Luhut Ungkap Dampak Larangan Ekspor Nikel Mentah
Pemerintah terus menggejot proyek hilirisasi material tambang. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan proyek ini bisa meningkatkan nilai jual ekspor hingga 10 kali lipat.
Luhut mencontohkan pengolahan nikel di dalam negeri menjadi beberapa produk besi dan baja mampu menghasilkan nilai tambah yang jauh lebih besar ketimbang hanya menjualnya dalam bentuk barang mentah seperti bijih nikel.
Dia mengatakan presiden mendorong proyek hilirisasi ini sejak enam tahun lalu. "Bijih nikel diproses sedemikian rupa sehingga menjadi iron and steel, itu saja sudah naik 10 kali nilai tambahnya. Belum pernah ekspor kita selama 26 bulan itu surplus, baru periode ini," kata Luhut dalam Economic Update CNBC pada Senin (8/8).
Pemerintah juga bakal mengolah bijih nikel menjadi precursor dan material katoda untuk selanjutnya diolah menjadi baterai ion lithium. Untuk itu, pemerintah bakal meningkatkan kualitas tenaga kerja lokal di sekitar wilayah industri Morowali, Sulawesi Tengah dengan mendirikan sejumlah politeknik dan sekolah menegah kejuruan.
"Harus dilatih untuk menggantikan tenaga-tenaga asing, itu sedang berjalan," kata Luhut.
Mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan ini mengatakan bahwa sejumlah pabrikan otomotif internasional sudah meneken kerja sama dengan pemerintah untuk proyek produksi barang elektronik dan pengembangan kendaraan listrik. Luhut mengatakan produsen mobil asal Amerika Serikat Ford sudah meneken kerja sama dengan pemerintah sejak tiga minggu lalu.
Adapun nilai investasi yang disepakati mencapai US$ 500 juta. "Angkanya bisa lebih besar dari itu karena ini angka pertama dia masuk," ujarnya.
Selain itu, pabrikan otomotif asal Jerman Volkswagen (VW) juga tertarik memanamkan modalnya ke wilayah industri Mowowali. Kawasan industri Morowali merupakan wilayah industri berbasis nikel yang memiliki produk utama berupa nikel, stainless steel dan carbon steel.