Sentimen The Fed Mereda, Rupiah Dibuka Menguat ke 14.521/US$

Nilai tukar rupiah dibuka menguat 46 poin ke level Rp 14.521 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Sentimen kenaikan bunga The Fed tampaknya mulai mereda sehingga menopang penguata aset berisiko termasuk rupiah pada pembukaan perdagangan pekan ini.
Mengutip Bloomberg, rupiah melemah tipis ke 14.522 pada pukuk 09.20 WIB. Meski begitu, posisi ini masih lebih tinggi dibandingkan penutupan pekan lalu di Rp 14.567 per dolar AS.
Selain Rupiah, mayoritas mata uang Asia lainnya menguat terhadap dolar AS pagi ini. Yen Jepang menguat 0,11% , dolar Hong Kong dan rupee India 0,01% , dolar Singapura 0,15% , dolar Taiwan 0,30% , won Korea Selatan 0,67% , peso Filipina 0,19% , yuan Cina 0,46% , ringgit Malaysia 0,26% dan baht Thailand 0,22%.
Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan kembali menguat pada perdagangan hari ini ke kisaran Rp 14.530, dengan potensi pelemahan di kisaran Rp 14.600 per dolar AS. Penguatan rupiah seiring membaiknya sentimen pasar terhadap aset berisiko pagi ini.
"Pasar mungkin mengabaikan isu kenaikan suku bunga the Fed untuk sementara dan beralih mengambil peluang di aset berisiko dengan masuk di level rendah," kata Ariston, Senin (30/5).
Indeks saham Asia terlihat bergerak menguat pagi ini. Nikkei 225 Jepang menguat 1,99% pada pagi ini bersama Shanghai SE Composite 0,2% , Hang Seng Hong Kong 1,15% , Kospi Korea Selatan 0,98% dan Nifty 50 India 1,13%.
Selain itu, dolar AS juga terlihat masih dalam tekanan terhadap major currency. Indeks dollar AS masih tertekan di kisaran 101 setelah sempat menguat dan lampaui 104 pada pertengahan bulan ini.
Sentimen lainnya yang juga berefek positif ke aset berisiko diantaranya laporan penghasilan perusahaan yang lebih bagus dari ekspektasi. Hal itu didukung situasi covid-19 yang mulai membaik, ditandai banyak negara sudah membuka diri dan melonggarkan aktivitas ekonominya.
"Meredanya covid di China juga membantu sentimen positif," kata Ariston.
Sementara dari dalam negeri sendiri, aktivitas ekonomi terlihat mulai kembali normal. Bank Indonesia juga mulai memberikan indikasi pengetatan moneter untuk merespon kebijakan serupa yang dilakukan the Fed. Perbaikan ekonomi domestik ini memberikan sentimen positif ke rupiah.
Senada dengab Ariston, analis Bank Mandiri Rully A Wisnubroto juga memperkirakan sentimen ke rupiah cenderung positif dan diperkirakan bergerak di rentang Rp 14.522 hingga Rp 14.608 per dolar AS.
"Rupiah masih diwarnai sentimen global, yaitu penurunan yield US Treasury dan pelemahan US dolar," ujarnya kepada Katadata.co.id.
Dari dalam negeri, pasar kini menunggu rilis data inflasi pada hari Kamis (2/5). Perkiraan BI menunjukkan inflasi bulan Mei diperkirakan mencapai 3,5% secara tahunan, sedikit di atas realisasi bulan lalu 3,47%
Kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) pekan lalu tersebut masih membebani pergerakan pasar finansial global, termasuk mata uang kripto. Berdasarkan Coinbase.com, mata uang kripto pada perdagangan awal pekan ini Senin (9/5/2022) turun 1,95% dalam 24 jam terakhir.