Bongkar pasang direksi dan komisaris di Badan Usaha Milik Negara atau BUMN sebenarnya hal biasa. Tapi menjadi tak biasa ketika Menteri BUMN Erick Thohir melakukannya di saat belum genap dua bulan menjabat.

Erick langsung bersih-bersih BUMN. Utak-atik posisi penting yang ia lakukan ibarat makanan pembuka dalam sebuah jamuan makan yang panjang. Tentu ada yang suka dengan racikannya, ada juga yang tidak.

Advertisement

Terlepas dari itu, banyak yang menanti hidangan utamanya. Apakah ia mampu membenahi BUMN dan mencapai target sesuai rencana strategis Presiden Joko Widodo atau Jokowi?

Awalnya, ia merombak pejabat eselon I di Kementerian BUMN. Erick memangkas dari tujuh posisi menjadi hanya tiga deputi. Para pejabat itu digeser menduduki posisi pimpinan di BUMN.

Erick sedang meninjau jabatan pegawai di bawahnya. Untuk mengelola aset sebesar Rp 8.200 triliun dari 142 BUMN, menurut dia, perlu tim kerja yang kompak, cerdas, dan berakhlak baik.

(Baca: Erick Thohir Geser Eselon I Jadi Bos Hutama Karya hingga Pelindo II)

“Orang-orang dengan akhlak yang baik berarti memiliki integritas tinggi dan komitmen yang kuat. Mereka yang sudah berkeringat dan masih mau berkeringat,” katanya pada November lalu.

Lalu, ia menunjuk Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagai Komisaris Utama PT Pertamina (Persero). Figur yang kontroversial karena status Ahok sebagai mantan narapidana kasus penistaan agama.

Tapi Erick berkukuh dengan pendiriannya. Posisi di komisaris utama, menurut dia, sudah tepat. Ahok yang pernah menjadi Gubernur DKI Jakarta memiliki kemampuan dalam hal pengawasan.

Bank pelat merah juga kena perombakan. Pahala Mansury ditunjuk menjadi Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk dari posisi Direktur Keuangan Pertamina. Mantan anggota Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK, Chandra Hamzah, menjadi Komisaris Utama BTN.

Erick menilai latar belakang hukum Chandra sangat pas untuk mengawasi bank itu. “BTN ujung tombak pembiayaan perumahan nasional. Kalau tidak sehat, tidak bagus,” kata pria kelahiran Jakarta, 30 Mei 1970 itu.

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk pun memiliki direktur utama baru. Erick memilih Royke Tumilaar untuk menggantikan posisi Kartika Wirjoatmodjo yang diangkat menjadi Wakil Menteri BUMN. Kemudian Muhammad Chatib Basri terpilih sebagai Wakil Komisaris Utama Bank Mandiri.

(Baca: Alasan Jokowi Lakukan Perombakan Besar Manajemen BUMN)

Dalam waktu dekat giliran PT PLN (Persero) yang akan mendapatkan direktur utama baru. Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara rencananya menempati posisi itu. Nama lainnya yang disebut bakal jadi wakil direktur utama perusahaan setrum itu adalah Darmawan Prasodjo.

Yang menghebohkan tentu saja ketika kasus penyelundupan motor Harley-Davidson dan sepeda Brompton di pesawat baru PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk terbongkar. Erick memberhentikan direktur utama maskapai itu I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra atau Ari Askhara.

Ari diduga pemilik motor besar itu. Erick juga memecat empat direksi lainnya. Hanya Direktur Keuangan Fuad Rizal saja yang selamat dan ditunjuk menjadi pelaksana tugas direktur utama.

Dalam drama bertajuk #PrestasiTanpaKorupsi di SMKN 57, Jakarta, pada Senin lalu, Erick yang berperan sebagai tukang bakso sempat menyinggung kasus Garuda. "Entar kalau lu udah gede, terus jadi dirut malah titip-titip barang. Tukang bakso aja ngerti yang beginian," ucapnya.

Komentar ini muncul ketika dua anak SMA yang diperankan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama dan komedian Bedu berbicara soal kampus apa yang akan mereka pilih setelah lulus sekolah. Bedu berencana masuk ke kampus favorit melalui koneksi bapaknya yang seorang pejabat.

(Baca: Kronologi Harley di Lambung Garuda yang Rugikan Negara hingga Rp 1,5 M)

Banyak BUMN Punya Hotel

Tak hanya mengganti posisi penting di BUMN. Erick juga menyoroti kinerja perusahaan-perusahaan pelat merah.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement