Masa Pandemi, Ekspor Sektor Pertanian Meningkat

Image title
Oleh Tim Publikasi Katadata - Tim Publikasi Katadata
3 Juni 2020, 16:03
KETAHANAN PANGAN ERA NORMAL BARU
ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/wsj.

Di tengah melemahnya ekonomi nasional akibat wabah pandemi virus corona, kinerja sektor pertanian justru terlihat cemerlang sehingga menjadi satu-satunya sektor yang menyelamatkan ekonomi nasional. Hal ini berdasarkan data BPS, bahwa ekspor pertanian tetap memperlihatkan kinerja yang baik yakni ekspor pertanian April 2020 sebesar US$ 0,28 miliar atau tumbuh 12,66 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019 (YoY).

 

Berdasarkan sektornya, hanya sektor pertanian saja yang mengalami kenaikan ekspor secara Year of Year (YoY). Selanjutnya BPS pun merilis data inflasi Mei 2020 berada pada pada posisi rendah angka 0,07% karena berbagai faktor, salah satunya atas dukungan ketersediaan pangan pada Hari Raya Idul Fitri.

 

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto dalam keterangan persnya menjelaskan bahwa pada periode Januari-April 2020, ekspor nonmigas Indonesia didominasi oleh ekspor lemak dan minyak hewan atau nabati sebesar US$6,25 miliar atau 12,24 persen.

 

"Ini merupakan sinyal positif dan menjadi angin segar dimana pertanian dan olahannya memperlihatkan pertumbuhan yang positif," ujar Suhariyanto, Selasa (2/6) di Jakarta.

 

Suhariyanto menegaskan sektor pertanian memiliki peran yang cukup besar terhadap kinerja ekspor nasional. Selain itu, upah nominal buruh tani juga mengalami kenaikan. Tercatat secara Month on Month (MoM) upah nominal pada April 2020 naik sebesar 0,12 persen dari bulan sebelumnya 55,254 menjadi 55,318.

 

"Namun untuk upah rill cenderung stabil di kisaran 52,214 dan tidak terjadi perubahan yang signifikan," jelasnya.

 

Inflasi Mei 2020 Rendah

 

Lebih lanjut Suhariyanto membeberkan inflasi pada Mei 2020 berada pada posisi rendah yakni angka 0,07% karena berbagai faktor. Beberapa diantaranya yaitu kesiapan pemerintah dalam mengantisipasi permintaan pangan untuk Hari Raya Idul Fitri.

 

“Salah satu faktornya pemerintah sudah bersiap siap jauh jauh hari sehingga pasokan pangan pada Mei ini relatif terjaga,” bebernya.

 

Inflasi rendah, menurut Kecuk juga terjadi karena dampak dari pandemi virus corona (Covid 19) yang menyebabkan adanya penurunan permintaan. 

 

Selain itu, dikatakan Suhariyanto, adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) juga turut mempengaruhi aktivitas ekonomi termasuk permintaan akan barang. PSBB mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat. Sehingga aktivitas belanja masyarakat ikut menurun. 

 

“Ini yang menyebabkan banyak terjadi penurunan permintaan pada bulan Mei di satu sisi dari sisi supply banyak terjadi perlambatan produksi karena PSBB bahan baku dan melemahnya permintaan,” ucapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...