Pandemi corona tak hanya menggerogoti kesehatan masyarakat. Brangkas pemerintah pun sampai tak cukup untuk membiayai berbagai stimulus dalam mengatasi Covid-19 itu di tengah penerimaan negara yang anjlok. Memperbesar utang pemerintah pun tak terhindari guna menutup defisit anggaran negara.

Dalam empat bulan pertama tahun ini, total utang pemerintah bertambah Rp 393,2 triliun menjadi Rp 5.172, 48 triliun. Posisi utang tersebut masih berpotensi membengkak. Apalagi, Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan defisit pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun ini bisa melebar hingga 6,27 % terhadap produk domestik bruto.

Advertisement

“APBN bisa defisit Rp 1.028,5 triliun atau 6,27 % dalam rangka memerangi dan mendorong ekonomi agar bertahan di tengah tekanan virus corona dan diharapkan bisa pulih lagi,” kata Sri Mulyani dalam konferensi video, Senin pertengahan Mei kemarin.

Pernyataan ini merupakan pembaruan dari pelebaran target defisit APBN 2020 pada April lalu yang sudah dinaikkan menjadi 5,07 % terhadap PDB. Kenaikan utang menjadi Rp 852,9 triliun itu mengikuti Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2020.

Pepres diteken Presiden Joko Widodo pada awal April setelah menerbitkan Perppu Nomor 1 Tahun 2020. Isinya memberikan keleluasaan pada pemerintah untuk mencapai defisit anggaran di atas 3 % terhadap PDB.

(Baca: Sri Mulyani: Defisit APBN 2020 Berpotensi Tembus Rp 1.000 Triliun)

Namun kurang dari dua bulan, proyeksi pemerintah kembali berubah. Kebutuhan anggaran untuk stimulus ekonomi meningkat dari semula Rp 405 triliun menjadi Rp 641 triliun. Pendapatan negara pun diperkirakan lebih rendah dari angka dalam perpres perubahan APBN. “Akibat dari begitu banyak insentif pajak dan pelemahan ekonomi di semua sektor,” ujarnya.

Dalam outlook terbaru, pendapatan negara diprediksi hanya Rp 1.691,6 triliun, turun dari target sebelumnya Rp 1.760,9 triliun. Sementara belanja negara melonjak Rp 106,3 triliun dari angka dalam Pepres Nomor 54 tahun 2020 menjadi Rp 2.720,1 triliun.

Akibatnya, proyeksi defisit anggaran pun membengkak dan berdampak pada kebutuhan pembiayaan yang lebih besar. Dalam bahan rapat Kementerian Keuangan dengan Komisi XI DPR pekan lalu yang diperoleh Katadata.co.id, kebutuhan pembiayaan neto tahun ini bakal mencapai Rp 1.206,9 triliun untuk menutup defisit APBN dan pembiayaan investasi.

Dengan outlook pembiayaan tersebut, total utang pemerintah pada 2020 berpotensi mendekati atau bahkan menembus Rp 6.000 triliun dari posisi akhir tahun lalu Rp 4.778 triliun.

(Baca: Defisit Anggaran Melebar, Target Pembiayaan Utang Naik Jadi Rp 1.206 T)

Dalam bahan paparan yang sama, pemerintah memperkirakan rasio utang terhadap PDB  tahun ini melejit dari 30 % terhadap Produk Domestik Bruto pada akhir tahun lalu menjadi 37,6 %. Bahkan, angka rasionya akan  terus naik hingga 38,3 % pada 2023. Ini lebih tinggi dari proyeksi yang sebelumnya dikeluarkan Bank Dunia, seperti terlihat dalam Databoks di bawah ini.

Lebih perinci, pemerintah memproyeksikan rasio utang pemerintah sebesar 37,5 - 38,5 % pada 2021, 37,5 - 38,4 % pada 2022, dan 37,3 - 38,3 % pada 2023.

Di sisi pengeluaran, beban berat juga terlihat dari kewajiban membayar utang tahun ini. Total utang jatuh tempo sebesar Rp 426,6 triliun. Akibatnya, total pembiayaan bruto mencapai Rp 1.633 triliun.

Dari mana uang untuk membayarnya? Seluruhnya akan bersumber dari utang, terdiri dari penerbitan surat berharga negara Rp 1.485,6 triliun dan penarikan pinjaman Rp 148 triliun. Seperti lagu yang dipopulerkan oleh penyanyi dangdut Rhoma Irama tentang utang, pemerintah bakal “Gali Lubang Tutup Lubang”.

Hingga Mei 2020, penerbitan SBN telah mencapai Rp 420,8 triliun, sedangkan pembelian SBN oleh perbankan di pasar perdana sebesar Rp 110,2 triliun seiring kebijakan penurunan giro wajib minimum (GWM). Di sisi lain, surat perbendaharaan negara yang jatuh tempo mencapai Rp 35,6 triliun.

(Baca: Tangani Corona, Utang Pemerintah Melonjak 14% jadi Rp 5.172 Triliun)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement