Konsumsi Pertalite Meningkat di Tengah Isu Kenaikan Harga BBM

Muhamad Fajar Riyandanu
26 Agustus 2022, 20:16
Sejumlah pengendara motor antre mengisi BBM jenis Pertalite di salah satu SPBU, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (9/8/2022).
ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/foc.
Sejumlah pengendara motor antre mengisi BBM jenis Pertalite di salah satu SPBU, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (9/8/2022).

Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) Pertalite dan Solar mengalami peningkatan di sejumlah daerah di tengah isu kenaikan harga BBM bersubsidi. Antrean panjang kendaraan juga kerap terlihat di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum atau SPBU, khususnya di jalur Pertalite.

Sejumlah masyarakat mengaku kerap melihat antrean panjang di SPBU dalam tiga pekan terakhir. Kondisi antrean yang panjang itu membuat sejumlah konsumen beralih ke jalur Pertamax untuk memotong waktu antrean yang bisa mencapai 15 menit.

Hal tersebut dilakukan oleh Shanti. Wanita berusia 24 tahun tersebut awalnya mengantre di jalur Pertalite di sebuah pom bensin di Jalan Bintaro Raya, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan pada Jumat (26/8) sore. Saat itu, antrean mengular ke luar area pom bensin.

Enggan mengantre lama-lama, Shanti bermanuver ke jalur Pertamax dan langsung menempati antrean ke tiga dari nozzle. Selang lima menit, Shanti melunaskan pembelian Pertamax senilai Rp 20.000.

"Saya memang sering pakai Pertalite, tapi kalau antreannya panjang saya geser ke Pertamax. Nunggunya mager," kata Shanti.

Saat itu, Shanti datang dengan mengendarai Yamaha Mio Absolute rakitan 2012 dari arah Pondok Indah menuju arah rumahnya di daerah Tanah Kusir. Shanti mengatakan bahwa dirinya mengikuti isu adanya kenaikan harga BBM. Walau lebih sering menggunakan Pertalite, Shanti mengaku tak keberatan jika nantinya pemerintah melakukan penyesuaian harga.

"Sebagai pengguna saya tidak terdampak, karena saya cuma buat pulang-pergi ke kantor saja. Memang terasa kalau isi Pertamax, biasanya kalau isi Pertalite Rp 20.000 bisa penuh, kalau Pertamax paling setengah tangki. Tapi kalau saya lagi kondisi buru-buru saya beli Pertamax," katanya.

Sikap bersebrangan ditunjukan oleh Rizkiawan. Dengan tunggangan Yamaha Vega ZR 110 CC, dia rela mengantre hingga 20 menit untuk mendapatkan jatah BBM bersubsidi Pertalite di sebuah pom bensin di Jalan Radio Dalam, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

"Cukup menyusahkan kalau harga Pertalite naik sampai Rp 10.000. Ini kan baru pulih setelah pandemi. Lumayan terasa nambah pengeluaran per bulannya," kata Rizkiawan saat ditemui di lokasi pada Jumat (26/8) petang.

Dia mengatakan, motor rakitan 2010 miliknya bisa menampung hingga empat liter bensin. Hari ini, ia baru saja membeli Pertalite sebanyak Rp 20.000 yang diperkirakan tahan hingga empat hari ke depan. Rizkiawan mengatakan, dirinya akan tetap membeli Pertalite dan mengantre lama jika pemerintah menaikan harganya ke angka Rp 10.000 per liter.

"Tetap pertalite sih, jarak Rp 2.500 per liter lumayan juga ya," sambungnya.

 Pria kelahiran Jakarta, 24 tahun lalu itu berharap pemerintah bisa menunkan harga sembako atau bahan pangan jika pemerintah tetap menaikan harga Pertalite. Dia juga mengusulkan harga Pertamax agar diturunkan menjadi Rp 11.000 per liter apabila terjadi kenaikan pada Pertalite.

"Saya kira harga Pertalite belum layak naik. Mungkin kalau UMR naik, wajar kali ya dinaikin," ujar Rizkiawan.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...