Rupiah Diprediksi Menguat Didorong Sinyal Pelonggaran Lockdown di Cina

Abdul Azis Said
30 November 2022, 09:44
Petugas bank menunjukkan uang pecahan rupiah di BNI KC Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (22/11/2022).
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
Petugas bank menunjukkan uang pecahan rupiah di BNI KC Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (22/11/2022).

Nilai tukar rupiah dibuka menguat delapan poin ke level Rp 15.735 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Penguatan kemungkinan berlanjut pada perdagangan hari ini seiring meningkatnya ekspektasi bahwa pemerintah Cina akan melonggarkan kebijakan lockdown Covid-19.

Mengutip Bloomberg, rupiah berbalik melemah dari posisi pembukaan ke arah Rp 15.742 pada pukul 09.25 WIB. Posisi ini semakin mendekati level penutupan kemarin di Rp 15.743 per dolar AS.

Advertisement

Mata uang Asia lainnya bergerak variatif. Penguatan dialami yen Jepang 0,01%, won Korea Selatan 0,25%, peso Filipina 0,13%, yuan Cina 0,12%, ringgit Malaysia 0,44% dan baht Thailand 0,32%. Sebaliknya, pelemahan dialami dolar hong Kong 0,01%, dolar Singapura 0,03%, dolar Taiwan 0,06%, dan rupee India 0,07%. 

Analis DCFX Lukman Leong memperkirakan rupiah akan menguat hari ini setelah adanya sinyal pemerintah Cina akan melonggarkan kebijakan lockdown Covid-19. Kurs rupiah diperkirakan bergerak di rentang Rp 15.650-Rp 15.800 per dolar AS.

Mengutip Reuters, pejabat kesehatan Cina mengatakan akan mempercepat vaksinasi untuk kelompok lansia di atas 80 tahun. Pemerintah juga akan mengurangi ketentuan terkait jarak vaksinasi pertama dan vaksin booster pada orang tua hingga tiga bulan. Proses vaksinasi juga akan dipermudah melalui akses khusus bagi orang tua dan adanya fasilitas vaksinasi secraa mobile.

Pasar melihat langkah pemerintah Cina mempercepat vaksinasi tersebut sebagai elemen penting dalam strategi melonggarkan kebijakan lockdown zero Covid-19. Kebijakan penguncian wilayah tersebut telah memukul ekonomi Cina dan menyisakan prospek perlambatan pertumbuhan tahun ini.

"Namun penguatan mungkin akan terbatas mengingat sentimen internal yang masih negatif seputar kekhawatiran perlambatan ekonomi dengan investor yang masih terus melepas SBN," kata Lukman dalam risetnya, Rabu (30/11).

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement