untuk merealisasikan target produksinya, Pertamina telah menyiapkan anggaran. “Sampai 2025, lebih dari US$ 2 miliar (lebih dari Rp 28 triliun),” kata Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati. 

Tahun ini, Pertamina Hulu Rokan akan mengebor 161 sumur, termasuk komitmen Chevron sebelumnya. Target produksi minyaknya tahun ini sekitar 165 ribu barel per hari. Jumlah ini sekitar 24% dari produksi nasional. Di 2022, jumlah pengeborannya akan naik menjadi 500 sumur. 

Ada 10 lapangan yang bakal perusahaan garap, yaitu Minas, Duri, Bangko, Bekasap, Balam South, Kotabatak, Petani, Pematang, Petapahan, dan Pager. Blok Rokan membentang di lima kabupaten, yakni Bengkalis, Siak, Kampar, Rokan Hulu dan Rokan Hilir. 

Guna mengelola blok tersebut, Pertamina masih mencari calon mitra potensial. Corporate Secretary Subholding Upstream Pertamina Whisnu Bahriansyah sebelumnya mengatakan, perusahaan mencari mitra yang memiliki kemampuan modal dan teknologi yang mendukung pengembangan Blok Rokan. 

Julius, selaku Deputi Operasi SKK Migas, menyebut diskusi antara Pertamina dengan calon mitra sudah berlangsung. "Tinggal deal-nya. Kami tidak boleh terlibat," ujarnya kepada Katadata.co.id.

Gubernur Riau Syamsuar sebelumnya juga meminta agar participating interest sebesar 10% untuk badan usaha milik daerah (BUMND) segera diserahkan. Jatah saham untuk daerah tersebut sudah tertuang dalam keputusan Menteri ESDM. 

Yang tak kalah penting, Pemerintah Provinsi Riau juga berharap agar penurunan produksi yang terjadi di Blok Mahakam tak terulang di Blok Rokan. “Kami mengucapkan selamat datang Pertamina Hulu Rokan  untuk mengelola Blok Rokan. Mudah-mudahan tidak sama dengan Blok Mahakam di Kalimantan,” ujar Syamsuar. 

Sebagai informasi, Blok Mahakam di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, juga mengalami alih kelola. Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation telah mengelola blok gas bumi itu sejak 1967. Per 1 Januari 2018, Pertamina Hulu Mahakam mengambil alihnya.

Selama beroperasi, kegiatan eksplorasi Blok Mahakam menghasilkan penemuan cadangan migas dalam jumlah yang besar di Bekapai pada 1972. Sejak itu, secara berturut-turut hingga 1996, ditemukan cadangan migas di lapangan lain, seperti Handil, Tambora, Tunu, Peciko, Sisi, Nubi, dan South Mahakam. 

Penemuan-penemuan tersebut menjadikan Blok Mahakam sebagai salah satu blok migas terbesar di Indonesia. Proyek Lapangan South Mahakam merupakan yang paling muda, baru mulai berproduksi pada 2013. 

Produksi gas Blok Mahakam pernah mencapai puncaknya pada 2009, yakni sebesar 2,8 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) dan produksi minyak sebesar 230 ribu barel per hari (BOPD) pada 1977. 

Penurunan produksi mulai terjadi pada 2015, seperti terlihat pada grafik Databoks di bawah ini. Pada 2018, produksi gas Blok Mahakam tercatat mencapai 1.207 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Lalu, produksi minyaknya sebesar 36.168 barel per hari. 

Tahun ini, perkiraan SKK Migas, produksinya hanya 434 juta standar kaki kubik per hari. Untuk produksi minyak hanya 22 ribu barel per hari. Penurunan bakal terus terjadi hingga 2030 karena Blok Mahakam merupakan lapangan tua.

Sumur Minyak
Sumur Minyak. (Chevron)

Blok Rokan Bernasib Seperti Blok Mahakam?

Gara-gara penurunan produksi Blok Mahakam, kemampuan Pertamina mengelola Blok Rokan pun menjadi tanda tanya. Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan, proses transisi yang lebih lama harusnya bernasib berbeda. 

Apalagi, sebagian besar pekerja Chevron masih tetap berada di Blok Rokan. “Harusnya para pekerja bisa mengoptimalkan potensi terbaiknya sehingga Blok Rokan bisa terus meningkat produksinya,” kata Mamit.

Albert sebelumnya mengatakan perusahaan telah mempersiapkan terminasi dan alih kelola sejak 2019. Chevron memastikan kesiapan lebih dari 2.700 pegawainya menjelang bergabung ke Pertamina.

Praktisi migas sekaligus Founder & CEO Digital Energy Asia Salis Aprilian menyebut kesempatan menaikkan produksi masih ada karena banyak lapangan belum dikembangkan maksimal. “Ini untuk menambah produksi, selain menahan laju penurunannya,” ucapnya kepada Katadata.co.id.

Penurunan produksi di lapangan besar, seperti Minas dan Duri, secara alamiah pasti terjadi. Karena itu, Pertamina dapat melakukan reaktivasi lapangan yang terabaikan. 

Mamit pun mengatakan hal serupa. Pertamina dapat melakukan pengeboran lebih banyak karena sejak 2018 Chevron tidak masif melakukannya.

Selain itu, penerapan teknologi pengurasan minyak bumi atau enhanced oil recovery (EOR) juga harus dilakukan. Kendala Pertamina yang belum mendapatkan formula teknologi tersebut karena Chevron enggan memberikannya, seharusnya tidak menjadi persoalan. “Ini ranah business to business antara pihak internal Pertamina dengan Chevron,” ujar Mamit.

Penyumbang bahan: Alfida Febrianna (Magang)

Reporter: Antara
Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami