SOROT: Deretan Pemain Besar dan Para Tokoh di Pusaran Bisnis Tes PCR
Bisnis tes Polymerase Chain Reaction atau PCR menjamur di tengah pandemi Covid-19. Perusahaan penyedia tes PCR ini menangguk keuntungan yang tak sedikit.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Katadata.co.id, perusahaan besar tes PCR menjalankan skema bisnis kerja sama dengan pemerintah atau memberikan layanan umum secara mandiri.
Dalam catatan Katadata.co.id, ada dua perusahaan besar yang menjalankan bisnis melalui skema kerja sama dengan pemerintah, yakni PT Daya Dinamika Sarana Medika (DDSM) dan PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI).
Adapun perusahaan-perusahaan besar tes PCR yang menyasar kalangan umum di antaranya Bumame Farmasi yang dikelola PT Budimanmaju Megah Farmasi, SwabAja, dan Quicktest.
Direktur Business Development DDSM Wahyu Prabowo mengakui sebagian besar klien mereka merupakan pemerintah. DDSM semula dimiliki oleh Yayasan Dompet Dhuafa, tetapi mereka kemudian membuat entitas bisnis sendiri.
Sejak awal pandemi Covid-19 pada Maret 2020, DDSM diminta pemerintah untuk membantu dalam test sampel Covid-19. Awalnya DSDM hanya memiliki satu laboratorium, yang terus berkembang hingga kini memiliki tujuh laboratorium.
Wahyu menggambarkan pada saat kasus naik menjelang akhir 2020, DDSM menerima sampel sekitar 65 ribu per hari dari pemerintah. Mereka menerima sampel dari berbagai puskesmas.
Jumlah tes sampel yang dikirim menyusut seiring dengan penurunan kasus Covid-19. Kini, DDSM menerima permintaan uji sampel sekitar 4.500 per hari. "Bagi kami mengambil untung Rp 45 ribu juga sudah alhamdulilah. Kuota kami besar, jadi tetap untung," ujar Wahyu.
Wahyu mengatakan selain DSDM, perusahaan tes PCR yang kerap bekerja sama dengan pemerintah adalah PT GSI. GSI tengah ramai diperbincangkan karena kedekatannya dengan dua pejabat pemerintah yakni Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan dan Menteri BUMN Erick Thohir.
Baik Luhut maupun Erick sudah membantah keras jika mereka mengambil keuntungan melalui bisnis tes PCR. PT GSI yang diinisiasi oleh perusahaan yang terkait dengan mereka yakni PT Adaro Energy dan PT Toba Bumi Energi.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga memaparkan dari jumlah total tes PCR yang mencapai 28,4 juta, PT GSI hanya melakukan tes sebanyak 700 ribu. "Jadi kalau dikatakan bermain, kan lucu ya, 2,5% gitu. Kalau mencapai 30%, 50% itu oke lah bisa dikatakan bahwa GSI ini ada bermain-main," ujarnya.
Arya mengatakan, Yayasan Adaro yang dikaitkan dengan Erick Thohir hanya memegang saham 6% di GSI. Menurutnya, sangat minim perannya di tes PCR. Arya juga bilang, sejak jadi menteri, Erick Thohir tidak lagi aktif di urusan bisnis dan yayasan itu.
Pasar Besar Tes PCR Menyasar Masyarakat Umum
Selain DSDM dan GSI, perusahaan-perusahaan tes PCR lain menyasar konsumen dari kalangan masyarakat umum. Salah satunya SwabAja yang didirikan oleh Erwin Aksa, pengusaha yang juga menjabat Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin).
Saat ini Swab Aja memiliki 33 outlet yang tersebar mulai dari Jakarta, Makassar, Batam, Bali, Yogyakarta, Surabaya, hingga Semarang.
Erwin Aksa mengatakan berdirinya Swab Aja dilatarbelakangi kebutuhan tes internal Grup Bosowa yang dimiliki ayahnya, Aksa Mahmud. “Kami memiliki ribuan karyawan yang tersebar di berbagai daerah. Kami membutuhkan screening tes PCR karyawan itu tiap minggu,” kata Erwin kepada Katadata.co.id.
Kemudian, Erwin melihat ada peluang bisnis dari tes PCR karena ketika itu jumlah pemeriksaan dan fasilitasnya masih minim. Kebutuhan masyarakat pun sangat tinggi. “Jadi deteksi bisa dilakukan di seluruh daerah,” katanya.
Erwin juga yakin kebutuhan PCR tak akan berkurang meski pandemi tengah surut. Ini lantaran tes serupa diperlukan untuk banyak deteksi penyakit, seperti Tuberkulosis hingga kanker. “Bahkan bisa digunakan industri makanan dan minuman untuk tes makanan halal karena bisa memeriksa DNA babi. Jadi bisa multipurpose,” katanya.
Daftar Perusahaan Tes PCR
Nama Perusahaan | Jumlah Cabang | Relasi Kepemilikan | Cakupan layanan |
Swab Aja/PT Satu Laboratika Utama | 33 | Erwin Aksa | Jakarta, Makassar,Batam, Bali, Yogyakarta,Surabaya, hingga Semarang |
Bumame Farmasi/PT Budimanmaju Megah Farmasi | 41 | Jack Budiman | Jabodetabek, Bandung, Surabaya,Malang, Palembang, Yogyakarta, Bali |
Daya Dinamika Sarana Medika (DDSM)KPH Lab | 7 kota | Pernah dimiliki Dompet Dhuafa kemudian berpisah | Jabodetabek, BaliMedan |
Quicktest/PT Quicktest Laboratorium Indonesia | 28 | Irawati MuklasAvisha Group | Jabodetabek |
Smartcolab | 21 | Sari PramonoInkoppol Divisi Kesehatan | Jabodetabek Bali |
GSI PT Genomic Solidaritas Indonesia | 5 | Luhut Pandjaitan, Garibaldi Thohir, Arsjad Rasjid | Jabodetabek |
Kalgen InnolabPT Innolab Sains Internasional | 7 | Denni MappaTiti Rusdi | Jabodetabek |
IntibiosLab Klinik | 35 | Enggartiasto Lukito | Jabodetabek Bali, Karawang, Semarang, Cirebon Bandung, Yogyakarta, Lampung, Bogor, Surabaya |
Perusahaan yang berbisnis tes PCR lainnya adalalah Bumame Farmasi. Perusahaan tes PCR ini memiliki 41 cabang yang tersebar dari Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Malang, Palembang, Yogyakarta dan Bali. Mayoritas saham PT Budimanmaju Farmasi dimiliki oleh PT Bumame Jakarta Indonesia. Adapun pemilik mayoritas Bumame Jakarta adalah pengusaha Jack Budiman.
Ada juga Smartcolab yang memiliki 20 laboratorium termasuk salah satunya yang berada di Induk Koperasi Kepolisian Negara Republik Indonesia ( INKOPPOL ) Manggarai. Inkoppol merupakan koperasi sekunder tingkat nasional yang dikelola oleh pihak kepolisian.
Smartcolab didirikan pengusaha Hipmi Sari Pramono yang belakangan menggandeng artis sekaligus pengusaha Ruben Onsu. Smatcolab menyediakan jasa tes PCR dari rumah atau yang disebut dengan Home Service. Harga yang dipatok mereka adalah Rp 465 ribu per test untuk satu orang.
Selain pemain besar tersebut, ada juga PT Quicktest Laboratorium Indonesia yang merupakan lab milik Avisha Group. Pemiliknya adalah Irawati Muklas. Ia membangun kerajaan bisnisnya Avisha Group pada 2002 saat masih berusia 26 tahun. Perusahaan ini bergerak di bidang sumber daya manusia dan tenaga alih daya (outsourcing).
Saat pandemi Covid-19 masuk Indonesia, bisnis Avisha ikut terpukul. Namun, Ira justru melihat peluang baru. Pada 18 Februari 2021, ia menggandeng dokter muda Haekal Anshari mendirikan lini bisnis layanan kesehatan.
Lini usaha baru itu menggunakan bendera PT Quicktest Laboratorium Indonesia yang berbasis di Tebet, Jakarta Selatan. Dalam situs perusahaan disebutkan perusahaan menyediakan layanan swab PCR, swab antigen, rapid test, dan tes isothermal.
Hanya dalam beberapa bulan, brand Quicktest berkembang pesat. Saat ini perusahaan sudah memiliki 28 cabang di kawasan di Jabodetabek. Saat awal berdiri, Quicktest mematok harga Rp 700.000 untuk swab PCR dengan hasil 24 jam dan Rp 180.000 untuk swab antigen.
Irawati mengatakan, kala itu Quicktest bisa melayani lebih dari 500 sampel per hari. “Selain masyarakat umum, segmen pasar yang dibidik Quicktest adalah klaster perkantoran,” ujarnya, Maret silam, dikutip dari Antara.
Menurut Irawati, pangsa pasar Quicktest terus berkembang. Hingga Juli 2021, Quicktest telah memiliki 20 cabang di Jabodetabek. Keberadaan laboratorium klinik yang dekat dengan perkantoran membuat mereka menarik banyak pelanggan.
Kala itu, Quicktest bisa melayani sekitar 3.000 pelanggan per hari. Bahkan pada Juni 2021, sistem komputer Quicktest sempat down karena banyaknya permintaan tes.
Irawati Muklas ikut andil dalam gelaran Pemilihan Presiden 2019 silam. Ia dan beberapa pengusaha lainnya membentuk Relawan Pengusaha Muda Nasional (Repnas) yang mendukung pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin.
Irawati duduk sebagai Direktur Kampanye Udara di komunitas relawan tersebut. Ia bertugas menyusun strategi komunikasi terutama melalui media sosial.
Kedekatan Irawati dengan kalangan Istana berlanjut. Saat peresmian laboratorium Quicktest pada Februari silam, sejumlah tokoh penting ikut hadir.
Mulai dari Ketua Tim Komunikasi Publik Satgas Covid-19 Reisa Broto Asmoro dan suaminya Tedjodiningrat Broto Asmoro, hingga Lenny Sri Mulyani, istri Ketua MPR Bambang Soesatyo.